Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Mau Bertanya, Setelah Berputar-Putar di Gempol Pasuruan



Mau Bertanya, Setelah Berputar-Putar di
Gempol Pasuruan



 futuristspeaker.com


Sebenarnya kejadian memalukan dan menjengkelkan ini kami alami saat pulang kampung dengan sepeda motor menjelang Hari Raya Idul Fitri 2015 lalu. Keputusan yang mendadak dan tanpa persiapan sama sekali harus kami jalani. Sebenarnya yang pulang kampung hanyalah anak saya yang bersekolah di SMP Denpasar untuk berlebaran di Kota Ngawi Jawa Timur.
Saya dan istri saya berencana pulang sehabis Hari Raya Idul Fitri, karena setengah bulan sehabis Hari Raya berniat untuk menghadiri perkawinan keponakan saya. Jadi, dari pada bolak-balik yang menghabiskan tenaga dan materi maka kami putuskan untuk tidak berlebaran di kampung halaman.
Tetapi, setelah mengantar anak saya naik bus jurusan Denpasar - Yogyakarta, muncul ide secara tiba-tiba untuk pulang lebih awal dan langsung meluncur ke Solo. Sekalian pamitan kepada paman yang mau hajatan pernikahan bahwa kami tidak bisa hadir. Dan keputusan pulang kampung pun akhirnya bulat dengan memakai sepeda motor bersama istri saya. Karena sepeda motor yang kami bawa akan kami tinggal di kampung halaman, Ngawi - Jawa Timur.
Perjalanan panjang pun dimulai sekitar pukul 12,30 WITA sehabis sholat Dhuhur. Jarak yang lumayan melelahkan kurang lebih 800 km. Jalur yang kami tempuh hampir sudah hapal rutenya,  Tetapi, masih ada ganjalan dalam pikiran ketika ingin melewati jalur Gempol Pasuruan Jawa Timur, karena di kawasan tersebut telah dibangun tol. Sebelum memasuki putaran Gempol Pasuruan, kami telah berhenti untuk beristirahat di daerah Banyuglugur, Pasir Putih - Situbondo.
Perjalanan pun terasa mudah dijelajahi. Mendekati putaran Gempol Pasuruan, waktu telah menunjukan pukul 02.00 WIB dini hari. Jalan yang kami lalui pun tidak adanya lampu penerangan jalan. Jadi terasa gelap sekali. Mendekati putaran Gempol Pasuruan, sehabis kawasan pusat jualan oleh-oleh khas Jawa Timur, kami sungguh dibuat bingung.  
Padahal, satu tahun lalu, kami hapal rutenya karena jalan tol yang melintasi jalan Gempol - Kejapanan Pasuruan belum jadi. Akibatnya, kami sepertinya mengitari bundaran tersebut berkali-kali. Istriku pun dibuat bingung keheranan.
“Papa ini gimana sih, dari tadi kok lewat bundaran ini terus”.  Saya pun dengan percaya diri menjawabnya, “iya, sebentar lagi juga lewat jalan ke arah Mojoroto  Mojokerto”. Tapi, sungguh di luar dugaan, kami justru sudah berputar di kawasan tersebut lebih dari 5 kali.
“Tanya orang dong pa, biar nggak kesasar!” Saya tidak mengikuti anjuran istri, karena jalanan sepi dan gelap. Mau tanya sama siapa. Untuk menenangkan pikiran, kami terpaksa berhenti dulu untuk mengingat rambu-rambu penunjuk jalan. Pikiran saya pun berputar cepat untuk mencerna arah jalan.
“Yang ke sana arah ke Pasuruan, ke sana arah ke Malang, dan ke sana arah ke jalan tol” pikirku. Di saat kebingungan, istri saya pun bertanya, “pa, mau nginap di sini, orang suruh bertanya saja malasnya bukan main”. Pikiran saya semakin bingung. Akhirnya, saya  lihat Rumah Makan Padang yang berada di pinggir jalan yang berada ke arah jalan tol dan masih nyala lampunya meskipun kondisi pintunya hampir tertutup rapat. Pasti orangnya belum tidur, karena lampunya masih menyala. Rumah Makan Padang tersebut berdampingan dengan tempat tambal ban yang sudah tidak ada penjaganya.
