CALON PRESIDEN GENERASI MUDA MENJAWAB TANTANGAN MASA DEPAN BANGSA
CALON
PRESIDEN GENERASI MUDA MENJAWAB
TANTANGAN MASA DEPAN BANGSA
Oleh
Casmudi, S.AP
Beberapa bulan lagi bangsa Indonesia akan mengadakan hajatan akbar
berupa Pemilihan Umum (Pemilu) 2014 yang akan memilih calon legislatif dari
tingkat II sampai tingkat pusat. Yang dilanjutkan dengan Pemilihan Presiden (Pilpres). Pemilihan Umum tersebut sangat berpengaruh
terhadap masa depan bangsa selama 5 tahun ke depan. Oleh sebab itu, Pemilu 2014
menuntut partisipasi masyarakat dalam menunaikan hak politiknya. Partisipasi
tersebut sangatlah penting untuk
mewujudkan kesejahteraan bangsa. Sekarang ini, kasus korupsi telah bergerak akut ke seluruh
lini pemerintahan negara. Oleh sebab itu, perlu adanya pioneer (pemimpin negara) yang mampu membawa perubahan bangsa.
Pemilu 2014 merupakan pesta rakyat 5 tahunan yang sangat ditunggu untuk mencari
pemimpin yang diharapkan bangsa Indonesia.
Menurut survei, Calon Presiden (Capres) 2014 harus mampu menyelesaikan
berbagai masalah bangsa yang semakin kompleks seperti yang ada di tabel
berikut:
Sumber:
Hasil Survei Menakar Kandidat Capres Dalam Pemilu Presiden 2014 bulan Desember
2013 oleh Pol-Tracking Institute.
Tabel di atas menunjukan, bahwa Calon Presiden (Capres) adalah sosok yang mampu memberantas
kasus korupsi sesuai pilihan masyarakat sebesar 20,05%, memberikan layanan publik
sebesar 8,25% pilihan masyarakat,
menegakkan hukum sebesar 6,37%
pilihan masyarakat, mengatasi masalah keamanan sebesar 5,78% pilihan masyarakat, dan mengatasi masalah kerusakan
lingkungan sebesar 1,09% sesuai
pilihan masyarakat. Sisanya sebesar 14,
20% menyatakan tidak tahu/tidak menjawab sesuai pilihan masyarakat. Dengan
demikian, tugas yang paling berat Calon Presiden (Capres) masa depan adalah
upaya untuk memberantas tindakan korupsi sampai ke akar-akarnya.
Untuk membawa bangsa ke arah yang
lebih baik perlu adanya pemimpin bangsa yang mempunyai kapabilitas tinggi. Partai-partai
politik yang ada berlomba-lomba mendeklarasikan Calon Presiden (Capres) 2014.
Bahkan, banyak yang memunculkan diri melalui iklan layanan masyarakat. Meskipun
pihak partai politik terkait mengklaim
bukanlah pelanggaran hokum (berbentuk kampanye). Tetapi, yang jelas masyarakat
lebih pintar untuk memberikan penafsiran yang beragam. Dikarenakan didukung
oleh pemberitaan di berbagai media, baik cetak, elektronik maupun media
sosial. Yang menarik adalah iklan
layanan masyarakat yang diklaim sebagai kampanye Calon Presiden (Capres) 2014 secara mayoritas dikuasai oleh wajah-wajah
lama. Dengan kata lain, tokoh yang sudah dikenal sejak masa Orde Baru (Orba)
atau generasi tua. Ada pertanyaan yang mengelitik, berapa sih batasan umur bisa
dikatakan sebagai generasi muda dan generasi tua? Banyak kalangan yang
mengatakan bahwa dikatakan generasi muda berarti umur di bawah 55 tahun. Oleh
sebab itu, banyak wacana yang muncul dari berbagai kalangan masyarakat menginginkan agar generasi muda pun harus
tampil untuk menjawab tantangan bangsa. Artinya, generasi muda pun perlu atau
berhak mencalonkan diri menjadi Calon Presiden (Capres) 2014. Tetapi, banyak
kalangan juga yang mengatakan bahwa dari generasi tua masih “ragu-ragu” atau setengah hati untuk memberikan dorongan kepada generasi muda
agar tampil ke muka dalam menjawab tantangan bangsa.
