GESID Untuk Generasi Emas 2045
GESID Untuk Generasi Emas 2045
(Sumber: GESID/SS)
Generasi Emas 2045 menjadi
tujuan besar bangsa Indonesai. Di mana, rakyat Indonesia mempunyai GESID
(Generasi Bangsa Indonesia) yang sehat karena kebutuhan nutrisi gizi seimbang. Dan, bangsa Indonesia dipimpin oleh generasi anak
bangsa yang sehat dan cerdas. Namun, tujuan besar tersebut tidaklah mudah
seperti membalikan telapak tangan.
Perlu adanya tindakan yang dilakukan pemerintah secara berkesinambungan. Berbagai program telah dilakukan agar Nutrisi Untuk Bangsa terpenuhi. Bukan hanya Pemerintah yang peduli tentang kondisi kesehatan bangsa Indonesia. Tetapi, pihak swasta pun ikut memikirkan hal tersebut. Salah satunya perusahaan Danone Indonesia.
REMAJA WAJIB SEHAT
Tanggal 14 September 2020 pukul 10.00-12.00 WIB kemarin, Danone
Indonesia mengadakan Webinar melalui aplikasi Zoom. Acara Webinar tersebut
sebagai langkah kongkret untuk LAUNCHING PROGRAM GESID (GENERASI SEHAT
INDONESIA). Launching program #GenerasiSehatIndonesia bertajuk Edukasi Gizi dan
Kesehatan Bagi Remaja SMP dan SMA.
Webinar tersebut sangat menarik karena mengundang para ahli yang paham
di bidangnya. Dihadiri dengan Keynote Speaker Dr. Dian Dipo, MA. Sedangkan,
pembicara yang hadir adalah:
1.
Vera Galuh
Sugijanto (VP General Secretary Danone Indonesia).
2.
Prof. Dr. Ir.
Arif Satria, MSi. (Rektor IPB) yang diwakili oleh Dekan Gizi Masyarakat
Fakultas Ekologi Manusia (FEMA) IPB Prof. Dr. Ir. Ujang Sunarwan, MSc.
3.
Prof. Dr. Ir.
Sri Anna Marliyati, MSi. (Ketua Departemen FEMA IPB).
4.
Karyanto
Wibowo (Sustainability Development Director Danone Indonesia).
5.
Sharla Martiza
(Siswi SMA, Pemenang The Voice Kids tahun 2017).
Pembahasan pada Webinar tersebut menarik untuk disimak. Yaitu, perlunya edukasi gizi dan kesehatan remaja. Khususnya, remaja SMP dan SMA demi generasi emas Indonesia tahun 2045.
Dan, GESID diluncurkan secara resmi oleh Sekretaris Direktorat Jendral
Kesehatan Masyarakat Kementerian Kesehatan RI Ibu drg. Kartini Rustandi, M.Kes.
Di saat bersamaan, beliau juga secara simbolis memberikan buku panduan GESID
kepada perwakilan Duta Gesid dari wakli SMP dan wakil SMA.
Peluncuran GESID oleh Sekretaris Direktorat Jendral Kesehatan Masyarakat Kementerian Kesehatan RI Ibu drg. Kartini Rustandi, M.Kes.(Sumber: GESID/SS)
Beliau juga menyampaikan informasi tentang Edukasi Gizi dan Kesehatan
Remaja. Situasi gizi dan kesehatan anak Indonesia dibahas secara detil. Berdasarkan
Riskesdas tahun 2018, GSHS tahun 2015, SDT tahun 2014, SDKI tahun 2017 dan
Hardiansyah tahun 2014 menyatakan laporan bahwa rerata anak hingga remaja
Indonesia terkena anemia, yatu:
1.
Usia 5 - 14
tahun sebesar 26 persen.
2.
Usia 15 - 24
tahun sebesar 32 persen.
Juga, sebanyak 98 persen tidak minum tablet tambah darah dengan cukup.
Di mana, sebesar 20 persen merasa tidak perlu, 19 persen lupa dan 9 persen
takut efek samping. Dalam hal kondisi tubuh, situasi gizi dan kesehatan
menjelaskan bahwa 1 dari 4 remaja mengalami stunting dan 1 dari 7 remaja
mengalami kelebihan berat badan.
