Meraih Sehat Kini dan Nanti Bersama Imunisasi Lengkap
Dulu loyang, sekarang
besi,
Dulu sayang, sekarang
benci,
Obat dibuang, rusak
kondisi,
Sehat disayang, jaga imunisasi.
Sebuah
pantun singkat yang membawa pemahaman kita tentang pentingnya imunisasi. Kita
menyadari bahwa imunisasi berawal dari kesadaran dan pemahaman yang baik pihak keluarga.
Itulah sebabnya, Kementerian Kesehatan RI membuat program tentang imunisasi,
dengan mengusung pesan yang baik, “Imunisasi Lengkap, Indonesia Sehat”.
Merujuk pada Visi
Indonesia Sehat 2025 untuk mewujudkan lingkungan serta perilaku hidup sehat. Masyarakat
lebih mudah dalam memperoleh pelayanan kesehatan bermutu. Sehingga, derajat
kesehatan masyarakat meningkat. Oleh karena itu, rumah sakit merupakan
institusi yang memberikan pelayanan kesehatan bagi masyarakat.
Pemerintah
berharap besar agar terciptanya Keluarga Sehat Indonesia. Sesuai Program
Indonesia Sehat, maka diharapkan terjadinya peningkatan derajat kesehatan dan
status gizi masyarakat. Melalui upaya kesehatan dan pemberdayaan masyarakat,
yang didukung dengan perlindungan finansial dan pemerataan pelayanan kesehatan.
Keluarga sehat adalah
keluarga yang setiap individunya berada dalam kondisi yang sejahtera, baik dari
segi fisik maupun mental, sehingga dapat hidup normal secara sosial dan
ekonomi di tengah masyarakat lainnya. Setidaknya, ada lima (5) aspek yang perlu
diperhatikan untuk mencapai keluarga sehat. Yaitu, 1) kesehatan ibu dan anak;
2) kondisi penyakit menular dan tidak menular; 3) lingkungan rumah dan
sekitarnya; 4) kesehatan jiwa; serta 5) gaya hidup.
Aspek untuk mewujudkan keluarga sehat (Sumber: alodokter.com)
Dari 5 aspek tersebut,
maka Kementerian Kesehatan RI menetapkan 12 indikator keluarga sehat. yaitu:
1. Keluarga
mengikuti program Keluarga Berencana (KB).
2. Ibu
melakukan persalinan di fasilitas kesehatan.
3. Bayi
mendapat Imunisasi Dasar Lengkap (IDL).
4. Bayi
mendapat Air Susu Ibu (ASI) eksklusif.
5. Balita
mendapatkan pemantauan pertumbuhan.
6. Penderita
tuberkulosis paru mendapatkan pengobatan sesuai standar.
7. Penderita
hipertensi melakukan pengobatan secara teratur.
8. Penderita
gangguan jiwa mendapatkan pengobatan dan tidak ditelantarkan.
9. Anggota
keluarga tidak ada yang merokok.
10.
Keluarga sudah menjadi anggota Jaminan Kesehatan
Nasional (JKN).
11.
Keluarga mempunyai akses sarana air bersih.
12.
Keluarga mempunyai akses atau menggunakan jamban
sehat.
Mengenal Imunisasi
Salah satu
indikator keluarga sehat adalah bayi mendapat Imunisasi Dasar Lengkap (IDL). Imunisasi merupakan
suatu upaya untuk menimbulkan atau meningkatkan kekebalan seseorang secara
aktif terhadap suatu penyakit. Sehingga, suatu saat terkena penyakit tertentu,
tidak akan sakit atau hanya mengalami sakit ringan (Kemenkes, 2017).
Tentu,
pemberian imunisasi akan menimbulkan efek samping atau Kejadian Ikutan Pasca
Imunisasi (KIPI). Ada beberapa jenis vaksin yang direkomendasikan dalam program imunisasi
wajib. Berikut jenis-jenis imunisasi dan KIPI yang ditimbulkan:
Tetapi, percayalah, imunisasi menjadi cara untuk memperkuat
sistem kekebalan tubuh. Sehingga, tubuh kebal terhadap serangan kuman penyakit,
baik bakteri, virus, jamur, parasit, dan lainnya. Dengan kata lain, imunisasi
menjadi cara melindungi bayi atau anak, dari berbagai risiko penyakit pada masa
yang akan datang.
