Jaringan, Sinergi dan Implementasi Kota Kreatif
Jaringan, Sinergi dan Implementasi Kota Kreatif
Indonesia Creative Cities
Conference 2017 di Makassar
(Sumber: dokumen pribadi)
Indonesia
Creative Cities Network (ICCN) merupakan
organisasi tingkat nasional yang bertindak untuk menumbuhkan ekonomi kreatif di
Indonesia. Bukan itu saja, ICCN juga berkontribusi untuk menciptakan kota-kota
kreatif di Indonesia. Demi “dikenal” masyarakat luas dan mencetak kepemimpinan
baru maka ICCN sudah keempat kalinya mengadakan kongres dan konferensi di
kota-kota Indonesia yaitu Bandung, Malang, Solo dan Makassar. Kota Makassar
merupakan momen penting di mana Kota Denpasar untuk pertama kalinya mengikuti
kongres dan konferensi tersebut.
Sebagai anggota
baru dalam ICCN, Kota Denpasar juga mempunyai visi dan misi sebagai kota
kreartif yang mampu mengembangkan beberapa sektor dari 16 sub sektor ekonomi kreatif yaitu: film, aplikasi dan
game dan music. Dan, untuk meningkatkan perkembangan sektor-sektor tersebut
maka Walikota Denpasar juga langsung membentuk Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf)
Denpasar yang menangani langsung tentang “empowerment” ekonomi kreatif. Dan,
terbentuknya ekonomi kreatif ini mampu mendongkrak ekonomi di tingkat lokal.
Ini merupakan tatanan ekonomi baru di mana peran penting para pelaku ekonomi
kreatif tidak dipandang sebelah mata.
Selanjutnya, Bekraf
Denpasar mengirimkan beberapa pelaku ekonomi kreatif yang berasal dari beberapa
komunitas yang ada seperti komunitas musik teater (Kini Berseri), Komunitas
rumah kreatif (Rumah Sanur) dan Komunitas penulis atau Blogger (Bali Blogger
Community). Pengiriman delegasi tersebut
bertujuan untuk memberikan wawasan tentang ekonomi kreatif di Tingkat
nasional. Delegasi juga mendapatkan banyak ilmu yang berhubungan dengan ekonomi
kreatif. Bukan itu saja, Kota Denpasar benar-benar serius ingin tampil menjadi
pemain dalam perkembangan ekonomi kreatif tanah air.
Peran
Besar Kota Kreatif
Indonesia Creative
Cities Network (ICCN) keempat diselenggarakan di Hotel Gammara Makassar dari
tanggal 8-10 September 2017. Kebetulan sekali, acara tersebut berbarengan
dengan acara spektakuler tingkat internasional, Makassar International Eight Festival and Forum 2017 yang
menampilkan berbagai atraksi-atraksi yang berhubungan erat dengan 16 subsektor
ekonomi kreatif. Banyak acara menarik yang dihelat dalam ajang kongres dan
konferensi Indonesia Creative Cities
Network (ICCN) tersebut di antaranya: kongres pemilihan kepemimpinan ICCN untuk
2017-2019, konferensi ICCN yang membahas tentang isu-isu terkini tentang
ekonomi kreatif tanah air, bedah buku putih ekonomi kreatif dan paparan penting
tentang sepak terjang kota-kota kreatif yang telah melakukan MoU dengan ICCN
dan lain-lain.
Narasumber-narasumber
yang hadir pun merupakan orang-orang penting yang berkontribusi dalam dunia
ekonomi kreatif di Indonesia. Tambah lagi, paparan dari 6 Deputi Badan Ekonomi
Kreatif (Bekraf) yang memberikan tentang gambaran utuh kinerja Bekraf dalam
membantu menciptakan ekonomi kreatif di Indonesia. Dan, ini merupakan oase bagi para pelaku ekonomi kreatif
Indonesia yang serius untuk meningkatkan daya saing ekonomi kreatif. Karena,
dalam paparan-paparan tersebut memberikan pencerahan tentang berbagai program
dan regulasi pemerintah dan bisa membantu pelaku ekonomi kreatif untuk lebih
meningkatkan kontribusinya. Seperti, pelayanan dan bantuan Bekraf untuk Hak
Atas Kekayaan Intelektual (HAKI) bagi pelaku ekonomi kreatif. Dan, masih banyak
hal penting yang dipaparkan 6 Deputi Bekraf tersebut.