Hegemoni
Partai Politik
Banyak yang mengetahui, bahwa dalam partai politik, sang “ketua umum”
merupakan sosok yang sangat sakral. Muncul anggapan bahwa hanya sosok ketua umum partailah
yang berhak mencalonkan sebagai Calon Presiden (Capres). Apalagi menurut struktural
partai politik, sang ketua umum dianggap sebagai sosok yang paling elite. Ditambah,
ketua umum partai politik banyak diduduki oleh tokoh-tokoh generasi tua yang
sudah mempunyai jam terbang tinggi. Mungkin, hanya Anas Urbaningrun yang
merupakan ketua umum termuda masa reformasi. Sayang, jabatan tersebut hanya berlangsung
seumur jagung, karena yang bersangkutan menjadi tahanan KPK dalam kasus korupsi. Dengan demikian, belum ada tokoh dari
generasi muda yang memiliki posisi-posisi strategis yang memungkinkan untuk
mencalonkan diri sebagai Ketua Umum partai politik. Kita lihat, bahwa ketua
umum partai politik yang ada semuanya berasal dari generasi tua, seperti:
Aburizal Bakrie (Golkar), Wiranto (Hanura), Hatta Rajasa (PAN), Suryadarma Ali
(PPP), Yusril Ihza Mahendra (PBB), Megawati (PDI-P), Prabowo Subianto
(Gerindra), dan Susilo Bambang Yudhoyono (Demokrat, Presiden RI yang menggantikan
Anas Urbaningrum). Mungkin, hingga saat ini hanya Anis Matta (PKS) yang menjadi
ketua umum dari generasi muda karena menggantikan Lutfi Hasan Ishaq yang
terlibat dan dipenjara dalam kasus korupsi.
Partai politik sepertinya melupakan figur-figur luar partai yang memiliki
kapasitas tinggi untuk menjadi Calon Presiden (Capres) dengan alasan bukan
sosok partisan.
Belum ada tokoh generasi muda yang memiliki posisi sebagai Presiden atau
Wapres di masa reformasi. Hal ini dikarenakan, karena untuk mencapai posisi
strategis tersebut harus melewati partai yang cenderung dihegemoni (dikuasai) oleh
generasi tua/elite partai. Partai-partai politik sekarang mempunyai strategi
untuk memenangkan Pemilihan Presiden (Pilpres) dengan mengandalkan kepopuleran
tokoh yang dicalonkan. Akibatnya, potensi-potensi generasi muda yang sebenarnya
memiliki kapasitas kepemimpinan relatif dipinggirkan karena dianggap kurang
popularitas. Ini menjadi taruhan bagi partai politik yang bersangkutan. Hingga
detik ini, Partai Demokrat merupakan partai yang memberikan peluang Calon
Presiden (Capres) 2014 bagi generasi muda, seperti: Dino Patti Djalal, Anis
Baswedan, Gita Wiryawan, dan Irman Gusman. Keempat tokoh dari generasi muda
tersebut masih dalam proses konvensi untuk diketahui tingkat elektabilitasnya. Secara
mayoritas Calon Presiden (Capres) 2014 dari generasi muda belum dikenal publik
secara luas, karena mereka bukan sosok yang aktif dalam partai politik yang gampang
dikenal publik.
Perlu diketahui, bahwa dalam Pemilihan Presiden (Pilpres) secara
langsung faktor popularitas dari seorang kandidat merupakan keniscayaan
(keharusan). Hal ini dikarenakan, masyarakat cenderung memilih Calon Presiden
(Capres) yang sudah dikenalnya dan teruji ketokohannya. Makanya, jangan heran
jika Capres dari generasi muda sangat giat untuk mensosialisasikan diri
mengenai jati dirinya, programnya serta visi dan misinya dalam membangun bangsa. Usaha yang keras dan pantang menyerah
dalam social program kepada
masyarakat diharapkan mampu memberikan input
kepercayaan masyarakat terhadap dirinya.
