Berharap
Jalan Pantura Seperti Jalan Rusia
Oleh:
Casmudi
Hal yang terpenting dalam
melancarkan pemerataan pembangunan di Indonesia adalah pembangunan
insfrastruktur jalan raya. Dengan insfrastruktur jalan raya yang baik dan
merata akan menyebabkan pertumbuhan ekonomi menjangkau ke seluruh pelosok
nusantara. Banyak jalurjalan raya yang memberikan kontribusi maksimal dalam
mobilisasi ekonomi dirancang sedemikian rupa dalam proses pembuatannya. Di
antara jalan raya yang paling dikenal masyarakat Indonesia adalah jalan raya di
utara pulau Jawa, atau lebih dikenal Jalan
Pantura (Pantai Utara Jawa). Saat ini, kondisi jalan Pantura akan berubah
wajah setiap tahunnya. Karena di satu sisi kondisi jalan raya kelihatan baru,
tapi di sisi lain sudah kelihatan kusam dan banyak tambalannya. Di sepanjang
jalan Pantura banyak yang kondisi aspalnya pecah-pecah, bergelombang, dan
mengandung genangan air hujan yang menimbulkan keadaan becek dan berlumpur. Betul-betul
sangat membahayakan para pemakai jalan. Seperti yang terjadi di kawasan Cirebon
sampai Brebes, Jawa Tengah yang sedang diperbaiki secara
besar-besaran menimbulkan macet yang luar biasa. Apalagi ditambah dengan
persimpangan-persimpangan yang bertemu langsung dengan perlintasan kereta api
membuat keadaan semakin semrawut, seperti yang terjadi di perempatan Pejagan,
Brebes, Jawa Tengah. Jalur ini sangat vital, karena dilalui oleh kendaraan
segala jenis yang ingin masuk atau keluar dari pintu tol Pejagan-Kanci sebelah
selatan Pejagan. Jika kondisi jalan Pantura buruk akan memperlambat gerak
kendaraan pada saat berbelok ke selatan dari arah barat dan timur.

Jalan
Pantura setiap tahun perlu perbaikan (tambal sulam)
Kondisi jalan Pantura yang hanya
membutuhkan perawatan secara tambal sulam, secara teoritis akan bertahan dalam
waktu yang pendek, karena penanganannya tidak pernah tuntas. Padahal biaya
perawatan jalan Pantura dari Anyer (Banten) sampai Panarukan (Jawa Timur)
sepanjang kurang lebih 1000 km membutuhkan biaya triliunan rupiah setiap
tahunnya. Bila dikalkulasi biaya ini bisa untuk membangun jalan tol. Jadi, perbaikan
jalan Pantura tidak pernah memberikan kepuasan masyarakat hingga sekarang. Apa
masalahnya? Masalah pokok kerusakan jalan Pantura setiap tahun adalah dari sisi
historis dan birokrasi sekarang. Menengok sejarah, menegaskan bahwa jalan
Pantura yang lebih dikenal dengan nama Jalan
Daendels merupakan gigaproyek Pemerintah Hindia Belanda pada saat
pemerintahan Gubernur Jendral Hindia Belanda ke-36 yang bernama Herman Willem Daendels dari tahun
1808-1811. Tujuan utama dibuatnya proyek
prestigius pada jaman itu adalah sebagaialat pertahanan militer Belanda pada
massa itu. Jalan Daendels ini juga
digunakan Belanda untuk menunjang sistem tanam paksa (cultuur stelsel) yang saat itu sedang diterapkan Pemerintah Hindia Belanda.
Pembuatan jalan Daendels dilaksanakan
dalam dua tahap, yaitu:1). Pembuatan jalan dengan membuka poros Batavia -
Banten pada tahun 1808. Fokusnya pada pembuatan 2 pelabuhan di bagian utara
(Merak, Banten) dan bagian selatan (Ujung Kulon, Banten). Jalur ini melalui
garis pantai dari Batavia menuju Carita, Caringin, menembus Gunung Pulosari,
Jiput, Menes, Pandeglang, Lebak hingga Jasinga (Bogor), dan 2). Pada tahun 1809
dari Anyer melalui Pandeglang: jalan bercabang dua menuju Serang (arah utara)
dan Lebak (arah selatan). Kalau dari Serang akan berlanjut ke Tangerang,
Jakarta, Bogor, Puncak, Cianjur, Bandung, Sumedang, Cirebon hingga Panarukan
(Jawa Timur). Jalan ini merupakan jalan utama atau jalan protokol. Dengan berhasilnya
pembuatan jalan Daendelas diharapkan hasil bumi dari Priangan akan mudah
dikirim ke pelabuhan di Cirebon dan selanjutnya dibawa ke negeri kincir angin
(Belanda). Jalan Daendels memberikan kontribusi besar dalam menyingkat waktu
tempuh perjalanan darat dari Surabaya ke Batavia yang sebelumnya ditempuh 40
hari bisa dipersingkat menjadi 1 minggu. Jalan Daendels juga berfungsi sebagai
jalur pengiriman surat-surat (pos) yang selanjutnya dikelola oleh dinas pos
saat itu. Setiap kota yang dilaluinya akan didirikan semacam pos pemberhentian
dan penghubung dalam pengiriman surat-surat. Hal ini dimaksudkan untuk memperlancar
komunikasi antar daerah yang dikuasai Gubernur Jendral Daendels di sepanjang
Pulau Jawa dan sebagai benteng pertahanan di Pantai Utara Pulau Jawa. Oleh
karena itu, Jalan Pantura selain disebut sebagai Jalan Daendels juga disebut sebagai
De Grote Postweg atau Jalan Raya Pos dari Anyer sampai
Panarukan.
