Freeport Indonesia, Menambang Bijih dan Masa Depan Papua
Operasi pertambangan PT
Freeport Indonesia di Papua (Sumber: Minergy-news.com)
Kekayaan alam Indonesia terbentang dari Sabang sampai Merauke. Tidak
salah lagi, jika lagu “Kolam Susu” Koes Plus sangat tepat menggambarkan betapa indahnya
alam Indonesia. Apalagi, kekayaan alam
berupa bahan tambang yang melimpah ruah. Lihat saja tanah Papua, Mutiara dari
“Indonesia Timur” yang mengandung kekayaan alam tambang terkenal di dunia. Ya,
tambang tembaga, emas dan perak yang dikelola oleh Freeport Indonesia adalah bukti kekayaan alam Indonesia. Apakah,
tambang galian tersebut benar-benar berkontribusi terhadap cerahnya masa depan
Papua?
FREEPORT INDONESIA
Freeport Indonesia merupakan perusahaan tambang mineral afiliasi
dari Freeport-McMoRan (FCX) dan Mining Industry Indonesia (MIND
ID). Freeport
Indonesia menambang dan memproses bijih menghasilkan konsentrat
yang mengandung tembaga, emas dan perak. Serta, memasarkan konsentrat ke seluruh
penjuru dunia, terutama ke smelter tembaga dalam negeri, PT Smelting.
Hingga 2019, Freeport Indonesia sudah beroperasi selama 52 tahun, sejak
penandatangan Kontrak Karya
(KK) 1 tanggal 5 April 1967 untuk jangka waktu 30 tahun. Tahun 1991, kembali penandatanganan Kontrak Karya (KK) II,
yang merupakan pembaharuan KK I. Tahun 1996, dimulainya
dana kemitraan 1% dari penjualan perusahaan bagi pengembangan masyarakat lokal
yang dikelola institusi masyarakat, tambahan dari program CSR yang dilakukan
langsung oleh perusahaan.
Namun, momen penting bangsa Indonesia adalah penandatanganan Ijin Usaha
Pertambangan Khusus (IUPK) Freeport Indonesia tahun 2018, yang merupakan
perubahan bentuk dan perpanjangan usaha pertambangan sampai dengan tahun 2041. Sebesar
51,23% saham perusahaan dimiliki bangsa Indonesia sejak penandatanganan Sales Puchase Agreement (SPA). Untuk membeli saham tersebut,
butuh dana sebesar US$3,85 miliar atau setara Rp55,44 triliun. Pemerintah menjual global
bond untuk membiayai pengambilalihan saham Freeport Indonesia.
Cadangan
mineral di Papua ibarat surga Indonesia. Tahun 2017, cadangan mineral yang
dimiliki Freeport Indonesia mencapai US$161,15 miliar atau Rp2.352,81 triliun, terdiri dari cadangan
tembaga mencapai 38,6 miliar juta pounds senilai Rp1.690,68 triliun,
emas 33,8 juta ounces senilai Rp625,24 triliun dan perak 152,6 juta ounces
senilai Rp36,9 triliun. Sedangkan, hasil penjualan Freeport Indonesia tahun 2017 dari
komoditas emas mencapai US$1,95 miliar atau Rp25,96 triliun. Penjualan komoditas tembaga mencapai US$2,95
miliar atau Rp39,17 triliun (sekitar 59,5% dari total penjualan). Dan, penjualan
perak mencapai US$49,09 juta atau Rp652,87 miliar.
Cadangan mineral Freeport
Indonesia tahun 2017 (Sumber: Katadata.co.id/PTFI)
SUMBANGSIH
BAGI NEGERI
Ada dua pola Sumbangsih
Bagi Negeri dari Freeport Indonesia terhadap Indonesia. Pertama,
kontribusi langsung terhadap penerimaan negara, berupa dividen, pajak dan
royalti. Freeport Indonesia merupakan salah satu pembayar pajak terbesar di
Indonesia. Tahun 2017, kontribusi dari dividen, pajak, royalti, pajak ekspor
dan pungutan lainnya sebesar US$756 juta atau Rp10,24 triliun. Kedua, keuntungan tidak langsung berupa gaji atau upah karyawan, pembelian
dalam negeri, pembangunan daerah, dan investasi dalam negeri.
Penguasaan 51,23% saham
Freeport Indonesia berdampak terhadap naiknya kontribusi Freeport Indonesia
terhadap negeri. Jika diakumulasi sejak
1992-2017, maka kontribusi Freeport Indonesia mencapai US$ 17,32 miliar. Jumlah
tersebut terdiri dari dividen sebesar US$ 1,4 miliar, royalti US$ 2,04 miliar
serta pajak dan pungutan lainnya US$ 13,86 miliar. Berikut, tabel kontribusi Freeport Indonesia tahun 2008-2017.