Oleh sebab itu, ada harapan dalam Pemilihan Presiden (Pilpres) 2014
nanti, peluang generasi muda bisa menduduki dalam posisi pemimpin, seperti: 1)
Calon Wakil Presiden tidak mesti dari dan atau dicalonkan partai, 2) Jika
dipastikan bahwa Calon Presiden (Capres) 2014 berasal dari generasi tua, maka
tidak menutup kemungkinan akan menggandeng generasi muda potensial sebagai Wakil
Presidennya, dan 3) Kesadaran tokoh-tokoh dari generasi tua untuk memunculkan
dan menumbuhkan regenerasi pemimpin bangsa. Sayangnya peluang terakhir
sepertinya sulit diwujudkan, dikarenakan kesakralan “ketua umum” partai politik
dan popularitas tokoh generasi muda yang tergolong rendah. Karena meskipun
generasi muda potensial, kalau tidak populer tidak bisa digandeng dalam duet Calon
Presiden (Capres). Mengingat Calon Presiden (Capres) masih membutuhkan
popularitas pendampingnya demi mendapatkan suara terbanyak. Ini merupakan
tantangan besar buat calon pemimpin dari generasi muda, agar stigma negatif
tentang calon pemimpin generasi muda terbantahkan.
Menjelang Pemilu 2014, muncul beberapa
nama Calon Presiden (Capres) yang hampir semua berasal dari generasi tua, di
antaranya: Aburizal Bakrie (67 tahun), Prabowo (62 Tahun), Hatta Rajasa (60
tahun), Jusuf kalla (71 Tahun), Rhoma Irama (67 tahun), Mahfud MD (56 tahun), Wiranto
(67 tahun), dan berbagai nama lain yang masih disaring melalui konvensi atau
pemilu raya dari beberapa partai politik. Calon Presiden (Capres) yang berasal dari
generasi muda belum ada yang dideklarasikan secara resmi oleh partai politik
yang ada, seperti Anis Baswedan (44 tahun, menunggu hasil konvensi), Dino Patti
Djalal (48 tahun, menunggu hasil konvensi, Gita Wiryawan (48 tahun, menunggu
hasil konvensi), Irman Gusman (52 tahun, menunggu hasil konvensi),
Muhaimin Iskandar (47 tahun, tidak maju bursa Capres 2014), Jokowi (52 tahun,
belum diketahui). Daftar generasi muda dan generasi tua yang dicalonkan sebagai
Calon Presiden 2014 atau yang berpeluang maju sebagai Calon Presiden (Capres)
2014, sebagai berikut:
Tabel 2. Datar Calon Presiden
(Capres) 2014 dari generasi tua dan muda
No.
|
Nama / Calon
Presiden (Capres) 2014
|
Tempat,
tanggal lahir
|
Umur pada Pemilu
2014
|
Partai yang
mendeklarasikan
|
Keterangan
|
1
|
Aburizal
Bakrie*)
|
Jakarta,
15 November 1946
|
67
|
Golkar
|
Ketua
Umum
|
2.
|
Wiranto*)
|
Yogyakarta,
DIY, 4 April 1947
|
67
|
Hanura
|
Ketua
Umum
|
3.
|
Prabowo
Subianto*)
|
Jakarta,
17 Oktober 1951
|
62
|
Gerindra
|
Ketua
Umum
|
4.
|
Hatta
Rajasa*)
|
Palembang,
Sumatera Selatan, 18 Desember 1953
|
60
|
PAN
|
Ketua
Umum
|
5.
|
Megawati
|
Yogyakarta,
23 Januari 1947
|
67
|
Belum
diketahui
|
Ketua
Umum
PDI-P
|
6.
|
Jokowi
|
Surakarta,
21 Juni 1961
|
52**)
|
Belum
diketahui
|
Tidak
diketahui
|
7.
|
Jusuf
Kalla
|
Watampone,
Bone, Sulawesi Selatan, 15 Mei 1942
|
71
|
PKB
|
Sudah
dideklarasi
kan
|
8.
|
Mahfud
MD
|
Sampang,
Madura, Jawa Timur, 13 Mei 1957
|
56
|
PKB
|
Sudah
dideklarasi
kan
|
9.