Jika, bayi tidak diimunisasi maka akan menyebabkan beberapa
risiko sebagai berikut:
1. Berisiko mengalami
komplikasi penyakit.
2. Tubuh tidak mengenali virus
penyakit yang masuk sehingga tidak bisa melawannya.
3. Sistem kekebalan tubuh
tidak kuat.
4. Membahayakan anak lain.
Risiko yang terjadi, jika bayi tidak mendapatkan imunisasi (Sumber: alodokter.com/diolah)
Menurut
laporan WHO, sekitar 1,5 juta anak mengalami kematian tiap tahunnya, karena
penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi. Pada tahun 2018, kurang lebih 20
juta anak tidak mendapatkan imunisasi lengkap. Bahkan, ada anak yang tidak
mendapatkan imunisasi sama sekali.
Imunisasi telah terbukti dapat mencegah dan mengurangi kejadian sakit, cacat, dan kematian akibat PD3I (Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi), yang diperkirakan 2-3 juta kematian tiap tahunnya.
Dr. Prima Yosephine, MKM (Plt.
Direktur Surveilans dan Karantina Kesehatan Kemenkes RI) menyatakan bahwa
beberapa alasan perlunya imunisasi adalah:
1.
2-3 juta kematian
setiap tahun dapat dicegah dengan imunisasi.
2.
Imunisasi dapat
mencegah lebih dari 26 penyakit.
3.
Membantu membatasi
atau mengurangi terjadinya resistensi antibiotik, karena dapat mencegah
penyakit pada tahap awal.
4.
Meningkatkan
cakupan imunisasi secara global, dapat bertambah untuk menyelamatkan 1,5 juta
orang setiap tahunnya.
Indonesia
termasuk salah satu negara, dengan jumlah anak yang tidak mendapatkan Imunisasi
Lengkap cukup banyak. Kondisi tersebut mengakibatkan munculnya Kejadian Luar
Biasa (KLB) Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I), seperti
difteri, campak, dan polio.
Menurut Prof. DR. Dr. Hartono Gunardi,
Sp.A(K) selaku Ketua Hubungan Masyarakat dan Kesejahteraan Anggota IDAI,
kematian yang terjadi akibat Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi
(P3DI) menunjukan tahun 2013 sebesar 4,9 juta dan tahun 2018 sebesar 2,1 juta
kematian.
Oleh
sebab itu, perhatian utama terhadap kesehatan anak merupakan salah satu target Sustainable
Development Goals (SDG). Yaitu, mengakhiri kematian bayi dan balita yang
dapat dicegah. Dengan cara menurunkan angka kematian neonatal hingga 12
per 1.000 kelahiran hidup, dan angka kematian balita 25 per 1.000 kelahiran
hidup.
Maka, untuk mencegah kematian bayi dan
balita tersebut, imunisasi menjadi perlindungan dari berbagai penyakit yang
berbahaya, atau berisiko menyebabkan kematian. Sesuai dengan Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan
RI (Pusdatin) 2014, program imunisasi juga menyasar pada ibu hamil.
Program
imunisasi ibu hamil dilaksanakan dalam rangka komitmen Indonesia untuk
melaksanakan Maternal and Neonatal Tetanus Elimination (MNTE). Yaitu,
program eliminasi tetanus pada neonatal dan wanita usia subur termasuk
ibu hamil. Dikatakan tereliminasi, jika terdapat kurang dari satu kasus neonatal
per 1.000 kelahiran hidup di setiap kabupaten/kota.
Adapun, manfaat yang bisa diperoleh
dari imunisasi adalah:
1.
Potensi
spesifik individu. Setiap orang
yang mendapatkan imunisasi akan membentuk antibodi spesifik terhadap penyakit
tertentu.
2.
Membentuk
kekebalan kelompok (Herd Immunity).
Apabila cakupan imunisasi tinggi dan merata dapat membentuk kekebalan kelompok
dan melindungi kelompok masyarakat yang rentan.
3.
Proteksi
lintas kelompok. Pemberian
imunisasi pada kelompok usia tertentu (anak) dapat membatasi penularan kepada
kelompok usia dewasa (orang tua).
