Gusdurian, Perjuangan Politik dan Pemikiran Gus Dur Dalam Naungan PKB
Gusdurian,
Perjuangan Politik dan Pemikiran
Gus Dur Dalam Naungan PKB
Oleh: Casmudi
Email:
casmudi.vb@gmail.com
Pasca berakhirnya kekuasan Orde
Baru tahun 1998, muncul partai baru yang memberikan harapan demi kebangkitan
bangsa yang sedang terpuruk dari segala segi, baik ekonomi atau sistem
birokrasi. Partai tersebut adalah Partai Kebangkitan Bangsa (PKB). PKB
didirikan oleh oleh ulama besar yang penuh kontroversial dari segi analisa politik
dan pandangan jauh ke depan. Beliau adalah KH. Abdurarahman Wahid yang akrab
dipanggil Gus Dur, cucu ulama besar
pendiri Nahdlatul Ulama KH. Hasyim Asy’ari dan diyakini mendapat pendidikan
yang khas serta melebihi santri biasa. Perjuangan politik PKB memang identik dengan
perjuangan para ulama/santri yang di dalamnya kaum nadhiyin Ahli Sunah Wal
Jama’ah (Aswaja) berada. Dari rahim santrilah, Gus Dur terbentuk jiwa
nasionalisme. Wakil Sekretaris Jenderal Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU)
Mun'im DZ dalam diskusi bertajuk "PKB Penerus Perjuangan Gus Dur" di
Sekretariat DPP PKB Jakarta, tanggal 7April 2013 pernah mengatakan, "Nasionalisme
itu naluri, bukan lagi konsep bagi seorang santri. Karena Indonesia itu
dirintis oleh santri. Itulah kenapa Gus Dur sangat mencintai Indonesia". Melalui PKB, Gus Dur bertekad kuat untuk
memperjuangkan keadilan sosial dan kemanuasiaan bukan hanya menegakan Indonesia
yang pluralis. Partai yang berbasis Nahdhatul Ulama (NU) tersebut berkeyakinan
mampu mendulang suara yang signifikan di setiap Pemilihan Umum (Pemilu).
Kader
partai Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) yang sangat yang setia, baik, dan loyal
terhadap perjuangan politik dan pemikiran Gus Dur adalah kader yang selama ini
tetap menjaga warisan politik dan amanah Gus Dur, yang mereka sebut sebagai Gusdurian. Gus Dur memang luar biasa.
Melalui partai PKB, Gus Dur mampu melenggang menjadi RI 1, meskipun saat itu
suara PKB di Pemilu kalah dengan PDI Perjuangan. Berkat dukungan poros tengah
juga, stigma negatif tentang Gus Dur yang mengalami kendala secara fisik tetap
meyakinkan rakyat Indonesia untuk menjadi pemimpin. Analisa politik Gus Dur
sangat kontroversial yang mampu menyentak semua kalangan. Jargon “gitu aja kok repot”, “DPR kok kayak taman kanak-kanak” membuat kebakaran jenggot bagi kalangan yang
disindir. Tapi, itulah Gus Dur yang suka ceplas-ceplos.
Kalimat-kalimat/statement yang dikeluarkan kadangkala memerahkan telinga bagi
kalangan/politikus yang tidak memahami arah kedalaman pemikiran politiknya. Gagasan dan pemikiran Gus Dur sangat
dipengaruhi oleh pengalamannya sebagai seorang santri yang ditempa di
pesantren. Tidak heran, jika bekas juru bicara Presiden Abdurrahman Wahid (Gus
Dur) Yahya C Staquf mengatakan, "Saya menyadari bahwa tindakan dan
ucapannya dapat dipertanggungjawabkan dalam konteks ilmunya seorang santri, Gus
Dur serba fikih, fikih usuli". Banyak orang yang memahami perjuangan
politik dan pemikiran Gus Dur tapi sedikit orang yang paham akan gerak langkah politiknya.
