SDM Unggul yang Produktif Sebagai Modal Lompatan Tinggi Hadapi Era Digital dan Bonus Demografi
Melompat lebih tinggi
menghadapi Revolusi Industri 4.0 dan Bonus Demografi dengan SDM Unggul yang
Produktif (Sumber: pixabay.com/diolah)
“Apa
yang bisa anda pelajari dari sayembara desain Ibu Kota Negara (IKN) Indonesia
yang baru?”
Pertanyaan yang
semestinya dijawab oleh seluruh rakyat Indonesia. Sebuah ajang bergengsi yang
mencari desain Ibukota RI terbaik di tanah Borneo. Dan, desain yang berjudul
“Nagara Rimba Nusa” dinyatakan sebagai pemenang pertama. Hal menarik adalah
desain yang menggabungkan konsep keharmonisan segala aspek antara keseimbangan
alam, modernisasi dan keberlanjutan (sustainability) menjadi nilai
penting.
Sayembara tersebut juga
menunjukan kepada bangsa Indonesia bahwa SDM Unggul yang Produktif sungguh
luar biasa. Para peserta (arsitek) sayembara telah berpikir jauh untuk masa
depan bangsa di era digital. Dukungan mereka merupakan modal besar
bangsa. Ya, kolaborasi Pemerintah dengan masyarakat atau stakeholder
lain sangatlah penting.
Apalagi,
dalam hal ekonomi, maka dukungan stakeholder macam Kadin (Kamar Dagang Indonesia) sangat
dibutuhkan. Sebagai informasi, Kadin Indonesia telah menyelenggarakan Rapat Pimpinan
Nasional (Rapimnas) pada akhir November 2019 di Nusa Dua Bali. Kadin
Indonesia sendiri telah memberikan kontribusi besar sebagai Mitra
Pemerintah Membangun Indonesia. Khususnya, dalam rangka menciptakan iklim
perdagangan dan industri agar berkembang secara signifikan.
Kompetensi SDM Era Digital
Era
digital dengan teknologi internetnya tidak bisa dihindari, tapi harus dihadapi.
Perkembangan era digital banyak memberikan perubahan. Hal terpenting, era
digital menciptakan era Revolusi Industri 4.0. Di mana, kemajuan
teknologi yang tidak terbendung menciptakan jaman baru, jaman yang menuju ke
tahap era modern. Adapun, jaman baru yang tercipta dari kemajuan teknologi
seperti:
1.
Internet of Things,
2.
Keamanan Cyber,
3.
Augmented Reality (AR/teknologi
dimana seseorang mengalaminya melalui video dan audio 3D),
4.
Cloud Computing (Komputasi Awan),
5.
Integrasi Sistem,
6.
Simulasi,
7.
Additive Manufacturing (proses manufaktur dengan cara menambahkan ribuan
lapisan kecil yang dikombinasikan untuk menghasilkan barang jadi atau finished products),
8.
Robot atau Autonomous, dan
9.
Big Data.
Teknologi internet
menjadi sebuah kebutuhan wajib. Dunia terasa dekat dan tanpa sekat (borderless).
Semua informasi dari belahan bumi manapun bisa diakses dengan sentuhan jari (touchscreen).
Piranti robot mulai dilibatkan untuk menggantikan pekerjaan manusia. Bahkan,
semua data apapun tidak lagi disimpan secara konvensional. Namun, disimpan
dengan menggunakan teknologi awan (Cloud of Technology). Sebuah kemajuan
teknologi yang merubah peradaban manusia.
Bisnis
berbasis online pun menjadi tren. Bahkan, kehadiran era digital membuat segala urusan
semakin mudah. Sama halnya, apa yang dikatakan oleh Menteri Perindustrian era
Kabinet Bersatu Jilid I Airlangga Hartarto. Saat menjadi narasumber di acara Creative
Industries Movement di Denpasar Bali awal tahun 2019 lalu. Beliau
menyatakan bahwa perkembangan era Revolusi Industri 4.0 membuat serba mudah,
seperti yang dilakukan para pebisnis online. Anda bisa melihat video
selengkapnya berikut ini.
