Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

KECERDASAN PROFETIK SANTRI SEBAGAI ASET BANGSA UNTUK MEWUJUDKAN GENERASI UNGGUL DAN BERDAYA SAING

 

Ilustrasi Hari Santri (Santri Day) (Sumber: shutterstock)


KECERDASAN PROFETIK SANTRI SEBAGAI ASET BANGSA UNTUK MEWUJUDKAN GENERASI UNGGUL DAN BERDAYA SAING

Casmudi, S.AP

casmudi.vb@gmail.com

 

ABSTRACT

            In 2045, Indonesian will commemorate the 100th anniversary of its independence. There are many challenges that must be faced by Indonesian people in order to dominate the global competition. Of course, it takes a generation of superior and competitive nations. Namely, the nation's generation that has prophetic intelligence (prophecy) to hold the leadership of the Indonesian nation in the future. Millions of santri who were born from the womb of Islamic Boarding Schools (Pesantren) are ready come on stage to give birth to the nation's generation towards the Golden Indonesia 2045. Santri are recognized as the main assets of Indonesian who have various expertise and mastery of science and technology. In fact, santri have been trained in religious knowledge to shape nation’s generation who have prophetic intelligence. In the hands of santri, the future of Indonesian will experience a golden age in 2045.

Keywords: Santri, Prophetic Intelligence, Indonesia Gold 2045, Superior and

                  Competitive Generation.

 

ABSTRAK

            Pada tahun 2045, Bangsa Indonesia akan memperingati 100 tahun kemerdekaannya. Banyak tantangan yang harus dihadapi bangsa Indonesia agar bisa menguasai persaingan persaingan global. Tentu, dibutuhkan generasi bangsa yang unggul dan berdaya saing. Yaitu, generasi bangsa yang mempunyai kecerdasan profetik (kenabian) untuk memegang kepemimpinan bangsa Indonesia mendatang. Jutaan santri yang lahir dari rahim pesantren siap tampil terdepan untuk melahirkan generasi bangsa menuju Indonesia Emas 2045. Santri diakui sebagai aset utama bangsa Indonesia yang mempunyai berbagai keahlian dan penguasaan Iptek. Bahkan, santri telah dilatih dalam ilmu keagamaan untuk membentuk generasi bangsa yang mempunyai kecerdasan profetik. Di tangan santri, bangsa Indonesia akan mengalami masa keemasan di tahun 2045.    

Kata Kunci: Santri, Kecerdasan profetik, Indonesia Emas 2045, Generasi                              Unggul dan Berdaya Saing.

 

BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

            Tidak dipungkiri bahwa Rasulullah SAW adalah suri tauladan yang baik bagi manusia di bumi. Beliau adalah contoh nyata pemimpin yang agung di segala sisi kehidupan. Baik lingkungan keluarga, sahabat, maupun saat memimpin sebuah peperangan untuk membela agama Allah SWT. Bahkan, Rasulullah SAW pun berhasil mencetak generasi emas untuk menyambung estafet kepemimpinan. Dan, agama Islam mengalami kejayaan yang luar biasa hingga benua Afrika dan Eropa.

            Sejarah Islam mencatat tentang kepemimpinan dan akhlak yang mulia, dari  para sahabat hingga generasi alim ulama sekarang ini.  Sungguh, ada 4 sifat Rasululah SAW yang membuatnya sukses mencetak generasi Islam di segala jaman. Dan, sifat-sifat tersebut harus harus dimiliki generasi abad ini, yaitu: Siddiq (jujur), Amanah (Dapat dipercaya, Tabligh (menyampaikan), dan Fatanah (cerdas).

            Lantas, bagaimana dengan kondisi generasi bangsa Indonesia? Bangsa Indonesia merupakan negara paling tinggi di dunia yang mayoritas penduduknya beragama Islam. Tentu, bangsa Indonesia berharap besar bahwa estafet kepemimpinan dipegang oleh generasi bangsa yang mengusung karakter profetik (kenabian). Di mana, pemimpin bangsa yang selalu memegang teguh 4 karakter Rasulullah SAW. Kepemimpinan profetik tersebut menjadi syarat mutlak, jika bangsa Indonesia ingin menjadi bangsa besar yang disegani bangsa-bangsa lain. Dan, bangsa Indonesia mampu mencapai masa keemasan di usia 100 tahun kemerdekaannya pada tahun 2045 mendatang.