“Permisi, assalamu’alaikum”. Tetapi tidak ada jawaban sama sekali.  6 kali saya ucapkan salam, tetapi tidak ada yang meresponnya. Padahal, kami berharap semoga penghuninya keluar menghampiri kami. Kami mencobanya yang ketujuh kali. Tanpa sengaja, seorang bapak keluar membuka pintu. Dilihat dari wajahnya, sepertinya sang Bapak tidak senang menerima kedatangan kami, meskipun kami pasang senyum sebagus mungkin. Saya menyadari karena kondisinya sudah dini hari, bapak tersebut agak ragu-ragu menerima salam kami.
“Permisi bapak, nyuwun sewu ganggu panjenengan sekedap” (maaf pak, ganggu anda sebentar). Tetapi, sang Bapak diam sebentar dan tidak merespon sama sekali. Saya langsung tanggap, karena kebetulan bapak tersebut tidak memahami bahasa yang saya ucapkan. Akhirnya, saya pun menggunakan bahasa Indonesia.
“Bapak, maaf mau tanya … kalau arah jalan yang mau ke Mojoroto, Mojokerto lewat mana ya?” Bapak pun akhirnya dengan santai menjawab kegelisahan kami.
“Bapaknya lewat sini saja, nanti di situ ada belokan arah jalan yang arah ke Kejapanan Pasuruan ada jalan pertigaan yang ke kiri langsung ke Mojokerto”
Jujur saja, saya agak ragu-ragu, karena jalan yang ditunjuk menuju arah ke jalan tol. Jika saya ikuti saran bapak, jangan-jangan nyasar ke tol dan bisa kena tilang. Tetapi, jika balik arah lagi akan ketemu bundaran yang telah membuat saya bingung setengah mati. Keputusan yang membuat saya bingung. Akhirnya, kami ambil keputusan melewati jalan seperti jalan tol yang tidak ada penerangan jalan sama sekali dan rambu-rambu sesuai saran bapak tadi. Ketika sedang bingung, kami bertemu dengan persimpangan lagi yang membuat semakin bingung. “Mau ambil jalan yang mana ya?” pikir saya.
Saya tanya sama istri agar bisa menerima saran terbaik. “Ma, kita lewat mana nih?”
“Udah gambling saja, ambil kanan!” istri saya menyarankan. Benar sekali, sepuluh menit kemudian kami menemukan jalan persimpangan yang terdapat pos polisinya. Tapi nanti dulu, kami masih bingung dan mau berbelok ke arah mana?
“Udah pa, nanya lagi biar nggak muter-muter kayak tadi”.
Saya pun tetap bersikukuh tidak mau bertanya, karena tidak ada orang sama sekali yang bisa ditanyakan. Karena suasana sungguh sepi, gelap dan dingin menusuk tulang Saya lihat jam telah menunjukan pukul 03.00 WIB dini hari. Kami terpaksa berhenti lagi untuk menenangkan keadaan yang membuat saya bingung. Seharian kami belum sempat mengisi perut, karena ketika kami beristirahat di Situbondo kami terserang masuk angin hebat yang berakibat tidak mau makan sama sekali dan berasa mau muntah terus karena perut kembung.
Kami pun akhirnya melaju pelan-pelan, dengan harapan ada orang yang bisa diajak bertanya dan memberikan solusi. Tanpa terasa, sepeda motor telah melaju jauh ke arah Malang. Untungnya ada warung yang masih buka dan terdapat bapak sendirian yang sedang minum kopi.