MENTERI PERINDUSTRIAN AIRLANGGA HARTARTO & REVOLUSI
INDUSTRI 4.0 BIKIN SERBA MUDAH (Sumber: dokumen pribadi/YouTube)
Yang
menjadi perhatian dunia khususnya Indonesia adalah berkurangnya lapangan kerja
manusia. Karena, tergantikan dengan teknologi robot. Apalagi, merujuk dari laporan McKinsey &
Company yang dirilis bulan September 2019 lalu berjudul “Automation and the
future of work in Indonesia” menyatakan bahwa setidaknya akan ada 23 juta
pekerjaan di Indonesia yang tergantikan robot pada tahun 2030 mendatang. Namun,
meskipun banyak pekerjaan yang tergantikan, akan ada sekitar 27-46 juta
pekerjaan baru.
Menghadapi era digital maka
Pemerintah harus melansir kebijakan yang mampu menciptakan iklim yang cocok.
Dengan kata lain, kebijakan tersebut mampu melibatkan semua kalangan agar mampu mengimbangi akselerasi era
digital. Setidaknya, ada 10 kebijakan nasional yang
bisa dilakukan Pemerintah untuk mengisi era digital, yaitu:
1.
Perbaikan alur material,
2.
Mendessain ulang zona induztri,
3.
Mengakomodasi standar sustainability,
4.
Membudayakan UMKM,
5.
Membangun infrastruktur digital,
6.
Menarik investasi asing,
7.
Meningkatkan kualitas SDM,
8.
Membentuk ekosistem inovasi,
9.
Menerapkan insentif investasi teknologi, dan
10. Mengoptimisasi aturan dan
kebijakan.
Tidak dapat dipungkiri
bahwa era digital melahirkan era Revolusi Industri 4.0. Era Revolusi Industri 4.0 memberikan
keniscayaan bahwa Indonesia harus menciptakan kemajuan di bidang industri. Khususnya,
industri yang berhubungan dunia digital. Perlu diketahui bahwa berdasarkan data Badan Pusat
Statistik (BPS), sektor industri masih memberikan kontribusi paling besar
terhadap struktur Produk Domestik Bruto (PDB) nasional pada triwulan II tahun
2019 dengan capaian 19,52 persen year on year (yoy).
Perlu menjadi perhatian
bersama adalah kompetensi SDM Indonesia yang belum customize (spesifik).
Saya pribadi percaya bahwa SDM Indonesia bisa diandalkan. Bahkan, telah banyak
menorehkan prestasi di tingkat internasional dalam berbagai bidang. Namun,
prestasi mentereng tersebut “belum” sejalan dengan penguasaan era Revolusi
Industri 4.0.
Itulah sebabnya, di
berbagai kalangan seperti akademisi mulai digalakkan penciptaan robot agar bisa
bertanding di tingkat global. Saya pribadi telah menyaksikan bagaimana anak bangsa
seperti mahasiswa Universitas (UI), Universitas Gajah Mada (UGM), Institut
Teknologi 10 November Surabaya (ITS) dan lain-lain menciptakan teknolgi
berbasis digital. Seperti, ajang Ritech 2019 di Lapangan Renon Denpasar Bali pada bulan
November 2019 lalu. Benar-benar prestasi yang membanggakan bangsa Indonesia.
GOKIL!! INI BUKTI
ORANG INDONESIA PINTAR-PINTAR I FT. JELAJAH RITECH 2019 BALI (Sumber: dokumen
pribadi/YouTube)
Tentu, kolaborasi
Pemerintah dan stakeholder lain perlu ditingkatkan. Sosialiasi yang
mengangkat tema teknologi digital mulai rajin digelar baik oleh Pemerintah
maupun pihak swasta. Di acara DTIK Festival November 2019 yang diselenggarakan
oleh Pemerintah Kota Denpasar menjadi ajang yang menarik perhatian banyak
kalangan. Adanya stand yang menampilkan keterampilan membuat robot oleh
anak-anak SD menjadi pemandangan yang berbeda. Pemahaman tentang teknologi
robot sejak dini menjadi sebuah keniscayaan.
Bangsa Indonesia harus
gerak cepat dalam mengembangkan teknologi digital. Hal ini bertujuan agar
kompetensi SDM bisa bersaing di tingkat global. Tentu, SDM Unggul yang mampu
menopang perkembangan era Revolusi Industri 4.0 harus diwujudkan. Lantas,
kompetensi apa yang dibutuhkan untuk mengimbangi perkembangan Revolusi Industri
4.0.? SDM yang mampu menguasai beberapa hal seperti: 1) coding
(pengkodean), 2) programming mekatronika atau otomasi, 2) data otomasi analysis
dan statistics, 4) Artificial Intelligence (AI), serta 5) Soft Skill Flexibility.
