JALAN TERJAL JOKOWI MENJADI CAPRES 2014, CAPRES LAIN PUNYA PELUANG UNTUK MENANG
JALAN
TERJAL JOKOWI MENJADI CAPRES 2014, CAPRES
LAIN
PUNYA PELUANG UNTUK MENANG
Oleh
Casmudi, S.AP
Sebagai warga yang baik, tidak ada salahnya jika ikut menikmati dan
memberikan apresiasi yang ada dalam dunia politik dewasa ini. Panggung sandiwara
yang dilakoni oleh aktor-aktor politik sungguh memberikan ruang terdalam pola pikir
kita. Fenomena menghadapi Pemilu 2014, khususnya Pilpres merupakan ajang yang
selalu memberikan greget masyarakat Indonesia. Hal ini semata-mata, karena
keinginan Bangsa Indonesia menjadi bangsa yang bermartabat. Bangsa yang akan
disegani dan tidak diinjak-injak atau diperlakukan semena-mena oleh negara mana
pun di bumi ini. Oleh sebab itu, pemilihan Capres-Cawapres selalu memberikan
ruang “detik-detik yang menentukan”. Selalu dinanti dan akan menjadi ajang
pertarungan gengsi, martabat, dendam, tebar pesona, tebar uang, dan lain-lain.
Klimaknya adalah siapakah gerangan?
Pertarungan Capres-Cawapres kian seru
belakangan ini. Semua partai mempunyai calon pemimpin yang bisa diandalkan
menurut versinya masing-masing. Meskipun Pemilu 2014 masih 5 bulan lagi, tapi
geliat propaganda (baca: kampanye) calon Presiden semakin menarik
diperbincangkan. Lembaga survei pun giat sekali mensurvei calon-calon Presiden
yang pantas memegang tampuk tertinggi negeri ini, terlepas dari independensi
lembaga survei tersebut dari berbagai kepentingan lain. Kita pun berharap bahwa
lembaga survei yang ada bekerja secara baik tanpa adanya maksud terselubung.
Sampai sekarang menurut berbagai
lembaga survei, menyatakan bahwa sosok Jokowi masih menduduki puncak
elektabilitas Calon Presiden 2014.
Euforia pun mulai bertebaran. Rakyat berharap banyak bahwa dengan hadirnya
sosok Jokowi semua masalah bangsa akan terselesaikan dengan baik. Sepertinya harapan
besar bertolak pada diri Jokowi seorang. Lantas, apakah calon presiden dari
partai lain tidak mampu? Tentunya mampu, karena mereka sudah terdidik dan
terseleksi dalam perpolitikan Indonesia. Apalagi mereka yang sudah disodorkan
oleh partainya masing-masing adalah tokoh terbaik dari partainya dan tentunya
menjadi tokoh harapan bangsa Indonesia. Mereka pun diyakini mampu menyelesaikan
berbagai masalah bangsa, dengan catatan mereka harus jujur dan amanah. Tambahan
penting kata orang Jawa bilang “sepi ing
pamrih rame ing gawe (Banyak bekerja tidak mengharapkan imbalan). Dengan
maksud untuk men-zero-kan nafsu
korupsi yang telah akut dewasa ini. Meskipun banyak kriteria yang lain yang harus
dipegang teguh calon pemimpin negeri ini.
Ada hal yang menarik, sepertinya
perjalanan Jokowi menjadi Capres 2014 akan menghadapi berbagai hambatan, yaitu:
1) Menurut perjanjian Batu Tulis, Bogor (perjanjian antara internal PDI-P dan
Gerindra), bahwa kubu Gerindra yang akan
mencalonkan Calon Presidennya di tahun 2014. Gerindra pun sudah menyebar statement melalui Ketua Umumnya (Prabowo)
akan mencalonkan Presiden. Sedangkan jika PDI-P berduet dengan Gerindra lagi di
Pilpres 2014 tidak mempunyai hak mencalonkan Presiden dan harus menerima
menjadi Cawapresnya. Masalahnya kembali muncul, apakah PDI-P berani menyodorkan
cawapresnya untuk berduet dengan Gerindra. Padahal di lain pihak Ketua Umumnya
masih mempunyai power untuk nyapres kembali dan mempunyai pengaruh yang kuat
dalam membuat keputusan partai, dan 2)
Sesuai hirarki kepartaian, mencalonkan Presiden rata-rata berasal dari tokoh
elit partai, sedangkan Jokowi sampai detik ini hanya sebagai kader partai.
Nasib berkata lain, jika Megawati berani mencalonkan Jokowi menjadi Capres 2014
dengan perasaan legowo karena melihat
elektabilitas yang tinggi. Taruhannya adalah “trah Soekarno” akan dikorbankan?
Kembali kepada keputusan elit partai yang bersangkutan.
Jika Jokowi dengan “terpaksa”
dicalonkan menjadi Capres 2014, secara mayoritas lembaga survei mengatakan
elektabilitasnya tinggi dan akan memenangkan pertandingan. Bahkan Megawati pun kalah
pamor dengan Jokowi. Masalah inilah yang menjadi pelik kubu PDI-P untuk
mencalonkan Capresnya. Masih menimbang untung dan ruginya. Semua berpulang pada
sang Ketua Umumnya. Secara signifikan, memang elektabilitas Jokowi mendongkrak
elektabilitas PDI-P di berbagai lembaga survei. Seandainya Capres 2014 semua berasal
dari pimpinan elit partai, termasuk jika Megawati mencalonkan kembali menjadi Capres
2014 mengakibatkan elektabilitasnya akan berubah. Hasilnya mengejutkan adalah menurut
survei LSN Prabowo merupakan Capres yang
namanya berkibar sebagai capres terunggul dan mampu mengalahkan elektabilitas
ARB dan Megawati. Tapi, jika Jokowi dicapres-kan, yang terjadi akan unggul dan
memenangi pertandingan. Kuncinya dalam menatap masa depan, demi partai atau bangsa?
Internal partailah yang paling mengetahui.
Pihak Gerindra akan senang sekali
jika Jokowi menerima keadaan atau mengalah dan memberikan kesempatan kepada
elit partai PDI-P untuk mencalonkan
Presidennya di tahun 2014. Sekali lagi, bahwa kelangsungan hidup partai
merupakan taruhan dalam memilih Capres. Apakah Jokowi akan dijadikan Capres
2014 atau Megawati menjadi Capres kembali? Tarik ulur masih terjadi. Yang jelas
semua Capres 2014 yang sudah dideklarasikan, seperti : Prabowo, Wiranto, ARB, dan
lainnya punya peluang besar. Mereka siap membangun bangsa menjadi lebih baik di
masa depan. Pesan saya, jujur, amanah dan menjauhlah dari korupsi. Rakyat
Indonesia yang akan menilainya. Salam Indonesia!
Post a Comment for "JALAN TERJAL JOKOWI MENJADI CAPRES 2014, CAPRES LAIN PUNYA PELUANG UNTUK MENANG"