Keterlibatan Kaum Milenial Dalam Pertanian Masa Kini Dengan Pemanfaatan Teknologi Artificial Intelligence (AI)
Negara
Indonesia dikenal sebagai negara agraris terbesar kedua di dunia setelah
Brasil. Sejarah pun mencatat bahwa negeri kita yang indah ini pernah merasakan
sebagai negara berswasembada beras. Gemah Ripah Lohjinawi. Tata Tentrem
Kerta Raharja memberi pesan tentang kondisi tanah Indonesia yang subur dan
makmur. Beberapa daerah pun
menjadi lumbung padi Indonesia, seperti Karawang (Jawa Barat), Tabanan (Bali)
dan lain-lain.
Pertanian yang Stagnan
Kini,
kebanggaan negara Indonesia menjadi negara agraris memantik perhatian banyak
pihak. Meskipun, sektor pertanian merupakan penyumbang terbesar ketiga dalam struktur PDB (Product
Domestic Bruto) Indonesia dengan porsi 12,84 persen per Q1 2020.
Padahal, berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik
(BPS) mencatat sektor pertanian nyaris tidak bertumbuh sama sekali di kuartal I
(Q1) 2020. Dan, nilai PDB pertanian pada Q1 2020 hanya tumbuh 0,02 persen
melambat dari Q1 2019 (yoy) yang masih tumbuh 1,82 persen.
Banyak faktor yang menyebabkan sektor pertanian
tumbuh melambat. Bukan hanya luasan lahan pertanian yang semakin menyusut.
Karena, pembanguan proyek infrastruktur, baik berupa jalan, perumahan, pabrik
dan lain-lain. Tetapi, faktor penting yang harus menjadi perhatian bersama
adalah berkurangnya jumlah petani (penggarap lahan pertanian), khususnya petani
muda.
Menurut Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian (BPPSDMP) Kementerian Pertanian menyatakan kuantitas petani muda di Indonesia yang berusia 20-39 tahun hanya berjumlah 2,7
juta orang. Sekitar 8 persen dari total petani Indonesia yang berjumlah 33,4
juta orang. Lebih dari 90 persen, petani Indonesia didominasi oleh Petani
Kolonial yang berusia di atas 40 tahun. (Tempo.co, 13/3/2020)
Sedangkan, menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) 2019 menyatakan
bahwa jumlah petani muda mengalami penurunan sejumlah 415.789 orang dari
periode 2017 ke 2018. Hampir setengah juta, petani muda beralih profesi. Atau,
meninggalkan desanya untuk kehidupan yang lebih baik.
Oleh sebab itu, Urbanisasi
menjadi salah satu pemicu berkurangnya petani muda. Generasi milenial di
berbagai pedesaan lebih tertarik pergi ke kota. Dengan tujuan untuk mendapatkan
banyak pengalaman menarik dan pekerjaan yang sesuai passion era digital.
Bekerja di sawah yang berlumpur, makin ditinggalkan. Apalagi, jika penggarapan
lahan pertanian masih mengandalkan teknologi konvensional (dikerjakan secara
manual).
Tani Masa Kini
Lain
dulu, lain sekarang. Pelan tapi pasti, sector pertanian mengalami transformasi. Apalagi, untuk meningkatkan ketahanan pangan
nasional. Maka, Pemerintah Indonesia melakukan berbagai terobosan baru tentang
teknologi pertanian. Salah satu tujuannya adalah untuk merangsang kembali minat
generasi milenial untuk terjun di dunia pertanian.
Tentunya,
pertanian yang dilakukan masa kini adalah pertanian yang berbasis teknologi
digital. Kondisi inilah yang merangsang generasi milenial untuk gemar bertani.
Mereka bisa mengembangkan kemampuannya untuk membuat wajah baru pertanian.
Sejalan dengan keinginan generasi milenial terjun di dunia
pertanian, bangsa Indonesia sedang giat untuk mencapai Revolusi Industri 4.0.
Di mana, pencapaian tersebut harus ditopang dengan 5 (lima) teknologi utama,
yaitu: Internet of Things (IoT), Artificial Intelligence (AI), Human-Machine
Interface (HMI), Teknologi Robotic dan Sensor, dan Teknologi 3D Printing. Salah
satu dari teknologi utama yang dikembangkan dalam sektor pertanian adalah
pemanfaatan teknologi Artificial Intelligence (AI).