            Bangsa Indoensia menyadari bahwa banyak tantangan besar yang harus dilalui untuk mencetak generasi emas di tahun 2045 nanti. Sebuah generasi yang unggul dan berdaya saing di kancah global. Maka dari itu, dibutuhkan keterlibatan semua elemen masyarakat, agar penciptaan generasi emas di tahun 2045 bisa diwujudkan. Karena, jika generasi emas tiddak mampu dipersiapkan sejak sekarang, bangsa Indonesia bisa menjadi bangsa yang kalah dengan bangsa-bangsa lain di tahun 2045.

            Kalangan santri yang notabene orang pesantren menjadi oase bangsa Indonesia. Kaum sarungan tersebut telah memberikan peran yang besar kepada bangsa Indonesia. Sejak era penjajahan hingga kemerdekaan bangsa, kaum santri tidak tinggal diam, menyingsingkan lengan baju untuk membangun bangsa. Menatap tahun emas 2045, generasi santri menjadi harapan besar untuk memimpin estafet kepemimpinan bangsa Indonesia.

            Tetapi, bukan hanya sekedar sosok yang berlabel santri, melainkan santri yang memegang teguh karakter profetik (kenabian), yang akan menjadi pemecah solusi permasalahan bangsa. Hal itulah yang menyebabkan kecerdasan profetik santri menjadi modal besar bangsa Indonesia, agar santri menjadi generasi unggul dan berdaya saing di tahun 2045.


B. Batasan Masalah

            Karya tulis ilmiah ini membahas tentang peran santri dalam menjalankan Visi Indonesia 2045. Perlu diketahui bahwa Visi Indonesia 2045 menurut Bappenas (Badan Perencanaan Pembangunan Nasional) tahun 2019 diperkuat dengan 4 (empat) pilar, yaitu: 1) Pembangunan Manusia serta Penguasaan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (Iptek); 2) Pembangunan Ekonomi Berkelanjutan; 3) Pemerataan Pembangunan; dan 4) Pemantapan Ketahanan Nasional dan Tata Kelola Kepemerintahan.

            Sedangkan, dalam karya tulis ilmiah ini membahas tentang peran santri dalam pilar Pembangunan Manusia serta Penguasaan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (Iptek). Hal ini dikarenakan pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM) yang mampu menguasai perkembangan teknologi menjadi senjata bangsa Indonesia untuk memenangkan persaingan gobal. Di mana, perkembangan teknologi digital kian tidak terbendung hingga tahun 2045 mendatang.


C. Tujuan Penulisan

            Karya Tulis Ilmiah ini bertujuan untuk memberikan informasi yang positif kepada masyarakat. Bahwa, peran santri tidak dianggap sebelah mata dalam penciptaan generasi unggul dan berdaya saing di tahun 2045 nanti. Dengan catatan, santri yang memegang kecerdasan profetik inilah yang akan menjadi pemegang estafet kepemimpinan masa depan bangsa Indonesia.

            Perlu diketahui bahwa santri bukan hanya identik sebagai kaum sarungan yang lahir dari rahim pesantren. Tetapi, santri yang telah adaptif mempelajari berbagai ilmu, selain ilmu keagaamaan. Dan, santri telah menunjukan taringnya, bukan hanya sebagai orang yang ahli dalam membahas Al-Quran dan Hadits. Kini, santri telah melakukan metamorfosa sebagai kaum terpelajar dalam segala bidang.  


BAB II. PEMBAHASAN


A. Visi Indonesia 2045

            Perjuangan bangsa Indonesia untuk mencapai kemerdekaan tahun 1945 bukanlah hal yang mudah. Nyawa anak Indonesia yang tidak terhitung jumlahnya telah menjadi martir demi kemerdekaan bangsa. Kini, sudah 76 tahun, bangsa Indonesia telah merasakan semangat kemerdekaan. Namun, perjalanan bangsa Indonesia untuk mengisi kemerdekaan masih menjadi catatan penting. Karena, bangsa Indonesia masih menjadi negara berkembang.

            Apalagi, menghadapi usia 100 tahun kemerdekaan bangsa Indonesia di tahun 2045, membutuhkan persiapan yang matang. Banyak riak dan gelombang yang harus dilalui bangsa Indonesia, agar bisa mencapai masa keemasan di tahun 2045 mendatang. Bangsa Indonesia harus bersaing dengan bangsa-bangsa lain di dunia, untuk memenangkan persaingan global. Oleh sebab itu, menciptakan generasi emas tahun 2045 merupakan hal penting bangsa Indonesia, yang harus dipersiapkan secara serius sejak dini.