Lanjut, untuk membentuk kekebalan kelompok (herd immunity), maka cakupan imunisasi rutin harus tinggi. Kurang lebih mencapai minimal 95% secara merata di seluruh wilayah, sampai unit terkecil yaitu tingkat desa/kelurahan. Cakupan imunisasi yang tinggi dan merata dapat mencegah penularan suatu penyakit, yang sebenarnya dapat kita cegah dengan imunisasi.
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia (Permenkes RI)
Nomor 12 Tahun 2017 Tentang Penyelenggaraan Imunisasi. Berikut, jenis-jenis
imunisasi yang diwajibkan oleh pemerintah, dan bisa diperoleh secara gratis di
Puskesmas atau Posyandu:
Imunisasi yang diwajibkan pemerintah dan gratis (Sumber: Kementerian Kesehatan RI)
Hal yang perlu diperhatikan adalah pemberian imunisasi adalah
harus sesuai dengan jadwal yang dianjurkan pemerintah. Hal ini bertujuan agar
bayi atau anak bisa mendapatkan Imunisasi
Dasar Lengkap (IDL).
Perlu diketahui, bayi atau anak yang telah
mendapatkan Imunisasi Dasar Lengkap (IDL), jika sudah mendapatkan 1) Imunisasi Dasar
(bayi usia 0-11 bulan); 2) Imunisasi Lanjutan (anak usia 18-24 bulan); dan 3) Imunisasi
Lanjutan saat SD atau Madrasah Ibtidaiyah. Untuk selengkapnya, bisa lihat
gambar berikut:
Jadwal Imunisasi Dasar Lengkap (IDL) (Sumber: alodokter.com/diolah)
Cakupan Imunisasi
Dalam Jurnal Ekonomi Kesehatan Indonesia tahun 2019, hasil penelitian Wulansari & Mardiati Nadjib (2019) menyatakan tentang faktor-faktor yang mempengaruhi cakupan imunisasi lengkap seperti gambar berikut.
Faktor yang mempengaruhi cakupan imunisasi lengkap (Sumber: Wulansari & Mardiati Nadjib, 2019)
Dari
gambar di atas, ada faktor yang menarik, yaitu faktor akses internet. menunjukan bahwa kemudahan akses internet berpengaruh terhadap pengetahuan,
dukungan sosial, perilaku kesehatan, peningkatan klinis dan keyakinan tentang
kemampuan individu dalam melakukan imunisasi. Informasi positif yang diperoleh
dari sebuah web atau media sosial ikut menyumbang pemahaman dan
kesadaran masyarakat untuk melakukan imunisasi bagi bayi atau anaknya.
Adapun,
faktor lainnya yang mendominasi untuk melakukan imunisasi adalah: 1) kelompok
umur usia muda; 2) status perkawinan yang masih utuh; 3) pendidikan tinggi; 4) keluarga
yang masih bekerja; dan 5) wilayah kota.
Tidak
dipungkiri bahwa pelaksanaan imunisasi untuk mencapai cakupan yang tinggi dan
merata mempunyai tantangan dan hambatan. Tantangan, seperti: masih kurangnya
pemahaman tentang manfaat imunisasi, dan kerugian ekonomi akibat kecacatan atau
kematian yang timbul. Jika, anak yang berada di lingkungan sekitar tidak
mendapatkan imunisasi lengkap.
Tetapi,
Kemenkes RI tetap melakukan langkah-langkah untuk meningkatkan cakupan
imunisasi yang tinggi dan merata. Adapun, langkah-langkah yang dilakukan
pemerintah bisa lihat di gambar berikut.
Tantangan imunisasi dan langkah-langkah pemerintah untuk meningkatkan cakupan imunisasi (Sumber: Kemdikbud RI, 24/04/2019)
Hingga
tahun 2018, Pemerintah telah memberikan imunisasi lengkap sebanyak 3,99 juta
(92,04%), 70 juta anak <15 tahun terlindungi dari Polio, 35,3 juta anak di
Pulau Jawa dan 23,4 juta anak di luar Pulau Jawa terlindungi dari Campak dan Rubella.
Data
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2018 menunjukkan cakupan Imunisasi
Dasar Lengkap (IDL) mencapai 57,9%, imunisasi tidak lengkap sebesar 32,9% dan tidak
diimunisasi sebesar 9,2% (Kemenkes 2018).
