Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Membangun Rasa Nasionalisme Dalam Balutan Infrastruktur Negeri (Bagian 2)

Membangun infrastruktur (Sumber: shutterstock)


Kesejahteraan Ekonomi

          Pembangunan infrastruktur yang merata di seluruh Indonesia mengakibatkan geliat ekonomi tumbuh subur. Akibatnya, masyarakat mampu memenuhi kebutuhan ekonominya. Kebutuhan ekonomi yang paling utama adalah kebutuhan akan pangan, sandang dan papan. Dan, kebutuhan pangan menjadi primer, agar masyarakat bisa bertahan hidup.

          Oleh sebab itu, pemerintah berusaha untuk menciptakan ketahanan pangan secara merata di seluruh Indonesia. Dan, ketersedian air secara nasional menjadi penting agar tanaman yang menjadi bahan makanan pokok masyarakat tetap tercukupi. Untuk memenuhi ketersediaan air tersebut, pemerintah membangun infrastruktur bendungan atau waduk, embung, sumur air tanah dan rehabilitasi irigasi.

          Di awal pemerintahan, Presiden Jokowi mampu menciptakan ketahanan pangan dengan adanya peresmian Bendungan Nipah di Kabupaten Sampang, Jawa Timur, pada tanggal 19 Maret 2016. Sejatinya, sejak bendungan disetujui tahun 1973 dan mulai pembebasannya tahun 1982. Pembangunannya mengalami kendala tahun 1993, karena penolakan masyarakat. Akhirnya, pada tahun 2015 di era pemerintahan Jokowi, pembangunan bendungan tersebut bisa dilanjutkan dengan baik.

          Lanjut, untuk pemenuhan kebutuhan air di wilayah Nusa Tenggara Timur (NTT) saja, Ditjen Sumber Daya Air pada tahun 2021 telah mengalokasikan sejumlah anggaran untuk pembangunan Daerah Irigasi Baing (Tahap II) di NTT seluas 100 hektar. Serta, melanjutkan rehabilitasi irigasi pada 8 Daerah Irigasi yang meliputi DI Nggorang, DI Lembor, DI Netemnanu, DI Tilong, DI Satarbeleng, DI Wae Dingin, DI Mbay Kanan, dan DI Nebe.

          Bukan hanya pembangunan Daerah Irigasi, bahkan Kementerian PUPR RI telah merencanakan program pembangunan 6 bendungan di NTT sejak tahun 2014 lalu. Bendungan-bendungan tersebut berfungsi sebagai suplai air untuk irigasi dan penyediaan air baku. Bendungan Raknamo, Rotiklot dan Napungete sudah selesai dan beroperasi. Sedangkan, 3 bendungan lainnya yaitu Bendungan Temef, Bendungan Manikin dan Bendungan Mbay masih dalam tahap pembangunan. Bendungan mampu mereduksi banjir dan sebagai penggerak untuk Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) yang mampu menghasilkan daya sebesar 2,575 megawatt.

          Keberadaan infrastruktur bendungan memberikan kontribusi signifikan dalam mengupayakan ketahanan pangan. Dikarenakan, kunci ketahanan pangan di sebuah wilayah adalah ketersediaan akan pasokan air. Pasokan air yang mencukupi akan memudahkan masyarakat untuk bercocok tanam, baik berupa padi, jagung, ketela, maupun sorgum. Maka, masyarakat bisa bercocok tanam sepanjang tahun. Tanpa menunggu datangnya musim penghujan. Di mana, dengan model sawah tadah hujan, biasanya waktu bercocok tanam hanya bisa dilakukan sekali dalam setahun.    

          Pemerintahan Jokowi juga membangun Bendungan Tamblang di Kabupaten Buleleng, Bali. Pembangunan bendungan tersebut ditargetkan selesai pada tahun 2022. Perlu diketahui bahwa pembangunan infrastruktur bendungan tersebut bertujuan untuk memenuhi misi ketahanan pangan dan ketersediaan air nasional. Apalagi, Bali dikenal sebagai destinasi wisata andalan Indonesia, untuk mendatangkan wisatawan mancanegara.  

          Pantas saja, jika pembangunan Bendungan Tamblang merupakan bagian dari Program Strategis Nasional (PSN). Dengan tujuan untuk menambah tampungan air, sehingga kontinuitas suplai air baku dan irigasi ke sawah tetap terjaga. Dengan kapasitas tampungan sebesar 7,6 juta m3, maka Bendungan Tamblang mampu memenuhi kebutuhan air irigasi di Daerah Irigasi (DI) Bungkulan dan DI Bulian seluas 588 ha.