            Menurut Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) (Cet. I: 2020), Generasi Indonesia menuju 2045 merupakan generasi yang berada pada usia sekolah di jenjang pendidikan anak usia dini hingga pendidikan menengah di tahun 2045. Generasi Emas 2045 diharapkan menjadi unggul dan berdaya saing. Mereka adalah generasi impian bangsa Indonesia yang diharapkan mampu menguasai dan memanfaatkan perkembangan Iptek. Di tangan kreatifitas dan inovasi mereka, bangsa Indonesia mampu unggul dan berdaya saing di pentas global. Apalagi, bangsa Indonesia dicanangkan menjadi negara maju yang mandiri dengan kehidupan yang adil dan makmur.

            Dalam laporan Visi Indonesia 2045, Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional atau Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) bulan Mei 2019 menyatakan bahwa Presiden Joko Widodo menggagas “Impian Indonesia 2015-2085”, yaitu: 1) Sumber Daya Manusia (SDM) Indonesia yang kecerdasannya mengungguli bangsa-bangsa lain di dunia; 2) Masyarakat Indonesia yang menjunjung tinggi pluralisme, berbudaya, religius dan menjunjung tinggi nilai-nilai etika; 3) Indonesia menjadi pusat pendidikan, teknologi, dan peradaban dunia; 4) Masyarakat dan aparatur Pemerintah yang bebas dari perilaku korupsi; 5) Terbangunnya infrastruktur yang merata di seluruh Indonesia; 6) Indonesia menjadi negara yang mandiri dan negara yang paling berpengaruh di Asia Pasifik; dan 7) Indonesia menjadi barometer pertumbuhan ekonomi dunia.

            Untuk mewujudkan Visi Indonesia Tahun 2045 tersebut, maka diperkuat dengan 4 (empat) pilar, yaitu: 1) Pembangunan Manusia serta Penguasaan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi; 2) Pembangunan Ekonomi Berkelanjutan; 3) Pemerataan Pembangunan; dan 4) Pemantapan Ketahanan Nasional dan Tata Kelola Kepemerintahan.

B. Generasi Santri

          1. Pesantren dan Hari Santri

      Santri menjadi generasi yang mampu melakukan perubahan bangsa Indonesia. Keberadaan pesantren lebih dari 27 ribu dan 4 juta santri telah diakui bangsa Indonesia sebagai golongan yang mampu memberikan peran besar demi perwujudan Indonesia Emas 2045. Bahkan, santri bisa menjadi aktor utama dalam menyelesaikan segala permasalahan bangsa. 

      Tidak disangkal lagi, bahwa umat Islam Indonesia adalah populasi muslim terbesar di dunia. Lebih unik lagi, santri Indonesia merepresentasikan umat Islam tersebut untuk menciptakan perdamaian dunia. Padahal, santri berasal dari pendidikan pesantren yang berbeda dengan sekolah, madrasah atau perguruan tinggi pada umumnya. Bersyukur, keberadaan santri telah mendapat tempat yang istimewa di negeri ini.

      Di era Presiden Joko Widodo, Pemerintah Indonesia telah menetapkan peringatan Hari Santri Nasional sejak tanggal 22 Oktober 2015. Penetapan Hari Santri Nasional tersebut berdasarkan Keputusan Presiden (Kepres) Nomor 22 Tahun 2015. Sedangkan, dasar hukum Kepres Hari Santri Nasional adalah Pasal 4 ayat (1) Undang-undang Dasar Negara Indonesia tahun 1945.

      Tentu, Pemerintah Indonesia menetapkan Hari Santri mempunyai alasan yang sangat kuat. Menurut Staf Khusus Presiden Aminuddin Ma’ruf (Sindonews.com, 31/10/2020), Hari Santri sebagai momen bagi segenap bangsa Indonesia untuk mengingat dan meneladani semangat jihad kaum santri dalam mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Santi berkontribusi besar dalam menjaga persatuan bangsa. Hal ini terlihat ketika ada ancaman disintegrasi dengan memanfaatkan sentimen agama. Faktanya, santri haqul yaqin keutuhan NKRI sebagai Harga Mati.

           2. Sistem Pendidikan

      Pengembangan karakter generasi bangsa adalah hal penting dalam dunia pendidikan. Hal itu sudah dirumuskan pada fungsi dan tujuan Pendidikan Nasional. Pasal 3 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional dengan jelas menyatakan:

“Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab”.

