CARA INDAH MENJADI PAHLAWAN DAN MEMBANGKITKAN “SPIRIT” DONOR DARAH
CARA
INDAH MENJADI PAHLAWAN DAN MEMBANGKITKAN
“SPIRIT” DONOR DARAH
Oleh:
Casmudi, S.AP
“Aku Donor Darah Sukarela”
Kalimat di
atas tertera di halaman belakang Kartu
Donor Darah PMI Kabupaten Ngawi, Jawa Timur yang berwarna biru dan putih. Bagiku, donor darah sudah menjadi tindakan
rutin dan sukarela. Bahkan, donor darah merupakan tindakan yang mulia. Tindakan yang
mampu membantu menyelamatkan nyawa orang lain. “Setetes darah mampu menyelamatkan nyawa orang lain”, begitu motto
yang harus selalu terpatri bagi para pendonor darah. Melalui aksi donor darah
kita bisa menjadi pahlawan baik untuk dirinya sendiri, maupun buat orang lain.
Aksi donor
darahku bermula dari informasi teman kostku sewaktu pendidikan SMA di Kota
Tegal, Jawa Tengah. “Cas, donor darah bae
ben awake enak. Awake dadi tambah sehat sung!” (Cas, donor saja biar badannya enak. Badan jadi tambah sehat, serius!). Berawal
dari anjuran temanku tersebut, aku berani untuk melakukan donor darah yang
pertama kalinya di PMI RS Kardinah, Kota Tegal, Jawa Tengah pada tanggal 16 Oktober 1995. Meskipun pada awalnya, aku
sangat takut dengan tajamnya jarum suntik yang menusuk kulit. Namun, setelah
merasakannya bagai “ngeri-ngeri sedap” dan “masuk barang tuh” seperti apa yang
dikatakan politikus Shutan Batoegana.
Aku pun jadi
ketagihan untuk melakukan donor darah. Bukan karena segelas susu hangat, 1
kaleng susu, telor setengah matang, mie instant dan 1 kaplet obat penambah
darah. Tetapi niat untuk menjadi sehat, membantu sesama dan menjadi pahlawan
dalam diriku. Aku merasa tidak bisa memberikan yang terbaik buat orang lain.
Hanya darah yang bisa aku berikan untuk membantu menyelamatkan nyawa orang
lain. Karena berpindah tempat kerja, aku sering melakukan donor darah secara
rutin di mana pun sesuai waktu yang telah ditentukan dan kesempatan yang ada.
Bahkan aku sering melakukannya di saat puasa dan tidak menjadi hambatan sama
sekali. Aku pernah melakukan donor darah di Purwakarta (Jawa Barat), Jakarta,
Bandung, Semarang, Ngawi (Jawa Timur), dan Denpasar (Bali).
Ada
pertanyaan yang membuat saya mengernyitkan dahi setiap saya berdonor darah. “Sudah dapat penghargaan belum pak?”
kata petugas PMI. “Belum tuh pak!
Memangnya dapat penghargaan ya pak?”, jawabku. Hingga saat ini aku sudah
melakukan aksi donor darah sebanyak 53 kali. Niatku berdonor darah karena ingin
membuat badanku sehat karena proses regenerasi
darah dan ingin membantu sesama. Seperti apa yang aku lakukan untuk berdonor
darah buat saudaraku yang sangat membutuhkan banyak darah saat operasi penyakit
kankernya di RS Sanglah, Denpasar (Bali).
Dengan
rutinnya melakukan donor darah, aku pun ingin mengajak dan memberikan “spirit”
donor darah pada istriku. Aku selalu katakan padanya, “Ma, donor darah saja biar badannya sehat”. Akhirnya aku mengajaknya untuk melakukan
donor darah di PMI Kabupaten Ngawi, Jawa Timur. Lumayan, istriku pun sudah
melakukannya sebanyak 3 kali hingga sekarang. Yang terpenting, aku ingin
menjadi pahlawan dalam diriku dan bisa bermanfaat untuk orang lain. Ajakan
tersebut persis apa yang dikatakan teman kostku waktu SMA dulu.
Akhirnya,
tidaklah susah untuk menjadi pahlawan. Kita hanya melakukan aksi donor darah
secara rutin untuk menyelamatkan nyawa orang lain. Apalagi kalau kita bisa
melakukan ‘spirit’ donor darah kepada orang lain. Sungguh, ada cara indah dalam donor darah.
*) Diikutsertakan dalam "Lomba Artikel PMI" 2014
Post a Comment for "CARA INDAH MENJADI PAHLAWAN DAN MEMBANGKITKAN “SPIRIT” DONOR DARAH"