Teror Astral Malam Hari
Kos-kosan tempat saya tinggal di Bali
itu ada 2 deret. Setiap deret ada 5 kamar, yang harga sewanya berbeda. Jujur,
saya tidak menaruh curiga sedikit pun bahwa kos paling pojok yang sederet
dengan saya sungguh angker.
Saya baru paham, ketika salah satu
penghuni kos Mada (nama samaran) bercerita tentang keangkeran kamar tersebut.
Sejatinya, kamar tersebut dihuni oleh 5 orang, yang bekerja untuk proyek-proyek
pemasangan marmer.
Kepala proyek tersebut bernama Gusa
(nama samaran) yang tidur berbarengan sama tim proyek di kamar tersebut. Tiga
hari menjelang lebaran 1443 H kemarin, Gusa dan 3 anak buahnya mudik ke Malang.
Namun, Mada tidak mudik tahun ini. Ternyata, Mada diberi amanat untuk menjaga perkakas
proyek yang nilainya puluhan juta.
Sebagai informasi, kamar kos tersebut
terbagi menjadi 3 bagian. Pertama, ruang dapur yang tersambung dengan
kamar mandi. Kedua, ruang tidur
yang terhubung dengan ruang dapur tanpa sekat (pintu). Dan, ketiga,
ruang tamu yang terhubung dengan ruang tidur dengan sekat (pintu).
Jujur, saya belum begitu akrab dengan
mereka. Karena, mereka sungguh sibuk dengan kerjaan. Tetapi, yang menarik
adalah ketika teman-temannya mudik, saya melihat Mada ikutan mudik dengan
menggunakan motor pribadi. Tetapi, tidak berselang lama, Mada pulang lagi ke
tempat kos.
Bukan itu saja, ketika saya terbangun
malam hari, saya beberapa kali melihat Mada pergi naik motor, entah mau kemana.
Padahal, waktu sudah menunjukan pukul 1 dini hari. Selang beberapa puluh menit
kemudian, dia balik lagi ke kos. Kadang, hampir setengah jam tidak balik lagi
ke kos. Saya pun tidak berpikir negatif. “Ah, mungkin nyari kesegaran udara,
karena sumpek di kamar kos sendirian” pikir saya untuk membuang prasangka
negatif.
Ketika, kami sama-sama lagi santai
karena libur lebaran. Saya sempat say hello dan berbincang panjang
lebar.
“Kamarku akeh demite pak” (kamar saya banyak
setannya pak).
“Oh ya. Masa sih” jawab saya dengan kaget.
Sungguh, saya
tidak mengalami hal astral di kamar kos. Mungkin, karena kamar saya diisi
dengan sholat dan ngaji. Jadi, demite kepanasan.
Memang, harus diakui bahwa Mada dan
teman-temannya sering mabuk minum tuak. Baik tuak hasil beli sendiri atau ajakan
tetangga kos di depannya. Mungkin, kondisi inilah yang membuat gemes demit
penghuni kos. Bukan itu saja, saya melihat lampu penerangan kosnya hanya lampu
5 watt. Kelihatan temaram kayak lampu di kafe.
Ternyata teror astral itu sudah terjadi
sejak lama. Kadangkala, tidak masuk akal. Tetapi, itulah yang terjadi. Dari
gangguan di kamar mandi hingga lemparan sepatu, yang tahu-tahu terbang sendiri.
Ketika penghuni kos jengkel, maka semua
lampu dihidupkan. Anehnya, ketika lampu dihidupkan. Penghuni makhluk astral
justru makin tidak bersahabat. Mereka makin menteror semua penghuni kos. Yang
paling mengerikan adalah ketika Mada tidur sendiri. Karena teman-temannya
mudik.
Percaya atau tidak, dia sampai tidak
berani mandi di kamar mandi kos tersebut. Ruang tidur dipakai untuk menyimpan
barang-barang proyek. Di ruang inilah gangguan-gangguan nan mengerikan
seringkali terjadi. Maka, pintu pembatas ruang tamu dan ruang tidur tersebut sengaja
dikunci.
Oleh sebab itu, Mada ini tidur di
ruang tamu yang luasnya 2x3meter. Jika, ia mau mandi, maka ia harus ke tempat
kos penyimpanan barang proyek yang kedua, Jaraknya kurang lebih 10 km. Bahkan,
saya sering melihatnya seperti tidak mandi seharian. Usut punya usut, teror makhluk
astral menjadi penyebabnya.
Setiap pukul 1 hingga pukul 3
dinihari, berbagai gangguan makhluk astral mulai menunjukan eksistensinya. Pintu
pembatas ruang tidur dan ruang tamu yang terkunci seperti digedor orang
berkali-kali. Lagi, suara langkah kaki banyak orang selalu terdengar pada waktu
tersebut.
Ketika, Mada tidak sanggup menghadapi teror
astral tersebut, maka Mada memilih keluar kamar kos. Tujuannya hanya satu,
mencari ketenangan diri. Saat dia mulai mengantuk berat, maka ia balik ke kamar
kos dan langsung tidur. Tidak peduli gangguan dan teror para demit.
“Ya mbah, jangan ganggu saya. Saya tidak ganggu
mbahnya. Saya di sini hanya cari makan”
kalimat yang diucapkan kencang Mada, saat teror astral mulai terjadi.
Uniknya, saat
kalimat tersebut diucapkan, gangguan astral berhenti. Selang beberapa menit
kemudian, teror mulai kembali.
Ketika, tulisan ini saya buat,
sepertinya Mada tidak kuat dengan teror yang ada di kamar kos. Ia nekad menjual
motornya dan pulang kampung ke Tulungagung Jawa Timur. Padahal, ia diberi
tanggung jawab untuk menjaga barang-barang proyek dan beberapa motor temannya.
Semoga Mada mendapatkan ketenangan
hidup tanpa gangguan makhluk astral di kampungnya. Tidak diganggu lagi oleh
para demit. Sebelum pulang, saya menyempatkan pesan kebaikan pada dia. Hendaknya
selalu ucapkan salam, ketika memasuki sebuah ruangan yang lama tidak dihuni.
Bila perlu, kurangi dan hilangkanlah kebiasaan minum minuman keras. Karena,
peminum minuman keras akan mudah berteman dengan syetan.
Semoga menjadi pelajaran terbaik buat
saya dan pembaca semua. Aamiin.
Post a Comment for "Teror Astral Malam Hari"