      Dari pasal di atas menyiratkan makna bahwa Pendidikan Nasional bertujuan bukan hanya mencerdaskan anak bangsa. Tetapi, arah Pendidikan Nasional hendaknya mampu membentuk watak. Dengan kata lain, jangan terlalu fokus pada tujuan agar anak didik menjadi generasi yang cerdas. Selain itu, anak didik juga perlu mempunyai karakter profetik sebagai generasi masa depan bangsa Indonesia. Dalam hal ini, lingkungan khususnya lingkungan keluarga sangat berpengaruh terhadap perkembangan karakter generasi anak bangsa.   

      Merujuk pada kitab babon “Tarbiyatul Aulad Fil Islam” karya Abdullah Nash Ulwan berisi tentang pemikiran mengenai konsep pendidikan dan pendidikan anak, khususnya dalam lingkup keluarga. Edi Safitri, dkk. dalam M. Nurul Ikhsan Saleh & Ahmad Zubaidi (Ed.) (2020) menyatakan bahwa ada dua (2) pemikiran penting, yaitu: 1) visinya tentang makna pendidikan; dan 2)  visi pendidikan anak. Dengan demikian, pendidikan bukan hanya menekankan pada tujuan mencerdaskan anak sekolah. Tetapi, anak juga harus memiliki kehidupan sosial, biologis, intelektual, psikis, dan seks. Oleh karena itu, orang tua harus selalu mengajarkan dan membiasakan hal-hal positif.

      Sistem Pendidikan Nasional harus terus berbenah demi kecerdasan dan pengembangan karakter bangsa Indonesia. Harus diakui, Pendidikan Nasional kita masih kalah dengan bangsa-bangsa lain, seperti: Singapura, Brunei Darussalam dan Malaysia. Masalah penting pendidikan nasional adalah kompetensi guru. Menurut Permendiknas Nomor 16 Tahun 2007 Tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru menyatakan, ada empat (4) kompetensi utama sebagai standar kompetensi guru, yaitu: 1) kompetensi pedagogik; 2) kompetensi kepribadian; 3) kompetensi sosial; dan 4) kompetensi profesional.

      Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) (Cet. I: 2020) menyatakan bahwa berdasarkan nilai rata-rata hasil Uji Kompetensi Guru (UKG) tahun 2019, menunjukkan rata-rata tertinggi yang dicapai guru jenjang SD, SMP, SMA, dan SMK secara berurutan adalah 54,8; 58,6; 62,3; dan 58,4. Tentu, hasil UKG ini masih rendah, yang dapat berdampak terhadap rendahnya kualitas pembelajaran dan pembentukan karakter bangsa (Badan Pusat Statistik, 2019).

      Kita memahami pesantren merupakan pendidikan tertua dan tersukses di Indonesia. Pesantren adalah contoh pendidikan Islam yang menggembleng santrinya dengan hal-hal positif dan berbagai macam keilmuan yang mendalam. Pondok Pesantren (PP) Darussalam Gontor Ponorogo dan Ngawi Jawa Timur, PP Langitan Tuban Jawa Timur, PP Lirboyo Kediri Jawa Timur, PP Krapyak Yogyakarta dan lain-lain adalah beberapa pesantren yang telah diakui tingkat internasional sebagai pusat pendidikan Islam yang mumpuni. 

      Saat pendidikan nasional mempunyai masalah tentang kompetensi guru. Pesantren telah memberikan solusi pendidikan yang brilian. Sebagai informasi, pesantren memiliki tradisi dan kurikulum yang berbeda dengan instansi pendidikan lain. Hampir 24 jam diisi dengan kegiatan positif santri. Bukan hanya mempelajari ilmu agama, tetapi  tetapi lebih dari itu, santri juga mempelajari ilmu pengetahuan lainnya dan Teknologi Informasi (TI).

      Demi meningkatkan derajat keilmuan dan teknologi, santri tampil untuk meningkatkan jenjang pendidikannya. Banyak santri yang melanjutkan pendidikannya dari tingkat S1 hingga S3, baik perguruan tinggi dalam negeri maupun luar negeri. Salah satunya publik figur Ustad Abdul Shomad yang telah menyelesaikan pendidikan S3 di Maroko. Pesantren-pesantren di Indonesia memberikan kesempatan santrinya untuk mengenyam pendidikan di luar negeri, seperti Universitas Al Azhar Cairo Mesir, Universitas Saudia Arabia dan lain-lain. Santri Indonesia telah menyebar luas ke belahan dunia, dengan tujuan untuk meningkatkan kualitas pendidikan bangsa Indonesia. Jiwa patriotism santri juga tinggi. Sehabis menyelesaikan pendidikannya di luar negeri, mereka pulang kampung ke Indonesia. Dan, berbagi ilmunya bagi perkembangan pendidikan generasi bangsa Indonesia.   