Situasi gizi dan kesehatan, jika dilihat dari hal sarapan, maka
menghasilkan penelitian sebagai berikut:
1.
65 persen
tidak sarapan.
2.
35 persen yang
sarapan, 90,2 persen nya sarapan dengan muru rendah.
3.
20 persen anak
sekolah memiliki kebiasaan makan <3 kali/hari.
4.
97 persen
kurang konsumsi sayur dan buah.
5.
57 persen
kurang aktifitas fisik.
6.
45 persen
tidak cuci tangan dengan benar.
Situasi gizi dan kesehatan tentu tidak terlepas dari masalah konsumsi
makanan. Dan, penelitian menjelaskan bahwa:
1.
50 persen
konsumsi makanan manis.
2.
32 persen
konsumsi makanan asin.
3.
11 persen
konsumsi makanan instan.
4.
78 persen
konsumsi makanan berpenyedap.
Hal lain yang menarik untuk disimak adalah masalah pernikahan dan
kehamilan yang terjadi pada anak Indonesia. Hasil penelitian menjelaskan bahwa:
1.
4 persen
menikah usia 15 – 24 tahun.
2.
2,6 persen
menikah usia <15 tahun.
3.
Kehamilah
remaja 36/1000 remaja.
Untuk menciptakan situasi gizi dan kesehatan khususnya remaja, maka
diperlukan adanya intervensi, berupa kegiatan berkesinambungan di dalam dan di
luar sekolah, seperti:
1.
Program UKS
(72,59 persen Puskesmas melaksanakan penjaringan kelas 7 dan 10.
2.
Model
sekolah/madrasah (46,57 persen Puskesmas membina minimal 20 persen
sekolah/madrasah)
3.
Sebanyak
5.343.941 remaja putri mendapatkan TTD (Aplikasi pengingat minum untuk mencegah
anemia).
4.
40,89 persen
Puskesmas mampu melaksanakan PELAYANAN KESEHATAN PEDULI REMAJA.
5.
Posyandu
Remaja.
6.
Edukasi
kesehatan dan gizi.
7.
PEMBINAAN
KESEHATAN DI LEMBAGA PENGASUHAN (Rumah singgah, Panti/LKSA, Lapas/Rutan
Anak/LPKA)
8.
Pendataan dan
informasi kesehatan melalui “RAPOR KESEHATANKU”.
Intervensi untuk edukasi gizi dan kesehatan remaja khususnya remaja putri (Sumber: GESID/SS)
Perlu diketahui bahwa situasi gizi dan kesehatan anak Indonesia diawali
sejak 1.000 HPK (Hari Pertama Kehidupan). Itulah sebabnya, saat 1.000 HPK harus
diperhatikan dengan baik oleh keluarga dan pendukung lainnya. Perlu adanya
STRATEGI pendekatan Siklus Hidup (1.000 HPK + dengan upaya optimalisasi
cakupan) melalui:
1. Peningkatan kapasitas SDM.
2. Peningkatan Kualitas Program.
3. Penguatan Edukasi Gizi.
4. Penguatan Manajemen Intervensi Gizi di
Puskesmas dan Posyandu.
Dan, intervensi yang dilakukan untuk mendukung keberhasilan 1.000 HPK melalui:
1. Promosi dan konseling menyusui.
2. Promosi dan konseling PMBA.
3. Pemantauan pertumbuhan dan perkembangan.
4. Pemberian suplementasi TTD Ibu hamil dan
remaja, serta pemberian kapsul vitamin A.
5. Penanganan Masalah Gizi dengan pemberian
makanan tambahan.
6. Tatalaksana gizi buruk.
Remaja menjadi perhatian serius dalam hal pemberian edukasi gizi dan
kesehatan remaja. Perlunya intervensi pada orang tua, masyarakat sekolah
(siswa dan guru), Pembina UKS, Pengelola kantin, dan tokoh berpengaruh di
masyarakat). Setelah edukasi, maka diperlukan literasi gizi dengan menjangkau
remaja.
Hal tersebut bertujuan agar remaja aktif, memiliki status gizi yang
baik, serta mempunyai kemampuan kognitif yang baik. Oleh sebab itu, membutuhkan
intervensi, integrasi dan dukungan multisektor. Dengan kata lain,
perbaikan gizi pada remaja meliputi peningkatan kapasitas, suplementasi TTD (Tablet
Tambah Darah), edukasi dan penguatan manajemen terintegrasi stakehoders terkait.