|
Rhoma
Irama
|
Tasikmalaya,
11 Desember 1946
|
67
|
PKB
|
Sudah
dideklarasi
kan
|
10.
|
Anis Matta
|
Bone,
Sulawesi Selatan, 7 Desember 1968
|
45**)
|
Belum
diketahui
|
Ketua
Umum
PKS
|
11.
|
Hidayat
Nur Wahid
|
Klaten,
Jawa Tengah, 8 April 1960
|
54
|
Belum
diketahui
|
Tidak
diketahui
|
12.
|
Anis Baswedan
|
Kuningan,
Jawa Barat, 7 Mei 1969
|
44**)
|
Demokrat
|
Konvensi
|
13.
|
Marzuki
Alie
|
Palembang,
Sumatera Selatan, 6 November 1955
|
58
|
Demokrat
|
Konvensi
|
14.
|
Pramono
Edi Wibowo
|
Magelang,
Jawa Tengah, Indonesia, 5 Mei 1955
|
58
|
Demokrat
|
Konvensi
|
15.
|
Dahlan
Iskan
|
Magetan,
Jawa Timur, 17 Agustus 1951
|
62
|
Demokrat
|
Konvensi
|
16.
|
Dino Patti
Djalal
|
Beograd,
Yugoslavia, 10 September 1965
|
48**)
|
Demokrat
|
Konvensi
|
17.
|
Gita Wiryawan
|
Jakarta,
21 September 1965
|
48**)
|
Demokrat
|
Konvensi
|
18.
|
Ali
Masykur Musa
|
Tulungagung,
12 September 1962
|
51
|
Demokrat
|
Konvensi
|
19.
|
Harry
Sinyo Sarundajang
|
Kawangkoan,
Minahasa, Sulawesi Utara, 16 Jan uari 1945
|
69
|
Demokrat
|
Konvensi
|
20.
|
Endriartono
Sutarto
|
Purworejo,
Jawa Tengah, 29 April 1947
|
66
|
Demokrat
|
Konvensi
|
21.
|
Hayono
Isman
|
Jakarta,
25 April 1955
|
58
|
Demokrat
|
Konvensi
|
22.
|
Irman Gusman
|
Padang
Panjang, Sumatera Barat, 11 Februari 1962
|
52**)
|
Demokrat
|
Konvensi
|
23.
|
Muhaimin
Iskandar
|
Jombang,
Jawa Timur, 24 September 1966
|
47**)
|
Tidak
diusung
|
Ketua
Umum
PKB
|
24.
|
Suryadharma
Ali
|
Jakarta,
19 September 1956
|
57
|
Tidak
diketahui
|
Ketua
Umum
PPP
|
25.
|
Surya
Paloh
|
Kutaraja,
Banda Aceh, Aceh, 16 Juli 1951
|
62
|
Tidak
diketahui
|
Ketua
Umum
NASDEM
|
26.
|
Yusril
Ihza Mahendra
|
Lalang,
Manggar, Belitung Timur, 5 Februari 1956
|
58
|
Belum
diketahui
|
Ketua
Umum
PBB
|
27.
|
Tgk.Muhibbussabri.A.Wahab
|
-
|
-
|
-
|
Ketua
Umum
PDA
|
28.
|
Irwansyah
(Tgk Muchsalmina)
|
-
|
-
|
-
|
Ketua
Umum
PNA
|
29.
|
Muzakir
Manaf
|
-
|
-
|
-
|
Ketua
Umum
PA
|
30.
|
Sutiyoso
|
Semarang,
6 Desember 1944
|
69
|
Belum
diketahui
|
Ketua
Umum
PKPI
|
Dari
berbagai sumber (diolah)
*) Ketua Umum yang sudah mendeklarasikan Calon
Presiden 2014 **) Capres Generasi
muda (usia di bawah 55 yahun)
Dari tabel di atas, bisa diketahui bahwa
yang berpeluang maju sebagai Calon Presiden 2014 dari genarasi muda sebanyak 7 orang. Tetapi, 1 orang sudah jelas
tidak mengajukan diri sebagi Calon Presiden (Capres) 2014, yaitu: Muhaimin
Iskandar (47 tahun, Ketua Umum PKB) dan Jokowi (52 tahun, belum diketahui
status pencapresannya). Dengan demikian hanya ada 5 orang (16,67%) generasi muda yang berpeluang
sebagai Calon Presiden (Capres) 2014. Yang
lainnya berasal dari generasi tua (83,33%.)