Sayang, cakupan imunisasi mengalami hambatan dengan
datangnya Pandemi Covid-19. Berdasarkan survei cepat yang dilakukan oleh Kementerian
Kesehatan RI dan UNICEF di bulan April 2020, menunjukan hasil 84% layanan
fasilitas kesehatan terganggu, dan 76% takut terjangkit Covid-19 saat kunjungan
imunisasi.
Akibatnya,
cakupan imunisasi dasar pada anak menurun selama pandemi Covid-19 pada 2020,
dibandingkan setahun sebelumnya. Di Indonesia, cakupan Imunisasi Dasar Lengkap
(IDL) turun dari 93,7 persen menjadi 82,6 persen di Indonesia (11,1 persen atau
jauh lebih besar daripada rata-rata dunia yang sebesar 3 persen).
Bahkan, sejak awal kasus Covid-19 merebak pada bulan Maret 2020, cakupan imunisasi rutin untuk anak seperti campak, rubella, dan difteri semakin menurun. Misalnya, tingkat cakupan imunisasi difteri, pertusis dan tetanus (DPT3), serta campak dan rubella (MR1) berkurang lebih dari 35% pada bulan Mei 2020, dibandingkan bulan Mei 2019.
Petugas kesehatan menyuntikan vaksin kepada siswa saat kegiatan Bulan Imunisasi Anak Sekolah (BIAS) di SD Negeri 5 Salatiga, Jawa Tengah, Rabu 26 Agustus 2020 (Sumber: Antara, 26/08/2020)
Provinsi
Banten mendekati target cakupan Imunisasi Dasar Lengkap (IDL) sebesar 78,8%. Sementara,
daerah lain yang cakupan Imunisasi Dasar Lengkap (IDL) di atas 60%, antara lain:
Sulawesi Selatan, Bengkulu, Sumatera Utara, Bali, Gorontalo, Lampung, Bangka
Belitung, Jawa Timur dan Jambi. Pemerintah terus mendorong Dinas Kesehatan di pemerintah
daerah untuk mengejar target cakupan Imunisasi Dasar Lengkap (IDL) mencapai
79,1%.
Berikut, cakupan Imunisasi Dasar Lengkap (IDL) Indonesia tahun 2019-2020.
Cakupan Imunisasi Dasar Lengkap (IDL) Indonesia tahun 2019-2020 (Sumber: Kementerian Kesehatan RI, 2021)
Dengan
cakupan Imunisasi Dasar Lengkap (IDL) yang tinggi dan merata, maka Indonesia
mampu mencegah sebaran kasus dan frekuensi Kejadian Luar Biasa (KLB) yang
berpeluang menyebabkan kematian. Seperti, sebaran
kasus dan frekuensi KLB Campak di Indonesia dari tahun 2015-2017 yang
menunjukan hasil sebagai berikut: 2015 (frekuensi KLB 282, kasus saat KLB 2.246
dan jumlah provinsi 27); 2016 (frekuensi KLB 351, kasus saat KLB 5.502 dan
jumlah provinsi 29); dan 2017 (frekuensi KLB 349, kasus saat KLB 3.143 dan
jumlah provinsi 30).
Strategi Imunisasi
Sebagai
informasi, Pekan Imunisasi Dunia (PID) merupakan kegiatan rutin yang
diselenggarakan pada minggu ke-4 bulan April setiap tahunnya. PID menunjukan
nilai penting dan manfaat imunisasi, untuk kesehatan anak-anak dan masyarakat
dunia. Bertujuan untuk mengatasi kesenjangan cakupan imunisasi melalui
peningkatan investasi program, dan menyampaikan bahwa imunisasi rutin lengkap
merupakan dasar untuk kesehatan yang kuat.
Anda bisa menyaksikan tayangan webinar online yang membahas tentang imunisasi, dalam rangka Pekan Imunisasi Dunia (PID) di video berikut:
Webinar Pekan Imunisasi Dunia 2021: Bersatu Sehatkan Negeri (Sumber: Kementerian Kesehatan RI/Youtube)
Kegiatan
PID dilaksanakan lebih dari 180 negara anggota WHO yang fokus pada tindakan
kolektif. Untuk menjamin setiap orang terlindungi dari Penyakit yang Dapat Dicegah
Dengan Imunisasi (PD3I).