          Serta, banyak manfaat lainnya yang diakibatkan dengan adanya keberadaan Bendungan Tamblang. Seperti, penyediaan air baku dengan debit 510 liter/detik, menambah cadangan listrik (Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro/PLTM) sebesar 0,54 MW, pengendalian banjir, kawasan konservasi, dan potensi pariwisata baru di Bali utara.


Bendungan Tamblang yang berada di Kabupaten Buleleng Bali (Sumber: kemenpupr/IG)

 

          Selain Bendungan Tamblang Buleleng Bali, Pemerintah juga membangun di timur Indonesia yaitu Bendungan Way Apu. Bendungan multifungsi tersebut berada di Kabupaten Buru, Provinsi Maluku, yang mempunyai daya tampung 50,05 juta m3.

          Bendungan yang membendung Sungai Way Apu ini, dibangun di atas lahan seluas lebih kurang 422,08 hektar. Bendungan bertipe zonal urugan inti tegak ini memiliki luas daerah genangan mencapai 235,10 hektar. Bendungan Way Apu mampu menyediakan kebutuhan akan air irigasi seluas 10.000 hektar. Manfaat lainnya adalah tersedianya air baku dengan debit 0,5 m3/detik dan mereduksi banjir sebesar 557 m3/detik. Dan, Bendungan Way Apu dapat dimanfaatkan sebagai pembangkit listrik sebesar 8 megawatt, yang mampu menerangi lebih kurang 8.750 rumah.

           

Bendungan Way Apu di Kabupaten Buru, Provinsi Maluku (Sumber: kemenpupr/IG)

 

          Menarik, Bendungan Way Apu tersebut menjadi tempat pariwisata baru. Tentu, akan merangsang timbulnya geliat perekonomian baru seperti warung makan, tempat oleh-oleh, tempat parkir dan lain-lain. Hal inilah yang mampu memberikan kontribusi untuk meningkatkan kesejahteraan ekonomi. Karena, masyarakat bisa mendapatkan penghasilan tambahan dari keberadaan bendungan. Sebagai informasi, pembangunan infrastruktur bendungan Way Apu tersebut ditargetkan selesai Agustus 2023.

          Selain pembangunan infrastruktur bendungan yang bermanfaat untuk menciptakan ketahanan pangan. Maka, pemerintah juga membangunan infrastruktur papan atau rumah tinggal. Apalagi, kebutuhan akan papan atau rumah tinggal menjadi bukti kesejahteraan ekonomi, yang diidam-idamkan setiap orang.   

          Kepedulian pemerintah tentang kebutuhan rumah tinggal diwujudkan dengan adanya Program Sejuta Rumah. Apalagi, semakin bertambahnya pupulasi, maka semakin bertambahnya kebutuhan akan rumah tinggal. Terlebih, di saat Pandemi Covid-19, kebutuhan akan rumah tinggal sangatlah penting, untuk menjaga imunitas masyarakat.

 

Pembangunan infrastruktur rumah tinggal layak huni khusus untuk nelayan di Provinsi Kepulauan Riau (Sumber: kemenpupr/IG)


          Program Sejuta Rumah ini sangat bermanfaat bagi masyarakat. Dikarenakan harga yang dikeluarkan oleh masyarakat bisa lebih ditekan. Perlu dipahami bahwa harga bahan bangunan untuk pembuatan rumah tinggal semakin mahal. Maka, Program Sejuta Rumah tersebut mampu memberikan oase masyarakat, yang mendambakan rumah tinggal layak huni. Sebagai informasi, hingga pertengahan Mei 2021, realisasi Program Sejuta Rumah telah mencapai angka 280.490 unit.

          Selain pembangunan infrastruktur rumah tinggal, pemerintah juga membangun sarana dan prasarana pendukung pariwisata. Apalagi, saat Pandemi Covid-19 sektor pariwissata mengalami penurunan drastis tingkat kunjungan wisatawan. Oleh sebab itu, destinasi wisata harus berbenah diri. Baik segi penampilan, maupun strategi pemasaran yang baik. 

          Khususnya, Destinasi Pariwisata Super Prioritas (DPSP) seperti Labuan Bajo, NTT. Kawasan pariwisata ini diharapkan mampu mendatangkan jutaan wisatawan mancanegara. Maka, Kementerian PUPR RI melakukan penataan Pantai Marina Bukit Pramuka dan penataan trotoar Jalan Soekarno-Hatta atas. Target pemerintah, pembangunan infrastruktur pendukung tersebut bisa rampung sebelum akhir tahun 2021.

 

Labuan Bajo, NTT (Sumber: kemenpupr/IG)


Rasa Nasionalisme

          Tidak dipungkiri bahwa pembangunan infrastruktur menjadi medium untuk menciptakan rasa nasionalisme. Sikap rasa bangga dan merasa memiliki, bahwa keberadaan infrastruktur tersebut menjadi perekat persatuan dan kesatuan bangsa.