Perlu diketahui bahwa beberapa negara maju di dunia telah
menerapkan teknologi Artificial Intelligence (AI) tersebut. Sebuah startup asal Oakland, California, USA
yang bernama Ceres Imaging telah berhasil menciptakan Aerial Spectral
Imagery. Sebagai informasi, teknologi tersebut bertujuan untuk
mengoptimalkan tanaman. Artificial Intelligence (AI) tersebut mampu mengidentifikasi
masalah seperti, pertumbuhan jamur dan kekurangan air pada tanaman jagung dan
kedelai.
Teknologi Artificial Intelligence (AI) juga
dimanfaatkan petani di Jepang. Mereka memanfaatkan teknologi canggih untuk mengembangkan
hasil panen mereka. Melalui perangkat khusus yang dikembangkan oleh perusahaan
ternama Jepang Fujitsu.
Media Detik.com (16/5/2013) melansir
berita bahwa petani Jepang menggunakan sensor yang berfungsi untuk mendeteksi
tingkat kelembaban, prediksi hujan, dan lainnya. Selanjutnya, sensor tersebut
bisa dipantau dalam satu sistem yang canggih melalui perangkat smartphone
dan tablet PC. Selanjutnya, data tersebut disimpan dengan teknologi Komputasi
Awan (Cloud Computing). Sehingga, siapapun bisa mengakses dari mana
saja.
Bagaimana dengan pemanfaatan teknologi Artificial Intelligence
(AI) di Indonesia? Tentu, bangsa
Indonesia tidak mau ketinggalan untuk mencapai Revolusi Industri 4.0. Negeri
yang dikenal penyanyi legenda Koes Plus sebagai “Kolam Susu” juga menggunakan teknologi pertanian untuk mencapai
ketahanan pangan nasional.
Di tahun 2020, terobosan Kementerian Pertanian (Kementan)
adalah membangun Agriculture War Room (AWR), Tempat tersebut nantinya
menjadi pusat pengendalian Komando
Strategis Pembangunan Pertanian (Kostratani) di tingkat kecamatan. Dan, mengoptimalisasi
tugas, fungsi, dan peran Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) dengan memanfaatkan
teknologi 4.0 dalam mewujudkan kedaulatan pangan nasional. (Mediaindonesia.com,
8/1/2020)
Kementerian Pertanian (Kemnetan) memberi perhatian khusus
kepada pelaku sektor pertanian. Di mana, pemanfaatan teknologi Artificial Intelligence (AI) sedang
dikembangkan dengan baik. Cara bertani masa kini kian detil dengan berbagai
hal. Agar, hasil pertanian lebih meningkat dan berkualitas. Dengan pemanfaatan
teknologi Artificial Intelligence (AI) maka proses pengaturan tanaman
akan berjalan lebih baik, seperti cahaya, air dan hal yang memengaruhi
pertumbuhan tanaman.
Kementerian Pertanian juga mengembangkan Smart Irrigation
System berbasis Artificial Intelligence (AI). Teknologi Artificial
Intelligence (AI) tersebut berguna untuk mengatur kelembaban tanah di irigasi
bawah tanah, yang dimanfaatkan untuk tanah kering. Agar, tanah tidak gersang
lagi dan dapat menjadi lembab sesuai dengan kebutuhan tanaman.
Pemanfaatan teknologi Artificial Intelligence
(AI) menjadi daya tarik yang luar biasa bagi generasi milenial. Agar, mereka
ikut terlibat dalam meningkatkan sektor pertanian. Demi menjaga ketahanan
pangan nasional.
Apalagi, generasi milenial identik
dengan perkembangan dunia digital. Maka, penerapan teknologi Artificial
Intelligence (AI) menjadi sarana untuk berkompetisi. Tidak heran jika sektor
pertanian menjadi lahan yang menarik untuk digarap generasi milenial. Terbukti,
dengan munculnya banyak start up yang memanfaatkan kontribusi sektor
pertanian. Seperti, RITX, Tanihub, Sayurbox dan lain-lain.
Mengembangkan teknologi
Artificial Intelligence (AI) bukan hanya menjadi model bisnis bertani
masa kini. Tetapi, generasi milenial menjadi mandiri karena mendapatkan penghasilan
sendiri. Bahkan, bisa menjadi kaya di sektor pertanian era digital.
Dengan sentuhan teknologi Artificial
Intelligence (AI), sektor pertanian bukan lagi menjadi lahan ekonomi yang
terpinggirkan. Tetapi, sektor pertanian telah “naik kelas”. Karena, perkembangan
model bertani masa kini tersebut, banyak dilirik generasi milenial. Bahkan, sektor
pertanian Indonesia diprediksi akan lebih modern di masa depan.
Post a Comment for "Keterlibatan Kaum Milenial Dalam Pertanian Masa Kini Dengan Pemanfaatan Teknologi Artificial Intelligence (AI)"