Sejarah mencatat bahwa waktu yang
ditempuh untuk pembuatan Jalan Raya Pos sepanjang kurang lebih 1000 km memakan
waktu kurang lebih 1 tahun, karena dikerjakan secara masal dan sistem kebut dengan
melibatkan penduduk pribumi secara kerja rodi. Kalau kita hitung, setiap
harinya mampu menyelesaikan kurang lebih sekitar 2,5-3 km jalan raya. Sungguh
fantastis, meskipun dalam proses pengerjaaannya sang Gubernur Jendral Daendels
melakukan tindakan kejam dengan melakukan sistem kerja paksa terhadap rakyat
Indonesia (inlander) tanpa ada
kompensasi apapun, termasuk urusan gizi/makanan. Akhirnya, banyak pekerja yang
mati kurus kering, kelaparan dan terkena penyakit yang mematikan. Peraturan
Hindia Belanda tentang siapa yang membangkang dalam sistem kerja rodi akan
ditembak mati dan tanpa penguburan yang layak sudah bukan rahasia umum.
Informasi yang dituturkan secara turun-temurun hingga generasi sekarang, bahwa
pengerjaan jalan Batavia-Banten saja tercatat kurang lebih 15.000 nyawa
melayang sia-sia dalam pengerjaan proyek fenomenal tersebut.

Jalan
Pantura perlu perawatan yang baik
dari Pemerintah agar tidak hancur
Dari proses pembuatannya saja, Jalan Pantura/Jalan Daendels/Jalan Raya Pos dilaksanakan dengan sistem memburu
waktu/masal dan tidak bertahan lama kekuatan konstruksinya. Masalah ini memberikan gambaran kepada
kita, terutama Pemerintah agar memberikan perhatian lebih dalam merawat Jalan
Pantura. Dengan hanya tambal sulam yang dilakukan berulang setiap tahunnya akan
memberikan anggapan ke masyarakat, antara lain: 1. Perawatan jalan Pantura
sengaja dilakukan secara tambal sulam agar bisa memberikan pekerjaan/proyek ke
instansi tertentu dan rekanan yang
berbuntut pada mark up
anggaran/keuntungan proyek, 2. Ada permainan birokrasi yang terorganisir dalam
penanganan perawatan jalan Pantura, 3. Berpikir
agar pekerjaan cepat selesai, tetapikenyataannya cepat rusakhasilnya, dan 4.
Tidak pernah berpikir agar kontruksi jalan Pantura bisa bertahan lama dan tidak
ada perbaikan secara rutin setiap tahunnya.
Agar umur jalan Pantura bertahan
lama bisa belajar pada konstruksi Jalan Rusia, Kota Palangkaraya (Kalimantan
Tengah) yang diprakarsai oleh Presiden pertama RI Ir. Soekarno.Jalan Rusia
memanjang sejauh 34 km dari Palangkaraya sampai Tangkiling. Proses pembuatan
jalan Rusia dilakukan benar-benar memakai sistem konstruksi yang handal. Jalan
Rusia dirancang oleh para insinyur yang diundang oleh Presiden Soekarno dalam
rangka rencana pemindahan ibukota negara Indonesia dari Jakarta ke
Palangkaraya. Rencana ini dilakukan secara matang setelah Presiden Soekarno menancapkan
tonggak pembangunan Kota Palangkaraya tanggal 17 Juli 1957 sebagai ibukota
Indonesia.
Ada pertanyaan dalam benak kita. Mengapa harus
dinamakan Jalan Rusia? Hal ini dimaksudkan untuk menghargai para insinyur negara Rusia (saat itu:The Union of Soviet Socialist Republics)
yang terlibat dalam pengerjaan jalan ini. Sesuai rencana awal, Jalan Rusia
direncanakan memanjang sepanjang 175 km yang akan melewati Parenggean, Sampit
dan Pangkalan Bun kemudian menghubungkan Palangkaraya dengan
pelabuhan-pelabuhan sungai menuju Pulau Jawa. Tapi karena peristiwa politik
tahun 1965 pasca G 30 S/PKI, proyek ini dihentikan secara total.