Menghadapi kondisi Pandemi Covid-19, bagaimana dengan perbaikan gizi
remaja di masa adaptasi kebiasaan baru (New Normal)? Tentu, perbaikan
gizi tersebut tetap dilakukan karena kesehatan remaja harus tetap terjaga. Nah,
hal yang perlu dilakukan melalui:
1. Menjaga daya tahan tubuh, melalui prinsip
ISI PIRINGKU.
2. Modifikasi Pendidikan gizi dan kesehatan
secara luring dan daring.
3. Progam perbaikan gizi remaja tetap
berjalan dengan protocol kesehatan.
Perbaikan gizi remaja di saat kebiasaan baru (New Normal) (Sumber: GESID/SS)
STUNTING
Pada Webinar tersebut juga dibahas masalah Stunting. Stunting
adalah kondisi tinggi badan anak lebih pendek dibandingkan tinggi badan anak
seusianya. Hal ini disebabkan karena kekurangan gizi kronis dengan manifestasi
kegagalan pertumbuhan yang dimulai sejak masa kehamilan hingga anak berusia 2
tahun. Dan, bahaya yang timbul dari Stunting, seperti:
1. Pendapatan saat dewasa yang lebih rendah.
2. Performa di sekolah yang lebih buruk.
3. Ancaman terhadap penyakit kronis.
Sustanability Development Director Bapak Karyanto Wibowo memaparkan materi tentang Generasi Sehat
Pemutus Mata Rantai Stunting Menuju Generasi Emas 2045. Sebagai informasi
bahwa masalah Stunting bagi Indonesia tergolong kronis. Di mana 3 dari 10
anak Indonesia menderita Stunting.
Perhatikan gambar di bawah. Di mana, kondisi negara dengan stunting
tinggi seperti negara tetangga Timor Leste dengan tingkat stunting lebih dari
50 persen. Dengan negara Korea Selatan dengan tingkat stunting hanya 2,5
persen. Perkembangan negaranya pun sungguh luar biasa. Dengan menjadi produktor
berbagai produk teknogi dan Drakor & K-POP yang fenomenal.
Perbedaan mencolok kondisi gizi antara negara Timor Leste dengan Korea Selatan (Sumber: GESID/SS)
Tingginya prevalensi stunting pada jangka panjang sangat
berdampak kepada kerugian ekonomi Indonesia. Bahkan, jika dihitung-hitung
negara bisa mengalami kerugian hingga 300 triliun.
Perlu diketahui bahwa menurut WHO menyatakan bahwa masalah kesehatan
masyarakat dianggap kronis jika prevalensi stunting lebih dari 20 persen. Di Indonesia sendiri ada 14 provinsi yang
mempunyai prevalensi stunting melebihi angka prevalensi nasional. Indonesia
menduduki tingkat ke-5 dengan prevalensi stunting masih 30 persen
dengan pendapatan perkapita 59 juta per tahun.
“Sejatinya, anak Indonesia mampu berdayasaing
tinggi di tingkat global. Hal ini dibuktikan bahwa dalam daftar peringkat
Danone Nations Cup 2017, anak Indonesia menjadi perwakilan terbaik Asia”.
Stunting bukan hanya
menjadi masalah untuk saat ini saja. Tetapi, Stunting telah menjadi
masalah antar generasi. Cycle of Stunting menunjukan bahwa
kondisi remaja saat ini akan berpengaruh besar di masa depan. Itulah sebabnya, kondisi
remaja saat ini perlu diperhatikan agar tidak mengalami malnutrisi.
Ketika, remaja kekurangan gizi, maka kemungkinan besar akan menjadi ibu yang mempunyai kondisi tubuh kekurangan gizi kronis. Dan, Ibu tersebut akan melahirkan anak yang mempunyai berat tubuh di bawah ideal. Selanjutnya, anak yang mempunyai kondisi tubuh di bawah ideal akan mengalami kondisi stunting.
BUKU PANDUAN GESID
Untuk memberikan pemahaman mendalam tentang edukasi gizi dan kesehatan
remaja, maka buku panduan GESID menjadi langkah terbaik. Buku Panduan GESID memberikan
pemahaman mendalam buat remaja agar peduli tentang kesehatan mereka.