      Kita memahami bahwa dunia pendidikan harus memiliki program penting agar siswa sadar akan sosial di lingkungannya, yaitu HW (Hizbul Wathon). Juga, perlunya program pengembangan jiwa entrepreneur agar santri siap kerja di dunia nyata (Hajar Dewantoro & Dania, 2020). Di dalam pesantren, santri telah diajarkan dunia kewirausahaan. Jangan kaget, jika pesantren-pesantren mempunyai lini bisnis lain, seperti: sawah, perhotelan, SPBU dan lain-lain. Fakta tersebut yang membuat pesantren mampu berjalan sukses dengan kemandirian yang tinggi.

      Juga, pesantren membekali para santri dengan karakter humanis, inklusif, toleran, dan moderat. Maka, santri siap berperan sebagai duta dalam berbagai kepentingan politik bangsa Indonesia di pentas dunia. Pesantren telah melahirkan banyak orang besar, yang selanjutnya melakukan regenerasi untuk menjadi pemimpin negeri ini. Presiden (Almarhum) Gus Dur adalah salah satu mantan presiden RI yang lahir dari rahim pesantren.

      Dari sinilah terlihat bahwa santri adalah sosok yang siap bersaing dengan perkembangan jaman. Mereka terlatih dan terbiasa mempunyai sifat kemandirian yang mumpuni. Bangsa Indonesia harus bangga bahwa santri bukanlah generasi yang cengeng dan menunggu sebuah keajaiban keajaiban.  

C. Penguatan Identitas Santri

           1. Penguasaan Iptek

      Tahun 2045 mendatang, penguasaan Iptek menjadi modal besar dalam persaingan bangsa. Pada lingkup regional ASEAN, daya saing teknologi Indonesia menurut The Global Competitiveness Index 2018-2019 menunjukkan bahwa Indonesia masih tertinggal jauh dengan negara-negara ASEAN lainnya. Indonesia berada pada peringkat ke-50 dari 141 negara di dunia dan menduduki peringkat ke-4 setelah Singapura, Malaysia, dan Thailand (World Economic Forum, 2019).

      Teknologi digital yang berbasis revolusi industri 4.0 mulai digunakan dalam berbagai aktifitas manusia. Berbagai industri di negara maju telah menggunakan teknologi kecerdasan buatan (Artifial Inteligence). Bahkan, teknologi Big Data dan Cloud Computing (komputasi awan) akan menjadi teknologi yang sangat penting bagi manusia.

      Oleh sebab itu, bangsa Indonesia harus bergerak cepat atas ketertinggalan tersebut. Berbagai program dijalankan agar generasi bangsa mampu menjadi pelaku dalam perkembangan teknologi. Tidak ketinggalan, pesantren juga menjadi sasaran inkubator perusahaan rintisan (start-up) yang bertujuan menciptakan lapangan kerja baru. Dan, merekrut banyak karyawan santri agar mereka mampu berkontribusi di perusahaan digital.   

      Saat ini, kita mulai merasakan perkembangan teknologi yang kian tidak terbendung. Kemajuan teknologi gadget saja selalu berubah dalam waktu yang pendek. Setiap semester, selalu ada perubahan yang signifikan di fitur gadget atau smartphone (telepon pintar). Kita melihat para santri membawa smartphone dengan teknologi terkini. Banyak dari mereka yang menekuni sebagai Content Creator di jejaring sosial, seperti Blogger, Youtube, Tiktok, Podcast dan Spotify. Mereka menampilkan konten yang variatif, bukan hanya tentang ilmu agama, tetapi kemajuan teknolgi terkini.

      Menurut Nopinta Sigit Widodo (Duniasantri.com, 29/6/2020) dari PP Al-Hikmah Purwoasri Kediri Jawa Timur, selain mempelajari agama, santri juga melek internet, mengusai teknologi informasi, digitalisasi dan rajin di media sosial. Dalam lingkup pesantren, program Pesantren Digital mulai dikembangkan. Santri semakin adaptif dengan perkembangan teknologi. Kondisi tersebut membuat santri mampu berkontribusi di berbagai bidang, seperti: politik, guru atau dosen, kedokteran, nuklir, astronomi dan lain-lain.