Deputi
Riset, Edukasi dan Pengembangan Bekraf RI Pak Boy Berawi
sedang memberikan
paparan penting (Sumber: dokumen pribadi)
Salah satu dari
paparan menarik dari Deputi Bekraf yaitu Deputi Riset, Edukasi dan Pengembangan
Bapak Boy Berawi menegaskan bahwa subsektor unggulan dari pilihan
Kabupaten/Kota di Indonesia memberikan gambaran sebagai berikut:
Nomor
|
Subsektor
unggulan Kabupaten/Kota
|
Jumlah
Kabupaten/kota
|
Prosentase
(%)
|
1.
|
Kriya
|
22
|
23
|
2.
|
Seni pertunjukan
|
20
|
20
|
3.
|
Kuliner
|
19
|
19
|
4.
|
Fashion
|
14
|
14
|
5.
|
Aplikasi dan Game
|
7
|
7
|
6.
|
Film, animasi dan video
|
7
|
7
|
7.
|
Desain komunikasi visual
|
2
|
2
|
8.
|
Desain produk
|
2
|
2
|
9.
|
Musik
|
2
|
2
|
10.
|
Lainnya
|
4
|
4
|
Subsektor
unggulan Kabupaten/Kota di Indonesia (Sumber: Bekraf, 2017/diolah)
Lanjut, untuk
memberikan tentang gambaran utuh kota kreatif maka pihak-pihak yang
berkecimpung dalam penciptaan kota-kota kreatif juga mengambil inisiatif membuat sebuah buku. Buku
putih kota kreatif mengupas tentang hal-hal yang berhubungan dengan kota
kreatif di Indonesia dibedah dalam acara bergengsi tersebut. Dari arti kata
”kreatif” itu sendiri yang hingga kini memberikan makna “ambigu” dan banyak
persepsi hingga bermuara pada model implementasi Kabupaten/Kota kreatif. Oleh
sebab itu, ICCN menggelar bedah buku kota kreatif dan sesi diskusi serta tanya
jawab tentang seputar perkembangan kota kreatif di Indonesia.
Foto bersama
setelah mengadakan sesi bedah buku
(Sumber: dokumen pribadi)
Dalam bedah buku
tersebut juga dibahas tentang cara implementasi kota kreatif di Indonesia. Itu
menjadi hal penting sebagai mekanisme yang harus dilalui oleh sebuah
Kabupaten/Kota di Indonesia untuk menjadi Kabupaten/Kota Kreatif. Di mana, dalam Kabupaten/Kota di
Indonesia yang layak disebut sebagai kota kreatif perlu melakukan
beberapa langkah sebagai berikut yaitu:
1.
Start Up (Komitmen);
tindakan awal dari setiap pemangku kepentingan yang hendak mengembangkan
Kabupaten/Kota kreatif adalah membuat komitmen yang akan
menjadi panduan bagi semangat pergerakan. Komitmen akan terjaga dengan
mengikuti panduan yang diperinci
menjadi:
a.
Pemetaan potensi keunggulan
Kabupaten/kota yang meliputi potensi ekonomi pertanian, industry dan manufaktur
, perdagangan dan informasi, dan ekonomi kreatif yang mengacu kepada 16
subsektor yang telah dirumuskan oleh Bekraf;
b.
Pembentukan platform Quadruple Helix; dan
c.
Penerapan 10 prinsip Kabupaten/Kota
kreatif sebagai tolok ukur atau indicator keberhasilan dalam penyelenggaraan
pembangunan Kabupaten/Kota.
2.
Excellence (Implementasi), potensi
Kabupaten/Kota yang telah teridentifikasi melalui serangkaian pemetaan kemudian
diimplementasikan oleh sebuah tim ad hoc, yang atas
unsur-unsur Quadruple-helix;
3.
Champion (Motor Penggerak kawasan
atau Kabupaten/Kota Sekitar). Sebuah Kabupaten/kota layak mendapat predikat sebagai Kabupaten/kota kreatif ketika
berhasil menjalankan rencana aksi dan program-programnya sesuai dengan beberapa indikator
keberhasilan yang telah ditentukan
Kabupaten/kota kreatif mampu menjalankan peran sebagai motor kreatif untuk
membangun Kabupaten/Kota dan bertindak sebagai episentrum kreatif yang dapat
menginspirasi Kabupaten/Kota kreatif yang lain di kawasan sekitarnya yang
berada dalam satu provinsi.
Komunitas
Kreatif
Beberapa komunitas
yang berasal 18 (delapan belas) Kabupaten/kota kreatif memberikan paparan dan pandangan tentang
kontribusi atau visi dan misi yang telah dilakukan di kotanya. Banyak ilmu
menarik yang bisa diperoleh dari paparan tersebut seperti perjuangan Kabupaten
Pekalongan Jawa Tengah dalam berjuang seni
batik dapat diakui UNESCO, semangat yang kuat Kota Surabaya untuk menjadi Kota Gastronomi dunia, kiat-kiat
menarik Kota Bandung menjadi kota
kreatif di Indonesia dan lain-lain. Ini menjadi lecutan dan energi Kabupaten/Kota
lainnya di Indonesia untuk menjadi kota kreatif baik tingkat nasional maupun
internasional. Sebagai informasi, Kota
Ambon sedang berjuang untuk menjadi kota kreatif sebagai Kota Musik Dunia.