Kontribusi Dividen, Royalty, Pajak dan Pungutan lainnya Freeport
Indonesia (2008-2017) (Sumber: Katadata.co.id/PTFI)
KONTRIBUSI FREEPORT UNTUK MASYARAKAT
Kontribusi Freeport untuk
masyarakat
khususnya Papua bisa dilihat dari berbagai bidang. Bukan hanya menambang bijih,
tetapi masa depan Papua. Berikut, kontribusi yang dilakukan oleh Freeport
Indonesia:
Pendapatan Daerah
Kontribusi sebesar 94%
terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Mimika dan 48%
terhadap PDRB Provinsi Papua. Menurut studi Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan
Masyarakat (LPEM) Universitas Indonesia tahun 2013, kegiatan operasional Freeport
Indonesia berkontribusi terhadap 91% PDRB Kabupaten Mimika, 37,5% PDRB Provinsi
Papua, dan 0,8% PDB Indonesia.
Ekonomi
Freeport Indonesia mengadakan Program Ekonomi Mandiri dan Dana Bergulir
LPMAK. Aktif memberikan pendampingan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) bagi
masyarakat lokal pada PNPM (Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat). Juga, mengembangkan
Ekonomi Masyarakat Berbasis Desa yang mampu menghasilkan dua komoditi, yaitu
coklat, kopi, dan ayam ternak.
Tenaga Kerja
Freeport Indonesia memberikan
pelatihan profesi untuk masyarakat di Balai Latihan Kerja (BLK) Institut
Pertambangan Nemangkawi. Juga, sebanyak 230.000 kesempatan kerja tercipta, 122.000 dari
Papua dan 108.000 dari luar Papua. Freeport Indonesia telah menyerap 32.600
tenaga kerja, baik karyawan langsung maupun kontraktor. Hampir 98% adalah
putra-putri Indonesia. Sebanyak 35,7% berasal dari Papua, 63% berasal dari
berbagai provinsi di Indonesia, dan 1,3% tenaga kerja asing. Ada 7 orang Papua menjadi
Vice President (VP) dan Napoleon Sawai salah satunya. Sedangkan, ada 50 orang Papua
duduk di posisi staf manajerial.
Infrastruktur dan Pemberdayan Masyarakat
Tahun 1970, bersama
Pemerintah membangun perumahan penduduk di jalan Kamuki. Kemudian, membangun
perumahan penduduk di selatan Bandar Udara Kota Timika. Tahun 1971, membangun
Bandar Udara Timika dan pusat perbekalan. Selanjutnya, tahun 1972, membangun
jalan-jalan utama sebagai akses ke tambang dan jalan-jalan di daerah terpencil
sebagai akses ke desa-desa.
Freeport Indonesia juga menginvestasikan
dana untuk pengembangan masyarakat, yang dikelola langsung oleh perusahaan dan
program kemitraan dengan Lembaga Pengembangan Masyarakat Amungme dan Kamoro
(LPMAK). LPMAK beranggotakan Freeport Indonesia, perwakilan pemerintah lokal,
tokoh masyarakat Papua, pemimpin masyarakat adat Amungme dan Kamoro
(operasional perusahaan di kawasan hak ulayat dua suku tersebut).
Dana yang dikeluarkan Freeport
Indonesia sejak 1992-2014 mencapai US$1,3 miliar. Wujud dan komitmen perusahaan
mendukung kemajuan pembangunan daerah Kabupaten Mimika. Membangun proyek
infrastruktur dan fasilitas masyarakat baik di aspek pendidikan, kesehatan, dan
ekonomi.
Sejak tahun 1997-2019, membangun 3.200 unit rumah, fasilitas umum, dan
fasilitas sosial. Baru-baru ini, Freeport Indonesia membangun Mimika Sport
Complex untuk menyambut Pekan Olahraga Nasional (PON) 2020 di Papua dan
Papua Barat. Bahkan, demi kemudahan transportasi udara, perusahaan membangun dua
lapangan terbang perintis di Desa Tsinga dan Aroanop.
Pendidikan
Freeport Indonesia
mendirikan lima sekolah dan asrama yang diperuntukkan bagi anak-anak yaitu: Taruna
Papua. Memiliki fasilitas cukup lengkap, dibina oleh Lembaga Pengembangan
Masyarakat Amungme dan Kamoro (LPMAK). Program Pendidikan dan Mimika Sehat
(Membangun Inisiatif Masyarakat untuk Ibu, Keluarga dan Anak Sehat) juga
dikembangkan.
Kesehatan
Freeport Indonesia mendirikan
dan mengoperasikan dua rumah sakit, tiga klinik kesehatan, dan dua klinik
spesialis yang memberikan layanan kesehatan gratis. Serta, aktif dalam
menurunkan kasus penyakit malaria dan tuberkulosis (TB). Freeport Indonesia
juga menciptakan akses air minum/bersih dan sanitasi lingkungan yang telah
dilaksanakan di Kabupaten Mimika; penanggulangan dan pencegahan HIV/AIDS,
Malaria, TBC dan Penyakit Menolar Lainnya; dan lain-lain.
Sumber tulisan:
Kompas.com
Katadata
IDN Times
4 comments for "Freeport Indonesia, Menambang Bijih dan Masa Depan Papua "