Perlu diketahui, bahwa Calon
Presiden (Capres) 2014 yang berasal dari generasi muda menurut KAMMI mengandung
pengertian: 1) Usia yang muda akan
membuat kepemimpinan menjadi segar dan gagasan-gagasannya sesuai dengan
semangat zaman saat ini, 2) Muda dalam visi kebangsaan yakni memiliki visi
perubahan, kerja keras, dan totalitas dalam membangun bangsa, dan 3) Harus muda
dari segi track record, yakni bukan
bagian dari rezim maupun struktur kekuasaan lama yang sangat korup (orang yang
punya integritas personal dan sosial yang baik). Capres muda dianggap mampu
memberikan angin segar bagi masyarakat Indonesia. Apalagi dengan munculnya Calon
Presiden (Capres) yang berasal dari generasi muda yang bisa dipercaya oleh masyarakat
dan bisa menjadi modal awal untuk menjawab harapan rakyat Indonesia. Namun
banyak kalangan yang tidak sependapat
bahwa Calon Presiden (Capres) 2014 generasi tua bukanlah pemberi harapan baru
bagi bangsa. Wakil Ketua Dewan Pembina Partai Demokrat yang sekaligus sebagai
Ketua DPR RI Marzuki Alie menolak bahwa Calon Presiden (Capres) berdasarkan
umur. Karena menurutnya, Calon Presiden (Capres) yang sudah berumur belum tentu
tidak bermutu. Beliau mengatakan, “Lihat China itu rata-rata di atas 60 tapi
luar biasa memimpin China. Jangan mendiskriminasi capres berdasar usia, tapi
integritas dan kapasitas memimpin dan loyalitas terhadap rakyat”. Tetapi, pada intinya
bahwa Calon Presiden (Capres) dari generasi muda masih merupakan harapan atau
tumpuan utama demi kemajuan bangsa. Oleh karena itu, Calon Presiden (Capres)
dari generasi muda harus mempunyai daya
lebih dibandingkan dengan Calon Presiden (Capres) generasi tua yang masih memiliki spirit pengabdian dan pembaruan
bangsa sekaligus.
Calon Presiden (Capres) 2014 dari
generasi muda haruslah sosok yang mempunyai :
1) kebersihan niat dan komitmen untuk menjaga amanah kepemimpinan dengan
memandang jabatan pemimpin. Bukanlah yang sosok yang dilayani tetapi melayani
rakyat. Tidak mudah menerapkannya, karena mengingat godaan kekuasaan terkadang
jauh lebih kuat dan tidak mengenal lelah, 2) Intimasi dengan masyarakat
Indonesia secara keseluruhan. Hal ini mengacu kepada frekuensi dan intensitas
kedekatan dengan masyarakat yang tidak jarang pula menjadi tolak ukur bagi
kekuatan modal sosial, 3) Keunggulan strategi yang mengarah kepada infiltrasi konsepsi, visi dan misi serta
nilai kebutuhan masyarakat, yaitu bagaimana strategi yang diciptakan dan
dijalankan haruslah menjawab masalah yang dihadapi masyarakat, dan tidak
terjebak dalam problematika politik “murahan” seperti politik uang, 4) Ketercukupan
modal finansial yang tidak berpotensi sebagai alat untuk membeli suara, tetapi
untuk menjalankan mesin politik yang dibentuk dan dipandang sebagai alat
beroperasi bukan alat kontraprestasi. Modal finansial bukanlah instrumen utama
tetapi harus dipandang sebagai instrumen pendukung. Sebab, jika dipandang
sebagai instrumen utama, maka finansial ini pula yang akan menjadi motivasi
utama ketika sudah memperoleh kemenangan, 5) Nilai jual yang memadai dimana
nilai ini bukan bersandar pada politik transaksional
(berupa barang dan uang), tetapi bersandar pada bangunan pemikiran dan
kepribadian diri yang kemudian memunculkan harapan baru bagi masyarakat. Calon
Presiden (Capres) dari generasi muda mampu menginterpretasikan
kebutuhan masyarakat, harapan masyarakat, dan masalah yang dihadapi masyarakat.