Kota Palangkaraya oleh Presiden Soekarno dirancang sebagai ibukota
dengan konsep yang sangat jelas. Ada pengelompokan fungsi bangunan yang memisahkan
fungsi pemerintahan, komersial, dan permukiman. Tata kotanya dirancang dengan
memadukan transportasi darat dan sungai. Sungai Kahayan direncanakan menjadi
pusat orientasi di sebelah utara kota.Agar umur jalan bertahan lama, maka saat
pembukaan jalan yang harus diperhatikan adalah struktur tanah dasar, fondasi,
dan lapisan penutupnya. Pada tanggal 17 Desember 1962, dengan perhitungan yang
valid pembangunan fondasi Jalan Rusia selesai. Pada tahun-tahun berikutnya,
tinggal pembuatan drainase, pengerasan, dan pengaspalan. Pekerjaannya memang
lambat, tetapi hasilnya bisa dibanggakan. Konsep yang bagus, karena jika masih ada
lapisan tanah humus, maka secepatnya harus diganti dengan pasir, tanah padat,
atau granit. Berapapun dalamnya lapisan gambut, harus cepat-cepat dibuang.
Jangan heran, jika galian yang harus diuruk bisa lebih dalam dari 2 meter. Ada
kelebihan dan kelemahan dalam pembuatan jalan Rusia, yaitu: 1). Kelebihannya, umur
jalan mampu bertahan lama (5 kali waktu pembuatan jalan saat sekarang) tanpa
adanya pecah-pecah, gelombang dan enak/mulus
pada saat berkendara, dan 2). Kekurangannnya, membutuhkan biaya yang sangat
besar hampir 3 kali lipat bahkan lebih dan waktu pembuatan yang lumayan lama
dari yang biasa.
Jalan Pantura yang sering berlubang,karena tekanan
beratkendaraan
Dari analisa di atas dapat
disimpulkan bahwa secara historis jalan Pantura dalam proses pembuatannya masa
Gubernur Jendral Hindia Belanda ke 36 terkesan diburu waktu dengan dalih untuk
pertahanan militer dan jasa pengiriman surat-surat (pos). Waktu pengerjaan
kurang lebih 1 tahun merupakan waktu yang sangat cepat pada masanya, meskipun belum
ada perlengkapan canggih dalam pembuatan jalan raya. Sayangnya peninggalan
Hindia Belanda tersebut tidak mendapatkan perawatan yang baik. Hanya tambal
sulam yang dilakukan setiap tahun, memberikan kesan bahwa penanganan Jalan Pantura
tidak mempunyai visi dan misi yang jelas. Banyak uang menguap triliunan rupiah
yang digelontorkan dalam rangka perawatan jalan Pantura sepanjang kurang lebih
1000 km dari Anyer, Banten sampai Panarukan, Jawa Timur. Apalagi perilaku
korupsi birokrasi di berbagai instansi pemerintah memperlakukan proyek
perawatan Jalan Pantura seperti agenda rutin yang harus diadakan sebagai syarat
untuk mencairkan dana dari anggaran yang diperlukan. Hal ini sangat riskan
dengan adanya tindakan mark up
anggaran yang berbuntut pada perilaku korupsi.
Kita berharap perawatan Jalan Pantura
seperti jalan raya yang mempunyai konstruksi terbagus di Indonesia, yaitu:
jalan poros Palangkaraya-Tangkiling yang lebih dikenal sebagai Jalan Rusia yang
memanjang sejauh 34 km. Proses pembuatan jalan Rusia benar-benar menganut
manajemen konstruksi yang dapat diandalkan. Hal terpenting pembuatan Jalan
Rusia adalah proses pembuatan pondasi. Jalur yang mau dibuat pondasi jalan raya
harus dikeruk gambutnya sampai habis hingga sedalam 2 meter atau lebih, yang
selanjutnya diuruk dengan pasir, tanah padat dan granit. Material ini akan
membuat kuat dan bertahan lama. Tahap selanjutnya adalah membuat drainase,
pengerasan dan pengaspalan. Tidak heran, jika Jalan Rusia tetap mulus dan tidak
bergelombang hingga sekarang. Saya yakin apabila perlakuan Jalan Pantura
seperti Jalan Rusia akan membuat Jalan Pantura tidak perlu lagi tambal sulam
setiap tahunnya. Memang, waktu yang diperlukan dalam perbaikan lumayan lama,
tapi umur jalan pun akan bertahan 5 kali atau lebih lama dari seperti biasanya.
Jangan sampai kita berprinsip, ”yang
penting pekerjaan cepat selesai”. Tetapi kenyataannya cepat
juga hancurnya. Jangan sampai!
Ramadhan – Denpasar, 27 Juli 2013
Referensi:
http://herrywongkeblog.blogspot.com/2010/11/jalur-pantura-jalan-daendels-jalan.html
http://m.merdeka.com/peristiwa/jalan-raya-pos-jalan-bersejarah-terkejam-di-nusantara.html
http://nasional.teraspos.com/read/2013/07/24/55763/pantura-pembangunan-infrastruktur-tanpa-visi
http://pressdesain.wordpress.com/2011/08/10/jalan-rusia-di-palangkaraya-konstruksi-jalan-terbaik-di-negeri-ini/
http://tunjukkan-maksud.blogspot.com/2013/03/mimpi-soekarno-pindahkan-ibu-kota-ke.html