Tindakan
kolektif tersebut melibatkan semua sektor (LSM, perguruan tinggi dan organisasi
profesi, tokoh agama dan tokoh masyarakat, jurnalis/media, masyarakat, dan
dunia usaha). Mereka menggerakan semua sumber daya, untuk meningkatkan
kesadaran masyarakat. Masalah arti penting dan manfaat imunisasi rutin lengkap
untuk mencegah KLB.
Harus diakui,
cakupan Imunisasi Dasar Lengkap (IDL) Indonesia masih harus mengejar target 95%.
Agar, pencapaian IDL tinggi dan merata bisa diwujudkan, maka diperlukan strategi penguatan imunisasi, yang dilakukan dengan
cara sebagai berikut:
1.
Pelaksanaan defaulter
tracking atau pelacakan bayi dan baduta yang belum lengkap status
imunisasinya.
2.
Melakukan
pelaksanaan imunisasi kejar untuk melengkapi status imunisasi pada anak yang
belum lengkap atau belum mendapatkan imunisasi sama sekali.
3.
Melakukan
peningkatan kompetensi petugas secara berjenjang, baik melalui peningkatan
kapasitas secara langsung dan on the job training, maupun melalui virtual
training.
4.
Meningkatkan
kualitas pelayanan imunisasi melalui pelaksanaan supervisi suportif.
5.
Peningkatan
kesadaran dan keinginan masyarakat untuk imunisasi atau penerimaan masyarakat
terhadap vaksin melalui pendekatan Human Centered Design.
6.
Penguatan jejaring
Public Privat Mix atau kerjasama layanan kesehatan pemerintah dengan
swasta.
7.
Vaccine
Supplay Chain yang cukup dan
tepat waktu.
Bagaimana
dengan pelaksanaan imunisasi Pemerintah Daerah? Sebagai contoh,
program imunisasi yang dilakukan oleh Pemerintah Provinsi Bali. Sesuai data
dari Kemenkes RI bulan Oktober 2021, Bali mempunyai cakupan Imunisasi Dasar
Lengkap (IDL) di atas 60%.
Menarik,
pelaksanaan imunisasi di Bali bukan hanya dilaksanakan di fasilitas kesehatan.
Tetapi, tiap banjar giat melakukan imunisasi atas dukungan Kepala Banjar dan
masyarakat setempat. Selain rumah warga, wantilan (aula) banjar menjadi
tempat yang khas pelaksanaan imunisasi. Ibu-ibu muda yang sedang hamil dan
membawa bayi atau anak menjadi pemandangan yang sering tampak di
banjar-banjar.
Saat
pandemi Covid-19, imunisasi di Bali tetap dilakukan. Sebagai contoh, imunisasi
yang menyasar 12.483 siswa anak kelas 1 SD tanggal 14 September 2021 lalu.
Pemberian imunisasi Campak dan Rubella
di sekolah-sekolah Kota Denpasar, dalam rangka Bulan Imunisasi Anak Sekolah
(BIAS).
Juga, tidak
kalah menarik adalah pelaksanaan imunisasi JE di Bali yang berjalan sukses. Japanese
Encephalitis (JE) adalah penyakit radang otak yang disebabkan oleh virus Japanese
Encefalitis, termasuk Family Flavivirus.
Pelaksanaan
vaksinasi JE di Bali pada bulan April 2018 lalu, merupakan kampanye imunisasi
JE khusus di Bali, karena merupakan daerah endemis JE. Laporan Kemenkes RI
menyatakan bahwa cakupan program imunisasi tersebut mencapai 100% dengan
sasaran seluruh bayi usia 10 bulan.
Kesuksesan
pelaksanaan imunisasi di Bali tentu didukung oleh kolaboratif lintas sektor,
yaitu pemerintah daerah, semua perangkat pemerintah daerah yang ada, dan stakeholder
yang terlibat hingga ke tingkat banjar.
Bali sebagai destinasi wisata dunia akan menjadi sorotan dunia. Maka, pelaksanaan Imunisasi Dasar Lengkap (IDL) menjadi prioritas utama. Apalagi, berita hoax tentang kasus kematian yang disebabkan oleh Japanese Encephalitis (JE) pernah menjadi berita media Australia.
Yuk, ciptakan kondisi sehat kini dan nanti, bersama kita imunisasi.
Post a Comment for "Meraih Sehat Kini dan Nanti Bersama Imunisasi Lengkap"