          Contoh, beberadaan Pos Lintas Batas Negara (PLBN) yang terlihat mewah di berbagai batas negara, menjadi kebanggaan masyarakat Indonesia. Rasa nasionalisme seakan tumbuh bahwa keberadaan infrastruktur tersebut perlu dijaga kelestariannya. Apalagi, di saat pembangunan negara tetangga seperti Malaysia yang lebih hebat. Maka, keberadaan infrastruktur di sekitar perbatasan Indonesia-Malaysia membuat masyarakat Indonesia tidak berkecil hati. 

          Bayangkan, jika pembangunan infrastruktur di daerah perbatasan negera terlihat terbelakang. Kebanggaan masyarakat Indonesia dengan ungkapan “Garuda Di Dadaku” lambat laun akan memudar. Mereka akan lebih menbanggakan negara tetangga yang lengkap infrastrukturnya. Bahkan, urusan pemenuhan kebutuhan rumah tangga, masyarakat lebih nyaman berbelanja dengan menyeberang ke negara tetangga. Kondisi ini jangan sampai terjadi pada anak bangsa di negara yang berdasarkan Pancasila.       

          Maka, untuk mewujudkan rasa nasionalisme, pemerintah harus fokus membangun infrastruktur dari pinggiran. Dengan harapan adanya rasa bangga masyarakat perbatasan. Mereka tidak merasa seperti anak tiri. Itulah sebabnya, salah satu dari kesembilan agenda prioritas Pemerintahan Jokowi yang dikenal dengan nama Nawa Cita adalah Membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerah-daerah dan desa dalam kerangka negara kesatuan. Hal ini menunjukan bahwa pembangunan infrastruktur mampu menciptakan rasa nasionalisme dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

          Dengan langkah Sigap Membangun Negeri, Pemerintahan Jokowi mengeluarkan kebijakan strategis. Untuk melakukan renovasi total atas Pos Lintas Batas Negara (PLBN) di Entikong, Kalimantan Barat. Pemerintah merasa bahwa pembangunan PLBN tersebut sangat penting. Dikarenakan, batas negara adalah etalase terdepan dari bangsa Indonesia. Harus mencerminkan kebanggaan, harga diri, dan martabat bangsa Indonesia.

          Pembanguan infrastruktur PLBN didasari oleh dorongan untuk menunjukkan kepada negara lain, bahwa bangsa Indonesia adalah negara besar. Dan, pembangunan infrastruktur fisik adalah salah satu upaya untuk menunjukkan bahwa Indonesia adalah negara besar. Dari sinilah akan timbul rasa nasionalisme dari masyarakat. Bukan hanya masyarakat yang berada di sekitar kawasan PLBN tersebut. Tetapi, dari masyarakat seluruh bangsa Indonesia.

          Perbatasan negara bagaikan teras sebuah rumah besar bernama bangsa Indonsia. Ibarat kata, orang lain akan melihat kondisi rumah kita, dari tampilan teras rumahnya. Saat melihat tampilan teras rumah yang kumuh atau minim. Maka, orang lain akan menyepelakannya. Dan, menganggap bahwa kondisi dalam rumah, tidak jauh berbeda dengan kondisi terasnya. Tentu, orang-orang yang ada di dalam rumah pun tidak percaya diri, untuk membanggakan rumah yang ditempatinya kepada orang lain.

          Sama halnya dengan kondisi perbatasan negara secara nyata. Maka, bangsa  Indonesia perlu menunjukan kondisi perbatasan negara, yang bisa dibanggakan masyarakatnya kepada bangsa lain. Ketika, perbatasan negara sebagai teras bangsa Indonesia mendapatkan apresiasi yang besar dari bangsa lain. Hal itu akan menjadi sebuah kebanggaan masyarakat Indonesia. Bahwa, bangsa Indonesia adalah negara yang besar, tidak bisa diremehkan bangsa lain di dunia.

          Bukan hanya di kawasan perbatasan negara, pembangunan infrastruktur di beberapa daerah bisa menjadi kebanggaan bangsa Indonesia. Pembangunan infrastruktur jembatan yang menghubungkan antar daerah, akan menjadi kebanggaan masyarakat Indonesia. Bukan hanya masyarakat yang berada di sekitar jembatan. Tetapi, bagi masyarakat Indonesia seluruhnya.