Dalam perjuangan politiknya, Gus
Dur sejak awal berorientasi menjadikan Indonesia sebagai bangsa yang besar. Gus
Dur mampu menyatukan bangsa Indonesia yang pluralis, seperti diakuinya agama
Kong Hu Chu sebagai agama yang diakui, Imlek sebagai hari libur nasional, dan
merapatkan kembali hubungan diplomatik dengan negara Israel. Kebijakan tersebut
sangat di luar dugaan banyak kalangan dan rakyat Indonesia. Hanya Gus Dur dan
Tuhanlah yang tahu hasil apa yang ingin diraih. Polemik pun berdatangan dari
segala penjuru. Perlu kajian yang mendalam apa yang terkandung dari isi
kebijakan yang merupakan gaya politik dan pemikiran Gus Dur. Oleh sebab itu, Gus
dur selalu mengharapkan Gusdurian yang
ada di bawah naungan PKB bisa melanjutkan pemikiran besar tersebut dengan
membangkitkan semangat juang dan semangat volunterisme
yang memang masih ada. Karena Gus Dur beranggapan bahwa hanya melalui PKB-lah perjuangan
politik dan pemikirannya bisa diwariskan. Oleh karena itu, Gus Dur menempa para
kadernya/Gusdurian untuk menjadi penerus nahkoda yang membawa kapal PKB di
tengah derasnya arus gelombang politik Indonesia. Gus Dur betul-betul ingin
mengharapkan kadernya (baca: murid) adalah orang yang memahami arah dan
teka-teki Gus Dur selama ini, menjadi murid sejati yang memasrahkan diri
sepenuhnya kepada Sang Mursyid. Dari perjalanan
politik tersebut, H. Muhaimin Iskandar yang biasa dipanggil Cak Imin-lah
yang mampu melewati ujian dan teka-teki Gus Dur selama ini. Cak Imin bagai
Gusdurian yang selalu sabar menemani Gus Dur dalam memperjuangkan politik dan pemikirannya
demi kemajuan bangsa Indonesia melalui PKB dan mampu melewati badai politik. Hanya penerus Gus Dur
yang berjuang dengan hati yang bersih yang akan selalu memahami perjuangan Gus
Dur. Mereka adalah Gusdurian yang selalu
setia menjaga jalannya kapal politik hingga kini, yaitu PKB.
Para
Gusdurian yang selalu menjaga perjuangan dan keutuhan partai dalam
memperjuangkan politik dan pemikiran Gus Dur mengalami pasang surut dan polemik
dari internal partai yang cukup
mengganggu. Di bawah kepemimpinan H. Muhaimin Iskandar, PKB sempat mengalami
perpecahan. Hal ini dialami dengan adanya kepindahan Yenny Wahid (putri sulung
Gus Dur) ke partai lain dan pemecatan Lili Wahid (adik kandung Gus
Dur), KH. Effendy Choirie (Gus Choi).
Bagi H. Muhaimin Iskandar kejadian tersebut tidak menjadi masalah karena sudah diperhitungkan
sebelumnya. Pertanyaan yang menggelitik badalah buat kita adalah tindakan apa
yang dilakukan Gus Dur terhadap kejadian terdepaknya kader partai sebagai kader
terbaik dan orang terdekatnya? Ternyata, Gus Dur tidak campur tangan terlalu
dalam internal partai, bahkan tidak mendirikan partai tandingan untuk
mengkandaskan PKB. Oleh sebab itu, H. Muhaimin Iskandar tetap menjadi Ketua Umum (Ketum) Partai
Kebangkitan Bangsa (PKB) hingga kini. Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) masih
tetap semangat dan percaya diri untuk menghadapi Pemilu 2014, meskipun
ditinggalkan pendukung/kadernya yang brilian dan tetap mengklaim bahwa PKB merupakan pewaris perjuangan politik dan
pemikiran Gus Dur. Itulah sebabnya PKB tetap menguatkan dirinya sebagai sebagai
partai yang meneruskan perjuangan politik dan pemikiran Gus Dur. Pandangan-pandangan
Gus Dur yang berhubungan dengan ke-Indonesiaan, keadilan sosial, ke-Islaman,
kemanusiaan dan menjaga pluralisme akan tetap dijaga dan dikembangkan.
PKB bagai roh perjuangan politik dan
pemikiran Gus Dur. Di ulang tahunnya yang ke-15, PKB tetap mengkalim kepada
para kadernya, bahwa jika ingin menjadi Gusdurian sejati, loyal dan militan
yang selalu memperjuangkan perjuangan politik dan pemikiran Gus Dur, maka hanya
di Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) bernaung. Ketua PBNU Said Aqil Siraj dan KH.Ma’ruf Amin
dalam bukunya “Arruju’, Warruju’,
Ilarruju’” juga mengharapkan agar Nahdhatul Ulama (NU) yang sempat terpecah
dalam berbagai partai bisa kembali ke PKB secara utuh. Hal tersebut juga diperkuat
bahwa sampai akhir hayatnya Gus Dur tidak ada niat untuk mendirikan partai baru
di tengah hiruk-pikunya politic practise.