Hal ini akan menunjukan sebagai sosok yang diyakini mampu menjadi pemecah
berbagai solusi bangsa. Apalagi pada pemilu 2014 nanti, pemilih muda merupakan
golongan mayoritas sebesar 60%. Hal ini merupakan modal utama untuk memberikan
dukungan luas kepada Calon Presiden (Capres) generasi muda, dengan syarat
mempunyai visi memimpin yang jelas, berintegritas, bersih dan mendapat dukungan
luas dari segala lapisan masyarakat.
Masalah lain yang penting dalam mencari calon pemimpin bangsa adalah Calon
Presiden (Capres) 2014 harus mempunyai karakter yang kuat dalam menyelesaikan
masalah bangsa. Sesuai survei Pol-Tracking Institute bulan Desember
2013, mengukur seberapa penting menurut penilaian masyarakat dari 6 karakter
Calon Presiden (Capres) 2014 yang disurvei, yaitu: 1) Integritas Moral (kejujuran), 2)
Pengalaman memimpin, 3) Kepedulian (empati), 4) Kemampuan (kompetensi), 5) Visi
jangka panjang (visioner), dan 6) Penampilan menarik.
Tabel 3. Karakter yang harus
dimiliki Calon Presiden (Capres)
Sumber:
Hasil Survei Menakar Kandidat Capres Dalam Pemilu Presiden 2014 bulan Desember
2013 oleh Pol-Tracking Institute.
Tabel di atas menunjukan bahwa:
1) Integritas
moral (kejujuran), sebesar 97, 14%
masyarakat menyatakan penting, 0,30% menyatakan tidak penting, dan 2,56%
menyatakan tidak tahu/tidak menjawab.
2) Pengalaman
memimpin, sebesar 93,09% masyarakat menyatakan penting, 4,69% menyatakan tidak penting, dan 2,22%
menyatakan tidak tahu/tidak menjawab.
3) Kepedulian
(empati), sebesar 93,36% masyarakat menyatakan penting, 0,99% menyatakan tidak penting, dan 3,65%
menyatakan tidak tahu/tidak menjawab.
4) Kemampuan
(kompetensi), sebesar 93,23% masyarakat
menyatakan penting, 1,63% menyatakan
tidak penting, dan 5,14% menyatakan tidak tahu/tidak menjawab.
5) Visi
jangka panjang (visioner), sebesar 86,42% masyarakat menyatakan penting, 6,02% menyatakan tidak penting, dan 7,56%
menyatakan tidak tahu/tidak menjawab.
6) Penampilan
menarik, sebesar 60,10% masyarakat menyatakan penting, 32,54% menyatakan tidak penting, dan 7,36%
menyatakan tidak tahu/tidak menjawab.
7) Integritas
moral (kejujuran) merupakan aspek yang sangat penting (tertinggi) yang harus
dimiliki Calon Presiden (Capres) 2014 sebesar 97,14%.
8) Penampilan
menarik merupakan aspek terendah yang harus dimiliki Calon Presiden (Capres)
2014 sebesar 60,10%.
9) Masyarakat
yang menyatakan tidak penting dengan prosentase terendah terdapat di aspek
integritas moral (kejujuran) sebesar 0,30%.
