PILPRES 2014, MENUJU KURSI PRESIDEN RI HARAPAN PUBLIK
PILPRES 2014, MENUJU KURSI PRESIDEN
RI
HARAPAN
PUBLIK
Oleh Casmudi, S.AP
Beberapa bulan lagi bangsa Indonesia
akan mengadakan pesta demokrasi, Pilpres 2014.
Tetapi, praktek politik uang masih
santer terjadi. Kompas, 4 Januari 2014 menyatakan,
“Maka, di tahun 2014, pasti bukan hanya kompetisi, konflik politik seperti
biasa terjadi, bisa-bisa akan kembali mencederai demokrasi”. Kompetisi capres akan semakin
memanas. Perlu diketahui, bahwa mendapatkan kursi Presiden RI laksana magnet. Capres
yang pernah bertarung di Pilpres 2004 dan 2009 diprediksi akan bersaing kembali. “Tokoh-tokoh yang gagal dalam
pilpres tak kapok-kapok bertarung lagi di Pilpres 2014. Daya tariknya luar
biasa. Kalau menyangkut syahwat kuasa, banyak yang lupa akal sehat. Apalagi di
era demokrasi, semua orang merasa punya hak. Maka, demokrasi dimaknai begitu
bebas” (Kompas, 4 Januari 2014). Oleh
sebab itu, demi menggapai kekuasaan di kursi RI 1 dan 2, para capres mencoba peruntungannya kembali.
Menerka capres 2014, sangat menarik jika
menganalisa kutipan ramalan Jayabaya (1135-1157M) tentang satria
pitu (tujuh pemimpin), yaitu: 1) Satrio
kinunjoro murbowiseso (pemimpin keluar masuk penjara yang memiliki
pengetahuan dan kekuasaan besar) digambarkan sosok Soekarno, 2) Satrio mukti wibowo kesandhung kesampar (pemimpin
yang hidup enak dan mempunyai wibawa tetapi banyak rintangan) digambarkan sosok
Soeharto, 3) Satrio jinumput semelo atur
gawe wiring (pemimpin yang diorbitkan, tetapi membawa malu bangsa)
digambarkan sosok BJ. Habibie, 4) Satrio
lelono topo ngrame wuto (pemimpin yang memiliki kekurangan dan sering
mengadakan lawatan) digambarkan sosok Abdurrahman Wahid (Gus Dur), 5) Satrio piningit hamung tuwuh (pemimpin
karena nama besar orang tuanya) digambarkan sosok Megawati Soekarno Putri, 6) Satrio pinilih hamboyong pambukaning gapuro
nggelar kloso tonpo nganglenggahi (pemimpin yang menghadapi banyak
persoalan tetapi tidak pernah selesai) digambarkan sosok Presiden SBY, dan 7) Satrio Pinandhito (pemimpin mendapat kebijaksanaan di atsa normal).
Calon Presiden inilah yang akan kita lihat hasilnya di Pilpres 2014.
Untuk mendapatkan
capres terbaik masa depan, rakyat Indonesia mengharapkan karakter yang harus
dimiliki capres. Menurut B.J. Habibie (Presiden ke-3 RI)
mengungkapkan tentang kriteria capres mendatang adalah sosok yang tidak
mempunyai lima cacat, yaitu: 1) Cacat
politik (tidak melakukan money
politics), 2) Cacat hukum (tidak
pernah terlibat kasus korupsi), 3) Cacat
keuangan (tidak pernah terlibat cek kosong, kredit macet dan mengemplang
kartu kredit), 4) Cacat moral ( tidak
pernah terlibat kasus etika moral), 5) Cacat
sosial (tidak melakukan suatu bisnis dan usaha yang membuat hidup rakyat
menderita tanpa usaha untuk mengatasinya dengan baik).