“Assalamu’alaikum, nyuwun sewu pak. Yen arah maring Mojoroto Mojokerto lewat pundi nggih” (Assalmu'alaikum. Maaf pak, kalau arah ke Mojoroto Mojokerto lewat mana ya?).  Bapak tersebut tanpa ragu-ragu menjawab kegelisahan kami.
“Wah, sampeyan keblasuk mas. Iki arah Malang. Sampeyan balik arah, mangke ene pengkolan, sampeyan ngiwo ae. Yen ene pertigaan sampeyan belok ngiwo ae. Lah, iku terus arah Mojokerto. Lah sampeyang arep mendi tah”. (Wah, anda kesasar mas. Ini araj ke Malang. Anda balik arah, nanti jika belokan, anda ke kiri saja. Jika ada pertigaan, anda belok kiri saja. Dan, itu terus arah ke Mojokerto. Anda mau ke mana sih).
“Kulo bade mulih teng Ngawi pak. Nggih, pak matur suwun sanget nggih”
Kami pun melajukan sepeda motornya sesuai dengan anjuran bapak tadi. Jalan yang kami lewati pun tanpa penerangan jalan sama sekali. Dan rambu-tambu lalu lintas pun tidak terlihat jelas, karena kondisi badan kami yang sedikit demam. Setelah melewati jalan yang arah Mojoroto Mojokerto, kami pun sangat hapal rutenya. Sesampainya di SPBU yang dekat dengan terminal Mojokerto kami pun beristirahat untuk sholat subuh. Setelah tidur satu jam, kami pun melanjutkan perjalanan kembali.
Perjalanan kami sampai di Ngawi Jawa Timur pukul 11.00 WIB, karena kami harus berhenti lama akibat mengalami pecah ban di daerah Caruban - Madiun. Saya menyadari betapa hebatnya jika kita mau bertanya atas kekurangan kita. Andaikata, kami tidak mau bertanya, kami akan menjelajah jalan raya yang bukan kita tuju. Atas nasehat istri, saya dipaksa untuk bertanya saat mengalami kebingungan. Semoga kejadian tersebut menjadi pembelajaran terbaik di masa mendatang.
Sama halnya, jika kita merasa kebingungan dalam hal menabung untuk investasi, kita pun jangan sungkan-sungkan untuk bertanya tentang fasilitas yang diberikan oleh bank. Seperti Bank BNI yang siap menjawab berbagai pertanyaan kita seputar produk perbankan. Melalui akun twitter, kita bisa bertanya tentang produk-produk yang ditawarkan Bank BNI dengan menggunakan hashtag #AskBNI. Tentunya kita harus follow akun twitter Bank BNI dulu di @BNI46. Kita bisa Direct Message ke Twitter @BNI46, dengan mengetik #AskBNI. Maka, selanjutnya akan ada balasan melalui Direct Message tersebut. Sebagai contoh:
(Kirim Direct Message) #Promo (spasi) #[Keyword] contoh:
a. #Promo #Hotel
b. #Promo #Travel
c. #Promo #eCommerce
Selanjutnya, untuk mengetahui semua Keyword Promo, kita bisa kirim melalui DM, dengan mengetik: #HelpPromo #AskBNI (spasi) #[Keyword] contoh:
a. #AskBNI #Taplus
b. #AskBNI #TaplusBisnis
c. #AskBNI #DebitCard
Untuk mengetahui semua Keyword #AskBNI kirim DM, ketik: #HelpBNI. Untuk info selanjutnya bisa lihat di sini
Jadi, Mau bertanya tidak sesat di jalan.  


 Tag:

#AskBNI
#MauBertanya
#BerputarPutar
#GempolPasuruan




http://www.bni.co.id/id-id/BNIPromo/BNIPromo2.aspx

2 comments for "Mau Bertanya, Setelah Berputar-Putar di Gempol Pasuruan "

feridi January 25, 2016 at 11:46 AM Delete Comment
keren artikelnya
kunjungi juga ya
Malu Bertanya Sesat di Jalan, Mau Bertanya Hanya di #AskBNI Yang Menjawab
http://feridi.blog.upi.edu/2015/12/29/malu-bertanya-sesat-di-jalan-mau-bertanya-hanya-di-askbni-yang-menjawab/
CASMUDI January 27, 2016 at 9:28 PM Delete Comment
Terima kasih mas telah mampir di artikelku. Salam hangat.