Kehilangan
jejak sejarah
Bangsa Indonesia telah mengalami masa melupakan sejarah. Seperti apa
yang terungkap dalam wawancara khusus Kompas dengan Megawati (Ketua Umum PDI-P)
tanggal 6 Januari 2013 yang menyatakan, bahwa persoalan fundamental bangsa
Indonesia saat ini adalah kehilangan jejak sejarah. Banyak generasi muda yang
tidak memahami sejarah bangsanya dan
sangat mengkhawatirkan. Kepemimpina bangsa selama masa reformasi tidak mengalami perubahan yang signifikan. Ada
sebagian kalangan yang menduga bahwa stagnansi politik disebabkan oleh
kepemimpinan bangsa Indonesia di duduki oleh orang-orang lama yang cenderung
konservatif, sehingga perubahan-perubahan yang moderat dan progresif kurang
begitu gencar dilakukan. Oleh karena itu, muncullah isu untuk mengangkat
pemimpin yang lebih segar dan lebih muda yang dapat membuka rongga-rongga atau
celah-celah perubahan yang selama ini tersumbat.
Padahal bangsa Indonesia telah mengalami masa
keemasan dari kepemimpinan generasi muda sejak kemerdekaan bangsa Indonesia
diproklamirkan. Seperti Sutan Sjahrir (perdana
mentri pertama RI) diangkat saat usia 36 tahun, Mohammad Natsir (perdana mentri)
pada usia 42 tahun, Burhanudin Harahap (perdana
menteri) pada usia 32 tahun, Soekarno menjadi presiden pertama RI pada saat usia
44 tahun, Hatta menjadi wakil presiden saat usia 43 tahun, dan Soeharto menjadi
presiden RI ke-2 pada saat usia 46 tahun. Pencapaian prestasi yang telah
diraihnya tidak dengan melewati proses yang mudah (dikarbit), tetapi telah
melewati proses penempaan yang luar biasa. Dengan demikian, saat ini bangsa Indonesia
mampu mengulang kembali memori lama kejayaan generasi muda dalam memimpin
bangsa. Pemimpin muda relatif lebih berani dalam mengambil sikap maupun
keputusan, memiliki visi progresif, tegas (tidak ragu-ragu), dan memiliki jiwa
nasionalisme tinggi. Sejarah telah mencatat bahwa pemimpin dari generasi muda cenderung
memiliki daya perubahan yang tinggi, berorientasi pembaharuan, memiliki visi
yang progresif, memiliki jiwa nasionalisme tinggi dan psikologis jiwa muda yang lebih mandiri
karena kreativitasnya. Bukan mengesampingkan pemimpin dari generasi tua.
Tetapi, kenyataan menunjukkan bahwa sosok pemimpin yang berusia 60 tahun ke atas biasanya akan menuju
penyesuaian yang kurang baik dan motivasi mulai rendah seperti yang terjadi pada
masa reformasi. Banyak kalangan yang menyarankan, bahwa tokoh-tokoh dari
generasi tua yang telah melewati masa pensiun disarankan untuk melakukan kegiatan-kegiatan
sosial dan kegiatan-kegiatan pemaknaan hidup. Lebih baik lagi, jika sebagai tim
penasehat Presiden dari generasi muda (leaderships
regeneration).
Dengan melihat dinamika munculnya pemimpin muda dunia seperti Presiden Amerika
Serikat (Barrack Obama, 47 tahun), Presiden Rusia (Dmitry Anatolyevich Medvedev,
44 tahun), Presiden Suriah (Bashar al-Assad, 44 tahun), Presiden Bolivia (Evo
Morales, 47 tahun), dan Presiden Madagaskar (Andry Rajoelina, 34 tahun). Maka,
bangsa Indonesia pun mampu mewujudkannya dan mengulang sejarah dengan
menciptakan pemimpin dari generasi muda untuk membawa masa depan bangsa ke arah
yang lebih baik. Meskipun semuanya tergantung kepada suara rakyat dalam Pilpres
2014. Tetapi, jika sudah terseleksi dengan baik maka pemimpin dari generasi
muda mampu tampil percaya diri dalam membawa perubahan bangsa. Oleh sebab itu,
pemimpin dari generasi muda pun harus benar-benar sosok yang terseleksi dari
beberap aspek (13 aspek), yaitu: 1) integritas, 2) kapabilitas, 3) visioner, 4)
leadership skill, 5) pengalaman prestatif, 6) keberanian mengambil keputusan, 7)
komunikasi publik, 8) komunikasi elite, 9) empati, 10) kematangan emosi, 11) physical appearance, 12) akseptabilitas
publik, dan 13) penerimaan partai.
