Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

6 Alasan akan Terjadi “Boom Traveling” Bali Sehabis Covid-19


Alasan yang Memperkuat Terjadinya Boom Traveling Bali (Sumber: dokumen pribadi)

 

 

“Apa yang anda lakukan sehabis Covid-19?”

 

Setiap orang punya jawaban beragam atas pertanyaan tersebut. Menurut saya, ada 5 jawqban besar yang muncul dalam masyarakat. Yaitu, kerja atau belajar, jalan-jalan (traveling), mengunjungi mall (pusat perbelanjaan), menikah dan mudik ke kampung halaman.

Jalan-jalan merupakan mimpi yang ingin diwujudkan banyak orang. Dan, Bali menjadi pilihan terbaik. Maka, tidak menutup kemungkinan bahwa akan terjadi “Boom Traveling” Bali sehabis Covid-19. 

Tidak mudah, ketika anda dalam posisi Work From Home (WFH) dalam jangka waktu yang lama. Ada perasaan jenuh atau bosan. Meskipun, anda mampu menghasilkan hal-hal yag kreatif selama WFH. Namun, kebebasan untuk melakukan aktifitas di luar rumah serasa dibatasi. 

Ibarat, kehidupan, anda bagai seekor katak dalam tempurung. Maka, bersosialisasi dengan orang lain secara langsung menjadi sebuah kerinduan yang ingin diwujudkan. Apalagi, jika bebas menikmati keindahan alam di luar ruangan. Sungguh, nikmat Tuhan mana yang kalian dustakan. 

Menarik, akan terjadinya “Boom Traveling” Bali atau ledakan perjalanan ke Bali sehabis Covid-19. Tentu, kondisi tersebut mempunyai alasan yang kuat. Setidaknya, ada 6 alasan yang mendasari bahwa Bali akan mengalami “Boom Traveling”, yaitu:

 

New Normal (Tatanan Kehidupan Baru) Pariwisata Bali

 

Berita di TV, media mainstream dan media online memberitakan bahwa Pemerintah akan melakukan berbagai persiapan untuk menghadapi New Normal (Tatanan Kehidupan Baru). Tentu, langkah yang dilakukan Pemerintah disambut gembira berbagai kalangan. 

Meskipun, ada beberapa pihak yang merasa “masih” khawatir dengan akan diberlakukannya New Normal. Karena, penyebaran Covid-19 masih terjadi di beberapa daerah di Indonesia. 

Kebijakan New Normal tersebut sungguh istimewa bagi Bali. Mengapa? Rencana pemberlakuan New Normal justru lebih menintikberatkan pada “New Normal Pariwisata Bali”. 

Jika, daerah lain hanya “New Normal” agar perkantoran atau pertokoan buka kembali. Dengan tetap memperhatikan Protokol Kesehatan. Tetapi, di Bali ada embel-embel “Pariwisata Bali”. Dengan kata lain, New Normal ini dititikberatkan pada kondisi pariwisata. 

Hal ini menunjukan bahwa pariwisata Bali menjadi alasan utama akan diberlakukannya kebijakan New Normal. Kondisi tersebut akan membangkitkan kembali perekonomian Bali, yang terpuruk selama Pandemi Virus Corona. 

Keinginan segera kondisi normal Pariwisata Bali, tentu diharapkan banyak pihak. Apalagi, bagi traveler atau perusahaan tour & travel yang mempunyai agenda rutin melakukan kunjungan ke Bali. Kondisi New Normal menjadi awal dimulainya babak baru dalam menjalankan bisnis. Dan, keuntungan ada di depan mata.

 

Bali Masih Menjadi Tujuan Wisata Idaman

 

Harus diakui bahwa pesona Bali masih kuat menjadi destinasi wisata unggulan. Baik bagi wissatawan domestik, maupun wisatawan mancanegara. Bali yang mempunyai keragaman jenis destinasi wisata masih menjadi magnet untuk dikunjungi. 

Banyak orang yang mengagendakan Bali menjadi tujuan wisata. Baik untuk sekedar wsiata atau bulan madu (honeymoon). Didukung dengan akses transportasi yang mudah. Baik trasnportasi darat maupun udara membuat orang ingin berkunjung ke Bali. Apalagi, variasi jenis wisata membuat orang bebas untuk memilihnya.  