           2. Pengembangan Akhlak Mulia

      Pendidikan karakter menjadi isu menarik dan hangat dibicarakan kalangan praktisi pendidikan akhir-akhir ini. Karena, pendidikan hanya mementingkan kecerdasan intelektual, akal, dan penalaran, tanpa dibarengi dengan intensifnya pengembangan kecerdasan hati, perasaan, dan emosi (J. Sudarsono dalam Fitri Anggi, 2018). Pendidikan telah menghasilkan orang cerdas, tetapi tidak menghasilkan akhlak mulia layaknya karakter profetik. Mantan Menteri Pendidikan Prof. M. Nuh pernah menyatakan:

“Pada tahun 2045 lagi, kecerdasan bukan menjadi barang istimewa lagi karena sudah merata, namun yang mahal pada era itu adalah akhlak”.

      Pengembangan akhlak mulia sangat penting bagi generasi bangsa Indonesia sejak dini. Keharusan pengembangan akhlak mulia dalam mendidik anak, telah tertuang dalam Al-Quran.

”Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu Termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah). dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri”. (Q.S. Luqman: 17-18)

      Alfi Mazida dalam be-songo.or.id (2019) menyatakan, bahwa dalam menciptakan santri sebagai generasi unggul dan berdaya saing di tahun 2045, maka dibutuhkan strategi 3K. Yaitu, 1) Kitab (berilmu), santri cerdas intelektual, spiritual,  sosial, digital, dan emosional; 2) Karakter (akhlak mulia), untuk diaktualisasikan di masyarakat; dan 3)   Karya, yang bisa dinikmati orang lain. Pemahaman ilmu agama yang mendalam, para santri diharapkan siap memegang kepemimpinan masa depan bangsa Indonesia. Berbekal dari  kepemimpinan profetik para kyai yang kharismatik di pesantren. Maka, santri mampu menduplikasi karakter profetik tesebut. Dengan kata lain, santri mempunyai kecerdasan yang mengembangkan akhlak mulia. Seperti, yang telah dicontohkan oleh suri tauladan Rassulullah SAW.


D. Bonus Demografi

            Perlu diketahui, BSNP (Cet. I: 2020) menyatakan bahwa pada tahun 2045, Indonesia diperkirakan akan menghadapi berbagai tantangan yang tidak ringan. Isu-isu penting, seperti ketahanan pangan dan keamanan energi, Bonus Demografi, perubahan ekonomi regional dan internasional, kondisi geografis, perkembangan teknologi dan inovasi, serta dinamika sosial, politik, dan budaya akan menghadang kemajuan bangsa Indonesia. Berbagai perubahan akan berlangsung secara cepat. Maka, dibutuhkan generasi yang responsif terhadap perubahan jaman.

            Tetapi, yang perlu diwaspadai bangsa Indonesia adalah datangnya Bonus Demografi, yang diperkirakan pada tahun 2030. Di mana, jumlah penduduk usia produktif (antara 15-64 tahun) akan lebih besar dibandingkan penduduk usia non-produktif (antara 0-14 tahun dan di atas 65 tahun). Bangsa Indonesia perlu membekali generasi bangsa dengan berbagai keterampilan yang berdaya saing. Agar, bisa memenangkan persaingan global, khususnya penguasaan lapangan kerja. Jika, usia produktif tidak mampu terserap dalam lapangan kerja, maka akan menimbulkan tingkat pengangguran yang tinggi. Karena, pada saat itu usia produktif akan menopang perekonomian negara. Demi menunjang kehidupan penduduk usia non-produktif diperkirakan sebesar 44,09% (World Bank, 2011).

            Hal yang bisa dilakukan bangsa Indonesia adalah membekali generasi bangsa dengan berbagai keterampilan, seperti: kemahiran bahasa asing, penguasaan Iptek, kewirausahaan dan lain-lain. Dan, untuk menghadapi Bonus Demografi, para santri telah membekali kemahiran bahasa asing. Di pesantren diajarkan berbagai bahasa asing, seperti: Bahasa Arab, Bahasa Inggris dan lain-lain. Santri juga telah diajarkan untuk melek teknologi dan dunia kewirausahaan (entrepreneur). Dengan kata lain, kaum sarungan benar-benar telah siap menghadapi Bonus Demografi tersebut.

E. Santri Unggul dan Berdaya Saing

            Perlu diketahui bahwa ketika masa penjajahan, santri berjuang dengan mengangkat senjata untuk mencapai kemerdekaan bangsa. Jiwa patriotik tidak bisa diragukan lagi. Mereka benar-benar mengikuti apa yang diajarkan para kyai untuk membela kebenaran. Sejak era perjuangan, santri telah terbiasa ditempa menjadi generasi yang unggul untuk menghadapi masa-masa yang sangat sulit. Santri berani mati untuk membela kebenaran dengan mengusir penjajahan dari bumi pertiwi. 