Menghadapi Pilpres 2014, para capres
berlomba-lomba melakukan kampanye politik kepada rakyat Indonesia, bahwa
merekalah yang pantas menduduki kursi presiden. Kampanye persuasif pun dilakukan parpol
di berbagai media untuk menjaring suara pemilih. Bahkan, strategi yang dianggap
jitu dilakukan, seperti PDI-P mendeklarasikan Jokowi menjelang kampanye terbuka
digelar. Partai Gerindra semakin
intensif mengiklankan dan menganggap Prabowo sebagai pemimpin ideal masa depan. Kompas, 18 Januari 2014 menyebutkan, “
Prabowo dianggap sebagai antitesa
terhadap Yudhoyono yang dinilai kurang tegas dan lambat dalam bereaksi terhadap
persoalan yang muncul di masyarakat. Partai Gerindra pun seperti mendapatkan
amunisi tambahan”. Partai-partai lain tidak mau ketinggalan ikut
mengkampanyekan politiknya. Tujuannya sudah
jelas, menarik simpati pemilih agar mendapatkan suara politik terbanyak dan jagoan melenggang ke Istana negara.
Dari beberapa survei, rakyat
Indonesia bisa mengetahui capres yang
menjadi harapan publik. Meskipun kesimpulan finalnya adalah pada Pilpres 2014 nanti.
Dari survei Kompas menyatakan, “Dalam infografis berjudul “Sosok Presiden
Pilihan publik” digambarkan pergerakan
suara dari Desember 2012, Juli 2013 dan Desember 2013. Jokowi menempati urutan
teratas dengan dukungan suara yang terus naik dari 17,7 persen, 32,5 persen dan
terakhir 43,5 persen. Urutan kedua ditempati Prabowo dengan perolehan suara
terakhir 11,1 persen. Padahal Desember 2012, ia meraih 13,3 persen dan Juli
2013 sebanyak 15,1 persen. Aburizal di urutan ketiga dengan perolehan suara
yang terus naik dari 5,9 persen, menjadi 8,8 persen, dan terakhir 9,2 persen.
Wiranto di urutan keempat dengan suara yang juga terus naik, dari 1,6 persen,
menjadi 3,3 persen, dan terakhir 6,3 persen”. Sedangkan melihat jumlah fans
yang me-like di akun jejaring sosial
facebook (Maret 2014) menghasilkan 10 besar capres unggulan yaitu: 1) Prabowo
Subianto: 4.337.153, 2) Jusuf Kalla: 655.608, 3) Rhoma Irama: 354.807, 4) Wiranto: 193.556, 5) Anis Matta: 167.395, 6) Dahlan Iskan: 123.404, 7) Aburizal Bakrie: 55.724, 8) Anies Baswedan: 33.132,
9) Joko Widodo: 18.681, dan 10) Hatta Rajasa: 17.874.
Publik berharap, hasil seleksi
capres di Pilpres 2014 adalah sosok yang akan menjadi negarawan sejati, jujur,
tegas, mengayomi semua kalangan dan mampu mensejahterakan rakyat Indonesia dari
jurang kemiskinan. “Semestinya para pemimpin mematri di
hati masing-masing pesan Ali bin Abi thalib (600-661). Sang Khalifah dengan
tegas mengatakan, “Pengkhianatan terbesar adalah pengkhianatan kepada umat
(rakyat). Dan penipuan paling kejam adalah penipuan yang dilakukan para
pemimpin”” (Kompas, 4 Januari 2014). Semoga capres yang dihasilkan dari Pilpres
2014 haqul yaqin memenuhi semua janji
yang telah dikampanyekan dan menjadi harapan publik. Salam Indonesia!
Referensi:
Luhulima, James.
(2014). Tanda-tanda Zaman. Kompas, 18
Januari 2014.
SD, M Subhan.
(2014). 2014. Kompas, 4 Januari 2014.
www.facebook.com
Post a Comment for "PILPRES 2014, MENUJU KURSI PRESIDEN RI HARAPAN PUBLIK "