 

Bali dengan Tingkat Penyebaran Covid-19 yang Kecil

 

Bali mendapat apresiasi langsung dari Presiden Jokowi saat Pandemi Virus Corona. Karena, keberhasilan dalam mencegah penyebaran Covid-19. Juga. Bali termasuk wilayah yang mempunyai persentasi kematian terkecil di Indonesia. Karena, dampak wabah Covid-19. 

Tingkat penyebaran Covid-19 yang kecil, menjadi pilihan banyak orang sebagai destinasi wisata. Tentu, karena dirasa aman karena dampak Covid-19 yang akan terjadi. 

Banyak orang akan berpikir dua kali. Ketika, hendak melakukan traveling di sebuah destinasi wisata. Yang pernah mengalami penyebaran Covid-19 tinggi. Meskipun, kondisi ini tidak berlaku mutlak. 

Tetapi, jika ada 2 pilihan daerah yang pernah mengalami tingkat Covid-19 tinggi dan rendah. Maka, orang akan cenderung memilih yang rendah. Karena, banyak orang merasa lebih aman. Sekali lagi, kondisi ini tidak mutlak. Namun, jika disuruh memilih, maka anda pasti mudah memilihnya, bukan? 

 

Ketakutan Wisata Luar Negeri, karena Kasus Covid-19 yang Tinggi


Dampak penyebaran Covid-19 yang tinggi di luar negeri memberikan kekhawatiran banyak orang. Bukan hanya bagi warga lokal, tetapi juga bagi wisatawan luar negeri, yang hendak berkunjung ke negera tersebut. 

Pulangnya para Pekerja Migran Indonesia (PMI) dan mahasiswa yang sedang belajar di luar negeri menjadi bukti. Bahwa, penyebaran Covid-19 sungguh luar biasa. Pemerintah Indonesia bertanggung jawab menjaga warga negaranya dari  dampak Covid-19 tersebut.

 

Dampak penyebaran Covid-19 sangat berimbas kepada kondisi pariwisata. Selama belum ditemukannya vaksin Covid-19, maka semua orang  akan selalu hidup dengan Protokol Kesehatan. Tentu, semua orang mesti waspada, karena sewaktu-waktu bisa terpapar Covid-19.

 

Dengan belum ditemukannya vaksin Covid-19 akan berpengaruh besar terhadap kunjungan wsiata  sebuah negara. Negara-negara dengan penyebaran Covid-19 yang tinggi akan “dijauhi” para traveler. Dengan alasan, mencari titik aman karena takut terpapar Covid-19. 

Apalagi, negara dengan penyebaran Covid-19 yang tinggi. Negara tersebut akan membuat peraturan sangat ketat bagi para warga lokal dan wisatawan. Dengan peraturan  yang sangat ketat dan ribet, biasanya menguras energi dan materi. Karena, ada biaya untuk mengurusi Kesehatan. 

Bagi, traveler dengan budget pas-pasan atau backpacker akan “menghindari” negara dengan peraturan yang sangat ketat. Tentu, peraturan yang ketat sebuah negara dilakukan demi membuat kenyamanan warganya. Juga, mencegah penyebaran Covid-19 secara tiba-tiba.    

 

Daya Tarik Wisata Lokal

 

Sebelum Pandemi Virus Corona terjadi, track record perjalanan ke luar negeri adalah sebuah gengsi. Baik dalam rangka bisnis, kerja, belajar maupun jalan-jalan. Bahkan, bisa jadi semakin banyak berkunjung ke berbagai negara akan menjadi nilai lebih buat si pelaku. 

Namun, saat Pandemi Virus Corona terjadi, maka track record perjalanan ke luar negeri menjadi sebuah ketakutan. Banyak dari anda yang ketakutan berkomunikasi. Dengan orang yang telah melakukan perjalanan ke luar negeri. 

Anda pasti tahu, kan? Bagaimana perlakuan tim medis kita, saat menerima kedatangan warga negara kita di Bandara Soekarno Hatta. Ketika, saudara kita pulang dari Wuhan China. Semua orang ada perasaan takut terpapar Covid-19. Itulah sebabnya, sesuai dengan Protokol Kesehatan, mereka harus melewati masa karantina terlebih dahulu. 