         

5 jembatan yang menjadi ikon di daerahnya (Sumber: kemenpupr/IG)


          Setidaknya, ada 5 jembatan ikonik yang menjadi ciri khas dari beberapa daerah di Indonesia. Bahkan, keberadaan jembatan-jembatan tersebut, sepertinya berkompetisi. Siapakah yang menjadi jembatan terpajang di Indonesia. Adapun, jembatan-jembatan yang menjadi ikon di daerahnya masing-masing, adalah: 1) Jembatan Merah Putih; 2) Jembatan Tayan; 3) Jembatan Suramadu; 4) Jembatan Barelang; dan 5) Jembatan Youtefa.

          Jembatan Merah Putih membentangi Teluk Dalam Pulau Ambon. Jembatan ini menghubungkan Desa Rumah Tiga (Poka) di Kecamatan Sirimau pada sisi utara, dan Desa Hative Kecil/Galala di Kecamatan Teluk Ambon pada sisi selatan. 

          Jembatan Tayan membentang di atas Sungai Kapuas. Jembatan Tayan merupakan jembatan terpanjang ketiga di Indonesia. Menghubungkan Kalimantan Tengah dan Kalimantan Barat. Serta, merupakan bagian dari jalan trans Kalimantan. Jembatan Tayan berada di Kabupaten Sanggau, Provinsi Kalimantan Barat dengan panjang 1.440 meter. 

          Jembatan Suramadu terbentang di Selat Madura. Jembatan yang menghubungkan Surabaya dan Madura merupakan jembatan terpanjang di Indonesia, dengan panjang 5.438 meter. Jembatan ini berlokasi di Surabaya Provinsi Jawa Timur.   

          Jembatan Barelang diresmikan oleh Presiden BJ. Habibie. Jembatan tersebut menghubungkan beberapa pulau dan wilayah di Kepulauan Riau, yaitu Batam, Tonton, Nipah, Rempang, Galang dan Galang Baru. 

          Selanjutnya, Jembatan Youtefa sebelumnya bernama Jembatan Holtekamp. Jembatan ini berada di atas Teluk Youtefa. Di mana, keberadaanya memperpendek jarak dan waktu tempuh. Dari Kota Jayapura ke Distrik Muara Tami dan ke Pos Lintas Batas Negaa (PLBN) Skouw. Jembatan dengan panjang 732 meter ini berlokasi di Kota Jayapura Provinsi Papua. 

          Kebanggaan lain masyarakat Indonesia semakin bertambah dengan adanya pembangunan infrastruktur di bidang olahraga otomotif. Dari berbagai kalangan, masyarakat Indonesia senang melihat pertandingan balap motor, khususnya Moto GP. Bahkan, banyak yang mengidolakan pembalap luar negeri seperti Valentino Rossi.

          Kesenangan masyarakat Indonesia kepada ajang balap MotoGP akan terobati. Dengan adanya pembangunan infrastruktur berupa Sirkuit Mandalika, yang berada di Lombok Nusa Tenggara Barat (NTB).   Di mana, sirkuit Mandalika nantinya akan menjadi tempat perhelatan akbar Kejuaraan Dunia Superbike, yang rencananya akan diselenggarakan pada November 2021. Sedangkan, kejuaraan MotoGP akan diselenggarakan pada tahun 2022.

          Itulah sebabnya, pembangunan By Pass penghubung Bandara International Lombok (BIL)-Mandalika sepanjang 17,3 km dikebut. Jalan penghubung di kawasan Destinasi Pariwisata Super Prioritas (DPSP) Mandalika, ditargetkan rampung pada September 2021. Pembangunan infrastruktur jalan tersebut akan mendukung konektivitas sirkuit MotoGP yang dibangun di kawasan Mandalika. Juga, akan mengurangi waktu tempuh BIL-Mandalika, yang semula sekitar setengah jam melalui jalan yang lama. Sekarang, akan makin cepat durasinya menjadi 15 menit.

          Tentu, keberadaan Sirkuit Mandalika tersebut akan menjadi kebanggaan masyarakat Indonesia. Mampu bersaing dengan negara tetangga Malaysia, yang lebih dulu memiliki Sirkuit Sepang. Dan, masyarakat Indonesia bisa melihat pembalap motor, baik pembalap Super Bike maupun MotoGP kesayangannya di negeri sendiri. 

            Tidak harus pergi jauh ke luar negeri, untuk melihat penampilan Pedrosa dan Jorge Lorenzo. Saat pembalap tersebut menggeber motor andalannya di Sirkuit Mandalika. Kini, masyarakat Indonesia akan merasa bangga mempunyai sirkuit sendiri yang berkelas dunia. Dan, dengan bangganya mengatakan “Aku bangga menjadi warga Indonesia” sambil menunjukan gambar Burung Garuda. Dan, bendera merah putih pun berkibar di mana-mana.  

Post a Comment for "Membangun Rasa Nasionalisme Dalam Balutan Infrastruktur Negeri (Bagian 2)"