Perwakilan dari kota-kota kreatif di Indoesia
(Sumber: dokumen pribadi)
Dan, pada sesi
paparan Kabupaten/Kota Kreatif tersebut, Kota Denpasar juga memberikan pandangan tentang kontribusi
terciptanya ekonomi kreatif di Kota yang berwawasan Budaya yang Unggul. Bapak I Gusti Anindya Putra yang bertindak
sebagai Kepala Bekraf Denpasar didaulat untuk memberikan paparan tentang
perjalanan panjang Kota Denpasar menjadi kota kreatif di pulau Bali. Beberapa
subsektor unggulan pun digeber untuk menciptakan ekonomi kreatif baru seperti film, aplikasi
dan game, dan musik. Kehadiran komunitas-komunitas yang ada di Kota Denpasar
memberikan kontribusi besar tumbuhnya lading-ladang ekonomi kreatif. Terpenting
dalam paparan tersebut adalah dukungan besar dari Walkota Denpasar Ida Bagus
Darmawijaya Mantra terhadap tumbuhnya komunitas-komunitas kreatif. Dukungan
tersebut sebagai penambah energi bagi komunitas-komunitas kreatif dan mampu
memberikan peran besar terhadap “sustainable” Denpasar sebagai Kota Kreatif
baik tingkat nasional maupun internasional.
Bapak I Gusti Anindya Putra, Kepala Bekraf
Denpasar sedang
memebrikan paparan tentang pertumbuhan ekomi kreatif
di Kota
Denpasar (Sumber: dokumen pribadi)
Dalam ajang ICCN juga
digelar berbagai workshop dan pameran yang berasal dari komunitas-komunitas
kreatif di Indonesia. Workshop-workshop tersebut di antaranya Digital Ads (periklanan digital), Creative Community Development, Idea to
Execution (Pengembangan komunitas kreatif, Gagasan untuk
mengeksekusi), Destination Branding Management (Manajemen Tujuan Nilai), Festival
Kreatif Berbasis Komunitas, Pemetaan Potensi Kreatif Daerah dan lain-lain. Dari
paparan tersebut bisa memberikan wawasan penting bagi peserta ICCN dan diimplementasikan
di daeahnya. Seperti Workshop tentang Pemetaan
Potensi Kreatif Daerah yang mengajarkan kita untuk menggali sumber-sumber
atau kejadian-kejadian apapun yang ada dalam sebuah kota untuk dijadikan database yang nantinya digunakan sebagai
bahan kebijakan bagi kepala daerah setempat.
Berbagi
Ilmu
Peserta ICCN juga
bisa berbagi, menimba ilmu dan berkenalan secara langsung dengan berbagai
komunitas-komunitas kreatif dari kota-kota kreatif yang hadir. Ini merupakan ajang saling tukar informasi dan
memperkuat relasi komunitas agar menjadi sinergi yang kuat untuk meningkatkan
nilai kota kreatif di daerahnya masing-masing. Setiap booth atau stand pameran yang ada di kawasan kongres ICCN juga
memberikan masukan ilmu untuk peserta ICCN dalam membangun hubungan pertemanan
atau hubungan bisnis selanjutnya. Produk-produk yang dipamerkan 100 persen
merupakan produk-produk kreatif, dari produk yang berhubungan dengan musik
hingga animasi. Hadirnya produk-produk tersebut bisa menjadi pemantik bagi
komunitas kreatif kota lainnya untuk berkarya dalam melakukan inovasi produk di
daerahnya.
Oleh sebab itu, tagline yang diangkat dalam kongres dan
konferensi ICCN di Makassar adalah “Sinergi Kota Kreatif”, di mana perlu adanya
sinergi semua elemen atau quadruple helix secara bottom
up. Sinergi ini dimaksudkan untuk menyatukan pandangan penciptaan kota
kreatif di Indonesia. Bukan itu saja, tujuan besar untuk menjadi kota kreatif
dunia juga perlu membutuhkan quadruple helix
di tingkat nasional. Apalagi, kota
kreatif yang hadir bukan hanya menjadi inspirasi bagi penciptaan kota kreatif
lainnya di tingkat Provinsi. Tetapi, tujuan besar kota kreatif tersebut adalah
menjadikan kota kreatif yang menghasilkan karya-karya atau inovasi yang bisa
diakui UNESCO. Sinergi lintas kota kreatif juga dibutuhkan untuk memberikan
masukan atau pandangan secara spesifik tentang fokus kota kreatif dalam
mengembangkan subsektor yang menjadi sektor unggulan. Kondisi tersebut
menimbulkan sebuah jaringan (network)
antar kota kreatif untuk berbagi ilmu agar tumbuh bersama menjadi kota kreatif
yang “sustainable”.