Dalam webinar, Ketua Tim penyusunan buku panduan GESID Ibu Prof. Dr. Ir. Sri Anna Marliyati, MSi. Selaku
Ketua Departemen Fakultas Ekologi Manusia (FEMA) IPB juga memaparkan tentang
kilsan pembahasa menarik yang ada di Buku Panduan GESID.
GESID merupakan
program edukasi Gizi dan Kesehatan bagi Remaja hasil Kerjasama FEMA IPB dan
Danone Indonesia.Mengapa Remaja perlu Buku Panduan GESID?
1.
Agar edukasi
gizi dan kesehatan pada remaja lebih terarah dan sesuai bahasa remaja, agar
remaja mudah paham, tidak bosan dan bisa mengembangkan lebih jauh, agar remaja
bisa mengedukasi dengan baik dan benar.
2.
Panduan telah
disusun oleh tim ahli agar mudah dipahami dan digunakan.
3.
Buku panduan
tersebut telah diuji keterbacaan dan uji coba dalam Pilot Project.
4.
Berisi materi
yang bermutu : Aku Sehat, Aku Peduli dan Aku Bertanggung Jawab.
Ambil saja materi di GESID tentang Anemia. Penderita Anemia
memiliki tanda-tanda seperti kondisi letih, lesu, lemah, Lelah, lalai, pusing,
mata berkunang-kunang dan susah berkosentrasi. Oleh orang AWAM, Anemia dikenal
dengan kurang darah. Anemia adalah suatu penyakit di mana kadar Hemoglobin
(Hb) dalam darah kurang dari normal. Hemoglobin adalah salah satu komponen
dalam darah merah/eritrosit yang berfungsi untuk mengikat oksigen dan
menghantarkannya ke seluruh sel jaringan tubuh.
Penyebab utama Anemia adalah kekurangan zat besi dalam konsumsi makan
yang berakibat:
1. Menurunnya kebugaran dan ketangkasan
berpikir.
2. Menurunnya konsentrasi belajar.
3. Menurunnya daya tahan tubuh.
4. Mengganggu pertumbuhan.
5. Muka terlihat pucat dan menurunkan
kemampuan fisik.
Mengapa harus remaja yang menjadi sasaran? Kita memahami bahwa peran
remaja sebagai agen perubahan sangat menonjol. Remaja sebagai penerima program
bisa saling mengedukasi. Juga, ada alasan penting, mengapa remaja perlu
diedukasi Gizi dan kesehatan:
1.
Remaja
merupakan generasi penerus bangsa di masa yang akan datang, maka harus sehat
dan berkualitas.
2.
Remaja,
khususnya Remaja Putri merupakan calon ibu di masa depan, maka perlu sehat.
3.
Remaja putri
yang sehat, setelah menjadi ibu akan melahirkan anak-anak yang sehat. Maka,
mampu memtus stunting.
4.
Remaja yang
mempunyai pengetahuan gizi dan kesehatan yang baik mampu mengedukasi
lingkungannya dan mengaplikasikan untuk kehidupannya sendiri. Sehingga, di masa
depan memiliki anak-anak yang sehat dan berkualitas.
Juga, Remaja perlu diberi edukasi tentang gizzi, karena berdasarkan
hasil penelitian menunjukan:
1.
Ada hubungan
antara pengetahuan gizi dengan status gizi pada remaja putri.
2.
Ada hubungan
signifikan antara pengetahuan gizi seimbang dan penerapan pesan gizi seimbang
dengan anemia gizi besi.
3.
Terdapat
hubungan antara pengetahuan gizi dengan status gizi pada mahasiswa.
4. Pendidikan gizi adalah kebutuhan saat ini, yang akan membantu remaja untuk mengadopsi kebiasan makan sehat.
SEHAT TIDAK INSTAN
Tidak ketinggalan, dalam webinar juga menampilkan pembicara dari
perwakilan remaja yaitu Sharla
Martiza (Siswi SMA, Pemenang The Voice Kids tahun 2017). Sharla denan jujur
mengakui bahwa dulu kondisi badan gemuk. Tentu, sebagai remaja menginginkan
untuk memiliki kondisi tubuh yang ideal. Apalagi, kondisi badan yang gemuk,
seringkali menjadi bahan ejekan atau bully-an teman-temannya.