            Kontribusi santri tidak bisa dianggap remeh. Menurut Wakil Menteri Agama dalam (Kompas.com, 1/10/2020) mengupas alasan yang mendasari kontribusi besar santri kepada negara. Ada 3 (tiga) alasan yang menunjukkan besarnya kontribusi santri, yaitu: 1) santri memiliki jasa besar dalam merebut dan mengisi kemerdekaan, seperti pertempuran 10 November 1945; 2) santri memiliki kontribusi besar dalam membimbing praktik keagamaan di masyarakat; dan 3) santri memiliki kontribusi besar terhadap pengarusutamaan wacana keagamaan yang moderat.

            Menarik, masalah pesantren telah diatur dalam UU Nomor 18 Tahun 2019. Bangsa Indonesia telah memberikan rekognisi atau pengakuan terhadap proses pendidikan yang dijalani para santri. Di mana, santri lulusan pesantren diakui secara formal menurut aturan perundang-undangan. Juga, membuka akses yang seluas-luasnya kepada para santri untuk mendapatkan hak pendidikan yang baik. Santri bisa melanjutkan ke jenjang pendidikan selanjutnya, dan juga bisa berkompetisi di semua lapangan pekerjaan.

            Dengan adanya UU Nomor 18 Tahun 2019, maka peran besar santri akan semakin mendominasi menuju Indonesia Emas 2045. Apalagi, perwujudan generasi unggul dan berdaya saing di tahun 2045 adalah sebuah keharusan bangsa Indonesia.

Pesantren siap menciptakan keemasan bangsa dan menjadi pusat pengembangan generasi unggul dan berdaya saing yang memiliki kecerdasan profetik.

            Santri siap tampil terdepan untuk mengambil peran dalam memegang estafet kepemimpinan bangsa Indonesia. Sebagai pewaris legacy yang ditinggalkan para ulama di abad keemasan Islam. Maka, kebangkitan bnngsa Indonesia di tahun 2045 sangat ditentukan oleh peran santri.

”Nilai-nilai yang dimiliki santri seperti integritas, kejujuran, amanah, akhlakul kharimah menjadi modal penting untuk menyongsong Indonesia Emas tahun 2045” ( Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siroj, 2019)

            Pesantren telah melahirkan para santri yang cerdas dan tampil di tingkat internasional, dalam berbagai disiplin ilmu. Tidak disangkal lagi, jutaan santri yang tersebar di belahan bumi ini akan menjadi aset luar biasa bangsa Indonesia. Banyak keahlian yang dimiliki para santri dan menjadi kebanggaan bangsa Indonesia. Salah satunya adalah Hendro Setyanto, alumnus Pondok Pesantren Tebuireng Jombang Jawa Timur. Santri tersebut terus mengembangkan inovasi di bidang astronomi.

            Juga, ada santri muda ahli robotika bernama Ahmad Ataka Awwalur Rizqi lulusan S3 Universitas King’s College London Inggris. Santri muda tersebut meneliti robot yang digunakan dalam pengurusan area nuklir. Selain dua santri tersebut, masih banyak santri yang unggul dalam berbagai disiplin ilmu. Dan, siap memberikan darma baktinya untuk kemajuan bangsa Indonesia di tahun 2045. Jadi, generasi santri yang unggul dan berdaya saing, sejatinya telah dipersiapkan sejak dini demi Indonesia Emas 2045. 

   

BAB III. KESIMPULAN

            Dari pembahasan di atas, maka kesimpulan dari Karya Tulis Ilmiah ini adalah:

1.      Banyak tantangan besar yang akan dihadapi oleh bangsa Indonesia untuk memperingati 100 tahun kemerdekaannya di tahun 2045. Seperti, Sistem Pendidikan Nasional yang harus terus dibenahi. Agar mampu melahirkan generasi bangsa Indonesia dengan kecerdasan profetik, untuk menghadapi persaingan dengan bangsa-bangsa lain di dunia.