Bangsa Indonesia berharap, bahwa pada bursa Pemilihan Presiden (Pilpres)
2014 nanti bisa diramaikan oleh Calon Presiden (Capres) 2014 dari generasi
muda. Perlu juga melihat bagaimana permintaan masyarakat terhadap Calon
Presiden (Capres) dari generasi muda. Menurut Survei Pol-Tracking Institute
tahun 2013, menyatakan bahwa Calon Presiden (Capres) 2014 dari generasi muda
melebihi prosentase yang diharapkan oleh masyarakat Indonesia (36%). Sedangkan Calon
Presiden (Capres) dari generesi tua yang diharapkan masyarakat sebesar 17%.
Selebihnya adalah 5% masyarakat mengatakan tidak tahu/tidak menjawab dan sisanya sebesar 42% mengatakan sama saja (baik generasi muda
atau generasi tua sama saja).
Tabel 4. Usia Calon
Presiden (Capres) menurut pilihan masyarakat

Sumber:
Hasil Survei Menakar Kandidat Capres Dalam Pemilu Presiden 2014 bulan Desember
2013 oleh Pol-Tracking Institute.
Dari tabel di atas,
menunjukan bahwa keinginan masyarakat Indonesia terhadap Calon Presiden
(Capres) generasi muda masih tinggi dibandingkan dengan Calon Presiden (Capres)
dari generasi tua. Meskipun masyarakat banyak yang masih bingung dalam memilih
Calon Presiden (Capres), baik terhadap generasi muda maupun terhadap generasi
tua.
Besarnya pilihan masyarakat terhadap
Calon Presiden (Capres) dari generasi muda merupakan tantangan tersendiri bagi
tokoh muda yang mempunyai kapabilitas tinggi untuk ikut andil dalam membawa
perubahan bangsa. Sudah selayaknya bangsa Indonesia memberikan ruang yang
terbuka bagi generasi muda. Bagi generasi tua pun hendaknya memberikan estafet
kepemimpinan, karena sejarah telah mencatat bahwa generasi muda telah banyak merubah
perjalanan bangsa. Semoga masa keemasan kepemimpinan dari generasi muda bisa
terulang kembali di masa depan. Kita wajib percaya, bahwa perjalanan bangsa ini
berada di pundak generasi muda. Karena, generasi muda merupakan harapan bangsa
dan siap kapan pun menjawab tantangan masa depan bangsa.
Referensi:
http://www.aktual.co/politik/181127senada-dengan-pks-kammi-tawarkan-gagasan-pemimpin-muda
http://www.metrotvnews.com/metronews/read/2013/10/29/1/191246/Rakyat-Butuh-Pemimpin-Muda
http://aniesbaswedan.com/tulisan/Pemimpin-dan-Calon-Pemimpin-Masa-Depan-Indonesia
http://nasional.kompas.com/read/2014/01/07/0837273/Megawati.Beri.Ruang.Pemimpin.Muda
http://abdaalif.wordpress.com/opini/dicari-pemimpin-muda/
http://belanegarari.com/2013/12/24/anak-muda-calon-presiden-2014/
http://infoislami.com/menakar-peluang-pemimpin-muda-indonesia/
http://israriskandar.wordpress.com/menakar-peluang-sejarah-kepemimpinan-muda-di-era-reformasi/
http://www.change.org/id/petisi/dukung-kaum-muda-memimpin-indonesia-sebagai-presiden-ri-2014
http://www.republika.co.id
Pol-Tracking Institute. (2013). Menakar Kandidat Capres & Perilaku
Pemilih Dalam Pemilu Presiden 2014. Hasil Survei Menakar Kandidat Capres
Dalam Pemilu Presiden 2014, Desember 2013.
Artikel ini bisa anda lihat juga di Kompasiana:
http://politik.kompasiana.com/2014/02/01/calon-presiden-generasi-muda-menjawab-tantangan-masa-depan-bangsa-628887.html
Post a Comment for "CALON PRESIDEN GENERASI MUDA MENJAWAB TANTANGAN MASA DEPAN BANGSA"