Juga, Pekerja Migran Indonesia (PMI) dari Bali yang pulang melalui Bandara Ngurah Rai. Mereka rata-rata bekerja di kapal pesiar. Di mana, kedatangannya selalu memberikan kebahagiaan banyak orang, khsususnya bagi keluarga. Karena, mereka membawa banyak uang, sebagai hasil jerih payah bekerja di negeri orang. 

Namun, kedatangan ratusan PMI tersebut menjadi ketakutan banyak orang. Akhirnya, mereka dikarantina di beberapa tempat di Bali, seperti di hotel di kawasan Sanur Denpasar. 

Ya, track record pernah bekerja atau belajar di luar negeri “justru” menjadi orang seperti terisolasi. Apalagi, jika anda pernah singgah di negara dengan tingkat penyebaran Covid-19 yang tinggi. Maka, kedatangan mereka ke Indonesia akan menjadi ketakutan banyak orang.  

Belajar dari kasus di atas, maka banyak orang yang bermimpi untuk melakukan traveling lokal saja. Dan, Bali menjadi destinasi pilihan banyak orang sehabis Covid-19. Dengan kata lain, Pandemi Virus Corona menjadi daya tarik wisata lokal semakin naik. 

Selama vaksin Covid-19 belum ditemukan, maka orang akan memilih jalur aman. Masyarkat kita maupun wsiatawan luar negeri akan berwisata ke tempat yang dirasa aman dan nyaman. Oleh sebab itu, daya tarik wisata lokal seperti Bali akan menjadi naik. 

Bule-bule yang tinggal di Bali akan memberikan rekomendasi kepada teman, keluarga, dan orang lain melalui ranah digital. Bahwa, kondisi Bali aman dengan tingkat penyebaran Covid-29 yang rendah. 

Itulah sebabnya, meski New Normal pariwisata Bali belum dikeluarkan. Tetapi, ratusan bule menyerbu Pantai Canggu Kabupaten Badung untuk bermain selancar (surfing). Mereka tidak mengindahkan Protokol Kesehatan. Juga, mereka berpikir bahwa Bali aman-aman saja dari Covid-19.      

 

Meluapkan Kegembiraan Setelah Work From Home (WFH)

 

Jujur, berada di rumah saja lebih dari 3 bulan lamanya akan membuat siapapun suntuk dan bosan. Ketika orang bergelut dengan pekerjaan atau pelajaran (mata kuliah). Maka, banyak orang berkeinginan untuk libur panjang. 

Namun, ketika masa liburan dialami terlalu panjang. Bahkan, berada di rumah terus. Maka, rasa bosan akan menghinggapi banyak orang. 

Makanya, jangan kaget ketika Pemerintah melakukan relaksasi atau pelonggaran kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB). Seperti, dengan dibukanya pusat perbelanjaan (mall). Banyak orang tumpah ruah memasuki sebuah mall di Jakarta. Tanpa memperhatikan Protokol kesehatan lagi. 

Mereka meluapkan kegembiraan  selama di rumah saja. Dengan mendapatkan sensasi untuk sekedar jalan-jalan di mall. Bagi yang mempunyai uang lebih, maka bisa melakukan aktifitas belanja. 

Meluapkan kegembiraan menjadi pelampiasan banyak orang. Ketika, ruang geraknya terbatasi karena Protokol Kesehatan Covid-19. Maka, ketika kondisi sudah normal, mereka mempunyai keinginan besar untuk melakukan jalan-jalan. Untuk menikmati pemandangan yang berbeda. 

Dan, Bali akan menjadi destinasi pilihan banyak orang. Sebagai tempat wsiata untuk meluapkan kegembiraan sehabis Covid-19. Apalagi, dengan keanekaragaman destinasi wisata. Membuat banyak orang ingin mewujudkan traveling ke Bali.

Juga, perjalanan wisata mahasiswa atau anak sekolah yang selama ini tertunda. Maka, sehabis Covid-19, Bali diperkirakan akan mengalami “Boom Traveling”. 

 

Post a Comment for "6 Alasan akan Terjadi “Boom Traveling” Bali Sehabis Covid-19"