Sekarang ini. Masih banyak remaja wanita yang masih menganggap bahwa Body
image Remaja sangatlah penting. Oleh sebab itu, banyak remaja wanita
yang mencari cara instan untuk membentuk tubuh yang ideal. Padahal, untuk
membuat kondisi badan yang sehat tidaklah seperti membalikan telapak tangan.
Perlu adanya proses yang terus dilakukan.
Sharla seringkali browsing di internet tentang cara untuk membuat
kondisi tubuh menjadi sehat dan ideal. Namun, dia masih ragu dan takut dengan
informasi yang disajikan di internet. Apakah informasi tersebut benar dan bisa
dipertanggungjawabkan.
Sharla pun memahami bahwa konsep Isi Piringku mampu membuat kondisi tubuh menjadi sehat karena nutrisi. Di mana, remaja khususnya wanita membutuhkan nutrisi gizi yang seimbang. Antara nasi, lauk-pauk, sayuran dan buah-buahan.
GENERASI EMAS 2045
Pemahaman edukasi gizi dan kesehatah remaja melalui buku panduan GESID
secara tidak langsung memberikan Pendidikan Karakter bagi generasi masa
depan. Remaja yang sehat saat ini tentu akan melahirkan generasi yang sehat di
masa depan. Itulah sebabnya, bangsa Indonesia mengharapkan agar bangsa dipimpin
oleh pemimpin yang sehat. Pemimin yang siap bersaing di pentas global.
Pendidikan Karakter remaja melalui GESID juga menjadi modal besar untuk
menghadapi Bonus Demografi. Ketika remaja Indonesia Sehat, maka remaja akan
dengan mudah melalui Bonus Demografi tersebut. Kesuksesan melewati Bonus
Demografi akan menjadi modal utama untuk menjadikan Generasi Sehat 2045.
Tujuan besar Generasi Sehat 2045 bermula dari sekarang. Di mana,
pemahaman remaja tentang edukasi Gizi dan Kesehatan dilakukan secara intens dan
menyeluruh. Dnone Indonesia tellah melakukan pilot project d 5 SMP dan 5 SMA
area Jabodetabek. Program GESID tersebut akan diperluaas seluruh Indonesia.
Dengan melibatkan pemerintah setempat, agar GESID mampu dipahami seluruh remaja
Indonesia.
Dalam interna karyawan Danone Indonesia sebanyk 15.000 pun bisa menjadi
penyambung lidah untuk menularkan program GESID ke orang lain. Cepat atau
lambat, GESID akan melakukan akselerasi ke seluruh remaja di seluruh pelosok
nusantar. Tentu, seiring dengan program GESID tersebut akan tertanam Pendidikan
karakter sebagai bekal remaja demi menatap Generasi Emas 2045.
Dengan demikian, perwujudan Generaasi EmaS 2045 bukanlah mimpi belaka.
Tergantung, sejauh mana remaja Indonesia mau berbagi, menyerap informasi GESID.
Karena, GESID merupakan program pertama Danone Indonesia yang telah melewati
berbagai kajian mendalam bersama para pakar dari IPB. Bahkan, buku panduan
GESID telah diuji untuk bacaan remaja. Dengan tujuan, sejauh mana pemahaman
remaja terhadap informaasi yang ada.
GESID telah memberikan oase baru. Sebuah edukasi gizi dan kesehatan
remaja yang bisa dipercaya. Kini, kesiapan menghadapai Generasi Emas 2045 ada
di tangan remaja sekarang. Siapkah menghadapi Bonus Demografi demi keberhasilan
Generasi Emas 2045? Masa depan bangsa Indonesia ada di tangan anda. Karena,
andalah yang akan menjadi pemimpin bangsa Indonesia nanti..
Infografis Generasi Sehat Indonesia (GESID) (Sumber: dokumen pribadi)
Catatan:
Jika anda ingin mendapatkan informasi tentang
Edukasi Gizi dan Kesehatan Remaja. Anda bisa baca informasinya di bit.ly.PedomanGiziMasyarakat.
1 comment for "GESID Untuk Generasi Emas 2045 "