Penguasaan ilmu yang berhubungan dengan teknologi digital menjadi tolok
ukur kompetensi yang mampu menopang era Revolusi Industri 4.0. Tentu, hal ini bertujuan
untuk meningkatkan kualitas SDM Unggul yang Produktif. Selanjutnya, untuk
menciptakan SDM Unggul tentu harus melewati proses SDM yang berkualitas. Kita
tahu bahwa pembangunan kualitas SDM menjadi prioritas utama era pemerintahan
Jokowi-Ma’ruf Amin.
Beberapa hal yang harus
dilakukan dalam pembangunan kualitas SDM antara lain: 1) sistem pendidikan yang
baik dan bermutu (sistem pendidikan yang efektif dan efisien, berorientasikan
pada penguasaan iptek, serta merata di seluruh pelosok tanah air); 2) penguatan
peran agama dalam kehidupan sosial bermasyarakat dalam rangka memperkokoh jati
diri dan kepribadian bangsa (character building); dan 3) pengadaan
diklat, kompetensi, pembinaan dan lain-lain. SDM berkualitas sesuai tuntutan (kebutuhan)
pasar merupakan faktor keunggulan suatu bangsa dalam menghadapi persaingan
global.
Di sisi lain, untuk
mengimbangi perkembangan SDM Unggul tersebut, Pemerintah tidak tinggal diam.
Justru, Pemerintah berharap besar agar SDM Unggul yang Produktif cepat
diciptakan menuju Indonesia Maju. Melalui Kementerian Perindustrian (Kemenperin)
telah menggulirkan berbagai program yang
tepat, seperti: 1) pendidikan vokasi yang link and match antara Sekolah Menengah
Kejuruan (SMK) dengan industri, 2) Diklat sistem 3in1 (pelatihan, sertifikasi,
dan penempatan kerja), 3) pengembangan pendidikan dual system di unit
pendidikan Kemenperin, 4) pembagunan politeknik atau akademi komunitas di
kawasan industri, 5) mencetak SDM industri 4.0.
Antisipasi Bonus Demografi
"Bonus demografi,
angkatan kerja kita besar sekali, ditambah lagi dengan angka harapan hidup,
yang kalau mereka tidak difasilitasi mereka akan menganggur, muncullah demo,
tidak percaya pemerintah. Oleh karena itu, peningkatan kualitas SDM sangat
dibutuhkan dalam menghadapi peluang dan tantangan bonus demografi". (Menteri
Dalam Negeri (Mendagri) Prof. H.M. Tito Karnavian, Ph.D)
Statement (pernyataan) dari Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Prof. H.M. Tito Karnavian, Ph.D mengingatkan
kembali pada kita bahwa bangsa Indonesia akan menghadapi momen emas dan bersejarah,
yaitu Bonus Demografi pada rentang tahun 2030-2040. Bonus Demografi menunjukan
bahwa jumlah
penduduk usia produktif lebih besar dibandingkan penduduk
usia tidak produktif. Dengan demikian, jumlah penduduk usia tidak produktif
akan menjadi beban bagi jumlah penduduk usia produktif. Pemerintah
perlu memfasilitasi masyarakat yang berada pada rentang tahun tersebut.
Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Prof. H.M. Tito Karnavian, Ph.D (Sumber:
akuratnews.com)
Bonus
Demografi memberikan peluang dan tantangan bagi bangsa Indonesia. Oleh sebab
itu, khususnya masyarakat usia produktif perlu difasilitasi dengan baik.
Fasilitas berupa keahlian sesuai dengan perkembangan era digital. Dan, SDM
Unggul yang Produktif menjadi “harga mati”. Sekali gagal menghadapi Bonus
Demografi, maka masa depan bangsa Indonesia menjadi taruhannya. Oleh sebab itu,
menciptakan SDM Unggul menjadi prioritas bangsa Indonesia agar bisa melewati
Bonus Demografi tersebut. Serta, mampu bersaing di kancah global.
Kita mesti
bersyukur karena prioritas program kerja Presiden
Joko Widodo Jilid II adalah mendorong pembangunan
SDM. Seperti yang dituangkan dalam Rencana Kerja Pemerintah (RKP) di 2020.