2.      Tantangan besar lain bangsa Indonesia adalah Bonus Demografi yang diperkirakan pada tahun 2030. Bonus Demografi menunjukan jumlah penduduk usia produktif (antara 15-64 tahun) akan lebih besar dibandingkan penduduk usia non-produktif (antara 0-14 tahun dan di atas 65 tahun). Bangsa Indonesia perlu membekali generasi bangsa dengan berbagai keterampilan agar menjadi generasi yang unggul dan berdaya saing. Pada saat Bonus Demografi terjadi, usia produktif akan menopang perekonomian negara yang menunjang kehidupan penduduk usia non-produktif.

3.      Bangsa Indonesia membutuhkan generasi emas untuk memenangkan persaingan global di tahun 2045. Hal penting yang perlu dilakukan adalah mempersiapkan generasi unggul dan berdaya saing dalam penguasaan berbagai disiplin ilmu dan teknologi.

4.      Santri yang berasal dari rahim pesantren menjadi aset utama bangsa dalam membentuk generasi unggul dan berdaya saing, yang mempunyai kecerdasan profetik (kenabian). Dengan kepemimpinan profetik, maka bangsa Indonesia akan mengalami masa keemasan di tahun 2045.

5.      Santri merupakan sosok yang telah siap dan mandiri sejak era perjuangan bangsa Indonesia mengusir penjajahan. Santri terbiasa digembleng dengan latihan yang baik di pesantren. Dengan kata lain, santri siap tampil terdepan untuk memegang estafet kepemimpinan bangsa menuju Indonesia Emas 2045. 

DAFTAR PUSTAKA

Badan Standar Nasional Pendidikan (BNSP) (2020). Arah Kompetensi Generasi   Indonesia Menuju 2045. Jakarta: BNSP, Cet. I.

Dewantoro, Hajar & Nurisa, Dania dalam Saleh, Nurul Ikhsan Saleh & Zubaidi, Ahmad (Ed.) (2020). Eksistensi Pendidikan Basis Nilai, Perspektif, dan    Inovasi Pengembangannya. Yogyakarta, Istana Publising, Cet. I.

Fiza, Syakir Ni’amillah (2020). Peran Santri Wujudkan Indonesia Emas 2045. Diakses di https://uninus.ac.id/peran-santri-wujudkan-indonesia-emas-  2045/

Kompas.com (2020). Wamenag: Santri Banyak Berkontribusi untuk Kemajuan Indonesia. Diakses di https://www.kompas.com/edu/read/2020/10/01/1352      01771/ wamenag-santri-banyak-berkontribusi-untuk-kemajuan-indonesia

Mulia, Wildan Catra (2019) Said Aqil: Nilai-Nilai Santri Modal Penting    Menyongsong Indonesia Emas 2045. Diakses di https://www.inews.id/news/nasional/said-aqil-nilai-nilai-santri-modal-penting-menyongsong- indonesia-emas-2045

Mazida (2019). Strategi Santri Milenial Menuju Era Keemasan Bangsa. Diakses di         https://be-songo.or.id/2019/03/07/strategi-santri-milenial-menuju-era-keemasan-bangsa/

Purwadi, M. (2020). Banyak Kaum Santri Sudah Berperan di Kancah        Internasional. Diakses di https://edukasi.sindonews.com/read/215448/212/banyak-kaum-santri-sudah-berperan-di-kancah-internasional-1604153428?howpage=all

Redaksi (2019). Indonesia 2045. Jakarta: Bappenas. 

Redaksi (2017). Peran Pesantren dalam Menyiapkan Generasi Emas Bangsa 2045. Diakses di https://dalwaberita.com/peran-pesantren-dalam-menyiapkan-generasi-emas-bangsa-2045/

Safitri, Edi., dkk. dalam Saleh, Nurul Ikhsan Saleh & Zubaidi, Ahmad (Ed.) (2020). Eksistensi Pendidikan Basis Nilai, Perspektif, dan Inovasi Pengembangannya. Yogyakarta: Istana Publising, Cet. I.

Widodo, Nopinta Sigit (2021). Santri dan Indonesia Emas 2045. Diakses di https://www.duniasantri.co/santri-dan-indonesia-emas-2045/?singlepage=1

Al-Quranul Karim dan Terjemahannya.

Badan Pusat Statistik Tahun 2019.

Keputusan Presiden (Kepres) Nomor 22 tahun 2015 Tentang Hari Santri Nasional.

Permendiknas Nomor 16 Tahun 2007 Tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru. 

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional.

World Bank Tahun 2011.

World Economic Forum Tahun 2019.


Post a Comment for "KECERDASAN PROFETIK SANTRI SEBAGAI ASET BANGSA UNTUK MEWUJUDKAN GENERASI UNGGUL DAN BERDAYA SAING"