Gus Dur juga tidak pergi dan menghindar dari keberadaan PKB. Gus Dur tetap
bersama PKB yang pernah dibesarkannya. Itulah sebabnya, PKB selalu
menggelorakan semangat juang Gus Dur dalam memajukan bangsa Indonesia yang beradilan
sosial dan menjaga pluralisme. Organisasi-organisasi kewanitaan PKB dari
Nahdhatul Ulama (NU) seperti Fatayat NU, Muslimat, dan Ikatan Pelajar Putri NU pun
diberi keterwakilan dalam keanggotaan legislatif. PKB mengharapkan sebagai
partai yang tetap diakui dan dipilih masyarakat. Harapan besar agar Gusdurian tetap melanjutkan
perjuangan politik dan pemikiran Gus
Dur. Melalui PKB perjuangan Gusdurian bisa tersalurkan. Gusdurian yang
mempunyai kebeningan hati yang bisa menjawab tanda tanya dan kemisteriusan Gus
Dur. Gusdurian tetap menjaga keunikan Gus Dur dalam melanjutkan kememimpinan
bangsa ini. Meskipun PKB telah mengalami
terjangan dan hantaman gelombang politik, Gusdurian tetap menjaga solidaritas
dalam menjaga amanah perjuangan politik dan pemikiran Gus Dur. Gusdurian telah
membuktikan dirinya bahwa di bawah naungan PKB, roh perjuangan politik dan
pemikiran Gus Dur mampu bertahan selama
15 tahun. Bagai manusia, ia adalah seorang remaja yang sedang menghadapi
gejolak untuk mencari jati diri dalam menghadapi percaturan politik. Tetapi,
kenyataanya PKB merupakan partai yang betul-betul dewasa dalam menghadapi
goncangan-goncangan baik dari internal atau eksternal partai.
Melalui PKB, Gusdurian mau menjadi
koalisi partai penguasa dalam menjalankan pemerintahan. Hal ini dengan maksud
agar keinginan perjuangan politik dan
pemikiran Gus Dur bisa berjalan maksimal. Kepercayaan Pemerintah kepada H. Muhaimin
Iskandar sebagai Gusdurian sejati mampu
mengantarkannya menjadi Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi di Kabinet
Indonesia Bersatu Jilid II dan tetap setia membesarkan Partai Kebangkitan
Bangsa (PKB) hingga berumur 15 tahun. Meskipun
banyak kalangan beranggapan bahwa kebijakan Pemerintah tidak sesuai/sejalan
dengan roh perjuangan politik dan pemikiran
Gus Dur yang ditandai dengan hengkangnya kader partai terbaiknya. Ibarat
“anjing menggonggong kafilah berlalu”,
Sang Ketua Umum tetap bersikeras untuk menyingkirkan kader partai terbaiknya
yang tidak sejalan dengan visi dan misi partai tidak peduli status hubungannya
dengan Gus Dur, Sang pendiri PKB. Ibarat kata orang Jawa Timur “yen awakmu gak podo ambek perjuangan Gus
Dur, yo metu ae. Ngono ae kok yo repot” (jika anda tidak sejalan dengan
perjuangan Gus Dur, ya keluar saja. Gitu aja kok repot). Dalam urusan politik dan memperjuangkan
amanah Gus Dur tidak memperhitungkan masalah hubungan darah dan kedekatan
kader, yang penting visi dan misi partai
tercapai.
Kesimpulannya, dalam menjalankan perjuangan
dan pemikiran Gus Dur, seorang Gusdurian sejati memang harus tegas dalam
menyikapi keadaan agar kelangsungan hidup partai tetap terjaga. Kadangkala
menyingkirkan kader partai terbaik yang membangkang adalah tindakan terbaik
yang harus dilakukan dan menjadi resiko besar yang harus dipikul. Tentu saja
sudah diperhitungkan untung dan ruginya. Apapun yang terjadi, Gusdurian akan
tetap mengatur strategi bagaimana cara terbaik agar tetap bertahan di bawah
naungan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) di tengah ganasnya arus politik. Kapal
PKB harus tetap jalan, meskipun sang nahkoda diganggu dari segala sang penjuru.
Ganasnya gelombang politik harus bisa dilalui. Gusdurian sudah terlalu sayang
dan cinta mati sama PKB dan berpikir bahwa dengan di bawah naungan PKB,
dirinyalah yang mampu mengklaim “kamilah
pewaris perjuangan politik dan pemikiran Gus Dur”. Gusdurian siap menerima resiko apapun yang
terburuk dalam menjaga berdirinya bendera PKB. Semata-mata untuk “amanah sang
pendiri, Gus Dur”. Akhirnya, di jiwa Gusdurian akan selalu terpatri jiwa kepemimpinan
Gus Dur dan berkata “Selamat jalan Gus
Dur. Percayalah, perjuangan politik dan pemikiran Gus akan selalu kami teruskan
dan di PKB-lah kami akan selalu bernaung”.
Denpasar,
12 Agustus 2013
(dalam rangka
Lomba Essay Harlah PKB ke-15)
Sumber referensi:
54486.html
koh-pluralisme
Post a Comment for "Gusdurian, Perjuangan Politik dan Pemikiran Gus Dur Dalam Naungan PKB "