Selanjutnya, acara
ICCN yang paling dinantikan adalah pemilihan ketua ICCN untuk periode
2017-2019. Berbagai pandangan tentang
kepemimpinan ICCN di masa depan juga dibahas dalam kongres pemilihan pengurus
ICCN baru tersebut. Untuk memperkuat pandangan tentang calon ketua ICCN maka 10
prisnsip kota kreatif dan syarat-sayarat
atau mekanisme pemilihan pengurus ICCN dibahas kembali dengan menampilkan
kembali regulasi yang ada dalam AD/ART. Dalam AD/ART menyatakan bahwa calon ketua ICCN baru adalah sosok yang berasal
dari perwakilan kota kreatif yang telah mengikuti sekurang-kurangnya 2 kali
kongres ICCN. Oleh sebab itu, Kota Denpasar yang mengajukan calon ketua
ICCN secara hukum tidak bisa ikut ambil
bagian dalam perebutan ketua ICCN untuk periode mendatang. Sejatinya, ada 3
kota kreatif yang mengajukan calon ketua umum ICCN adalah Kota Bandung,
Yogyakarta dan Kota Denpasar. Perwakilan dari Yogyakarta M. Arief Budiman secara “legowo” menyerahkan sepenuhnya kepada Kang Vicky (perwakilan) untuk menjadi Ketua
ICCN baru yang dipilih secara aklamasi dan kekeluargaan. Selanjutnya, M. Arief
Budiman sendiri didapuk sebagai Sekretaris Jendral (Sekjen) ICCN.
Acara di Kongres
ICCN Makassar yang tidak kalah seru adalah penentuan tuan rumah kongres dan
konferensi tahun 2019 mendatang. Ada
tiga kota kreatif yang berani mengajukan diri untuk menjadi tuan rumah kongres dan
konferensi ICCN tahun 2019 nanti, yaitu: Kota Bandung, Yogyakarta dan Kota
Denpasar. Setiap kota kreatif yang mengajukan diri memberikan presentasinya
untuk meyakinkan kota-kota kreatif lainnya. Dan, hasil akhir menentukan bahwa Yogyakarta menjadi tuan rumah kongres dan
konferensi ICCN selanjutnya. Ada hal penting yang perlu digarisbawahi agar bisa menjadi tuan rumah ajang
spektakuler tersebut adalah dukungan
besar dari sang kepala daerah (Bupati/Walikota) dan kesiapan secara fisik dan
material dari kota kreatif agar memberikan kesan yang mendalam bagi peserta
ICCN. Namun, yang terpenting adalah tumbuhnya sinergi semua Organisasi
Perangkat Daerah (OPD) dan komunitas kreatif demi kontinuitas kota kreatif.
Kota Denpasar
sebagai peserta kongres dan konferensi ICCN baru mendapatkan wawasan penting
tentang cara mengelola dan mempertahankan komunitas dari kota-kota kreatif
lainnya di Indonesia. Bisa berdialog dan berbagi informasi langsung dengan
pelaku ekonomi kreatif lainnya di Indonesia merupakan pelajaran penting bagi
delegasi Kota Denpasar yang digawangi
oleh Bekraf Denpasar untuk membuat komunitas kreatif menjadi lebih hidup.
Lanjut, komunitas tersebut bisa memberikan terobosan jitu atau memberikan
inspiratif bagi komunitas kreatif lainnya. Apalagi, Walikota Denpasar sangat
mendukung bahkan sebagai inisiator terbentuknya Bekraf Denpasar sebagai wadah,
pendorong dan “develop” terbentuknya komunitas-komunitas kreatif lainnya di
Kota Denpasar. Ya, Kota Denpasar memang
sebagai pemain baru dalam konteks ICCN tetapi bersikeras untuk menyatukan
langkah “step by step” menjadi kota kreatif tingkat nasional maupun
internasional. Hal ini seperti apa yang dikatakan oleh Kepala Bekraf Denpasar sesaat
setelah acara “Community Gathering bersama OPD Kota Denpasar” di Kota Denpasar
bulan Agustus 2017 lalu.
Kota Denpasar
sebagai Kota yang Berwawasan Budaya yang Unggul menjadi modal besar untuk
menjadi kota kreatif yang bisa melampaui Kota Bandung. Apalagi, ilmu yang
diperoleh para delegasi Kongres dan Konferensi ICCN Makassar bisa menjadi
amunisi untuk berkontribusi lebih dalam menyatukan sinergi menjadi kota kreatif
yang menjadi inspirator kota-kota lainnya di pulau Bali dan nasional. Sampai jumpa di ajang ICCN mendatang!
NB. Tulissan ini juga bisa anda baca di
Post a Comment for "Jaringan, Sinergi dan Implementasi Kota Kreatif"