Apalagi, jika melihat lima (5) aspek penting prioritas, pemerintahan Jokowi-Ma’ruf Amin benar-benar
bertujuan menciptakan kesejahteraan rakyat. Adapun, 5 prioritas Program Kerja Jokowi-Ma;ruf Amin, yaitu: 1) Perioritas pada
Pembangunan Sumber (SDM); 2) Pembangunan infrastuktur yang menjangkau
sentra-sentra ekonomi dan distribusi untuk lapangan kerja baru; 3) Penyederhanaan
kendala regulasi, diantaranya dengan membuat UU tentang Cipta Lapangan Kerja
yang akan menjadi omnibus law; 4) Pemangkasan birokrasi dengan
meningkatkan kompetensi kerja dan penguatan fungsi kerja dengan memangkas
eselonering; dan 5) Transformasi ekonomi
dari ketergantungan sumber daya alam ke manufaktur dan industri.
Presiden Joko Widodo saat memberikan pidato
pertamanya setelah resmi dilantik sebagai Presiden periode 2019 - 2024, di
Gedung MPR DPR RI tanggal 20 Oktober 2019 (Sumber: Sekretariat Negara RI)
Menghadapi
Bonus Demografi, Pemerintah sangat perhatian pada penciptaan lapangan kerja.
Dampak dari berkurangnya lapangan kerja di era digital, maka penciptaan lapangan
kerja padat karya sangat dibutuhkan masyarakat. Tanpa, mengurangi keterampilan
SDM untuk lapangan pekerjaan di ranah digital. Presiden Jokowi di era Kabinet Kerja
Jilid I mengklaim mampu menciptakan lebih dari 10 juta lapangan kerja baru.
Tentu, peluang lapangan kerja tersebut akan bertambah di era Kabinet Kerja
Jikid II seiring dengan meningkatnya SDM Unggul yang Produktif.
Pemerintah
juga perlu memperhatikan masalah pengangguran dan usia kerja Indonesia. Tanggal 5 November 2019 lalu, Kepala Badan Pusat
Statistik (BPS) Suhariyanto memaparkan pertumbuhan ekonomi kuartal III 2019 di
Jakarta. BPS mencatat bahwa Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) pada Agustus
2019 berjumlah 7,05 juta orang, meningkat dari Agustus 2018 berjumlah 7 juta
orang. Pada Agustus 2019 menyatakan Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT)
didominasi lulusan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) sebesar 10,42 persen
(menurun dibandingkan Agustus 2018
sebesar 11,24 persen). Selanjutnya, SMA dengan persentase 7,92 persen, Diploma
I/II/III 5,99 persen, Universitas 5,67 persen, SMP 4,75 persen, dan SD 2,41
persen.
Sedangkan, penduduk usia kerja di Indonesia sebesar 197,91 juta orang tahun
2019. Angka itu bertambah dibanding periode sebelumnya sebesar 194,78 juta
orang. Sebagai informasi, bulan Agustus 2019, angkatan kerja didominasi laki-laki
sebesar 83,13 persen, sedangkan perempuan sekitar 51,89 persen.
Kondisi pengangguran dan usia kerja Indonesia tersebut bisa menjadi
perhatian Pemerintah menghadapi Bonus Demografi. Penciptaan SDM Unggul yang
Produktif menjadi Pekerjaan Rumah (PR). Seiring dengan meningkatnya SDM Unggul
yang Produktif, Pemerintah juga berusaha mengurangi pengangguran. Sedangkan,
usia kerja Indonesia dibekali dengan keterampilan yang cocok dengan
perkembangan teknologi digital.
Dengan adanya program vokasi sekolah maka lulusan sekolah mampu mencetak
banyak wirausahawan. Karena, meningkatnya jiwa “pembuka lapangan kerja” akan
lebih baik dari jiwa “pencari lapangan kerja”. Dan, Indonesia mempunyai peluang
besar tersebut. Karena, hanya dengan lompatan yang tinggi maka derasnya
teknologi digital dan Bonus Demografi mampu dilalui dengan baik. SDM
Unggul yang Produktif adalah modal besar untuk menghadapinya. Layaknya sentilan
jemari Thanos saat mengalahkan “The Avengers”. Mari, melompat lebih tinggi!
Sumber tulisan:
BPS: Pengangguran Meningkat, Lulusan SMKMendominasi
Hadapi Bonus Demografi, Mendagri Sebut DiperlukanSDM yang Unggul
Langkah Strategis Menuju Pembangunan SDMIndonesia Unggul
Membangun SDMWujudkan Indonesia Unggul
Miliki Bonus Demografi, Begini CaraPemerintah Ciptakan SDM Unggul
SDM Unggul Menjadi Prioritas Utama Jokowi
Urgensi SDM diEra Revolusi Industri 4.0
2 comments for "SDM Unggul yang Produktif Sebagai Modal Lompatan Tinggi Hadapi Era Digital dan Bonus Demografi "