Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Teror Astral Malam Hari

 

Kamar kos angker
Ilustrasi rumah kos angker (Sumber: shutterstock)

 

 

 

          Kos-kosan tempat saya tinggal di Bali itu ada 2 deret. Setiap deret ada 5 kamar, yang harga sewanya berbeda. Jujur, saya tidak menaruh curiga sedikit pun bahwa kos paling pojok yang sederet dengan saya sungguh angker.

          Saya baru paham, ketika salah satu penghuni kos Mada (nama samaran) bercerita tentang keangkeran kamar tersebut. Sejatinya, kamar tersebut dihuni oleh 5 orang, yang bekerja untuk proyek-proyek pemasangan marmer.

          Kepala proyek tersebut bernama Gusa (nama samaran) yang tidur berbarengan sama tim proyek di kamar tersebut. Tiga hari menjelang lebaran 1443 H kemarin, Gusa dan 3 anak buahnya mudik ke Malang. Namun, Mada tidak mudik tahun ini. Ternyata, Mada diberi amanat untuk menjaga perkakas proyek yang nilainya puluhan juta.

          Sebagai informasi, kamar kos tersebut terbagi menjadi 3 bagian. Pertama, ruang dapur yang tersambung dengan kamar mandi. Kedua,  ruang tidur yang terhubung dengan ruang dapur tanpa sekat (pintu). Dan, ketiga, ruang tamu yang terhubung dengan ruang tidur dengan sekat (pintu).

          Jujur, saya belum begitu akrab dengan mereka. Karena, mereka sungguh sibuk dengan kerjaan. Tetapi, yang menarik adalah ketika teman-temannya mudik, saya melihat Mada ikutan mudik dengan menggunakan motor pribadi. Tetapi, tidak berselang lama, Mada pulang lagi ke tempat kos.

          Bukan itu saja, ketika saya terbangun malam hari, saya beberapa kali melihat Mada pergi naik motor, entah mau kemana. Padahal, waktu sudah menunjukan pukul 1 dini hari. Selang beberapa puluh menit kemudian, dia balik lagi ke kos. Kadang, hampir setengah jam tidak balik lagi ke kos. Saya pun tidak berpikir negatif. “Ah, mungkin nyari kesegaran udara, karena sumpek di kamar kos sendirian” pikir saya untuk membuang prasangka negatif.

          Ketika, kami sama-sama lagi santai karena libur lebaran. Saya sempat say hello dan berbincang panjang lebar.

 

“Kamarku akeh demite pak” (kamar saya banyak setannya pak).

“Oh ya. Masa sih” jawab saya dengan kaget.

Sungguh, saya tidak mengalami hal astral di kamar kos. Mungkin, karena kamar saya diisi dengan sholat dan ngaji. Jadi, demite kepanasan.

          Memang, harus diakui bahwa Mada dan teman-temannya sering mabuk minum tuak. Baik tuak hasil beli sendiri atau ajakan tetangga kos di depannya. Mungkin, kondisi inilah yang membuat gemes demit penghuni kos. Bukan itu saja, saya melihat lampu penerangan kosnya hanya lampu 5 watt. Kelihatan temaram kayak lampu di kafe.

          Ternyata teror astral itu sudah terjadi sejak lama. Kadangkala, tidak masuk akal. Tetapi, itulah yang terjadi. Dari gangguan di kamar mandi hingga lemparan sepatu, yang tahu-tahu terbang sendiri.   

          Ketika penghuni kos jengkel, maka semua lampu dihidupkan. Anehnya, ketika lampu dihidupkan. Penghuni makhluk astral justru makin tidak bersahabat. Mereka makin menteror semua penghuni kos. Yang paling mengerikan adalah ketika Mada tidur sendiri. Karena teman-temannya mudik.

          Percaya atau tidak, dia sampai tidak berani mandi di kamar mandi kos tersebut. Ruang tidur dipakai untuk menyimpan barang-barang proyek. Di ruang inilah gangguan-gangguan nan mengerikan seringkali terjadi. Maka, pintu pembatas ruang tamu dan ruang tidur tersebut sengaja dikunci.

          Oleh sebab itu, Mada ini tidur di ruang tamu yang luasnya 2x3meter. Jika, ia mau mandi, maka ia harus ke tempat kos penyimpanan barang proyek yang kedua, Jaraknya kurang lebih 10 km. Bahkan, saya sering melihatnya seperti tidak mandi seharian. Usut punya usut, teror makhluk astral menjadi penyebabnya.

          Setiap pukul 1 hingga pukul 3 dinihari, berbagai gangguan makhluk astral mulai menunjukan eksistensinya. Pintu pembatas ruang tidur dan ruang tamu yang terkunci seperti digedor orang berkali-kali. Lagi, suara langkah kaki banyak orang selalu terdengar pada waktu tersebut.

          Ketika, Mada tidak sanggup menghadapi teror astral tersebut, maka Mada memilih keluar kamar kos. Tujuannya hanya satu, mencari ketenangan diri. Saat dia mulai mengantuk berat, maka ia balik ke kamar kos dan langsung tidur. Tidak peduli gangguan dan teror para demit.

 

“Ya mbah, jangan ganggu saya. Saya tidak ganggu mbahnya. Saya di sini hanya cari makan” kalimat yang diucapkan kencang Mada, saat teror astral mulai terjadi.

 

Uniknya, saat kalimat tersebut diucapkan, gangguan astral berhenti. Selang beberapa menit kemudian, teror mulai kembali.

          Ketika, tulisan ini saya buat, sepertinya Mada tidak kuat dengan teror yang ada di kamar kos. Ia nekad menjual motornya dan pulang kampung ke Tulungagung Jawa Timur. Padahal, ia diberi tanggung jawab untuk menjaga barang-barang proyek dan beberapa motor temannya.

          Semoga Mada mendapatkan ketenangan hidup tanpa gangguan makhluk astral di kampungnya. Tidak diganggu lagi oleh para demit. Sebelum pulang, saya menyempatkan pesan kebaikan pada dia. Hendaknya selalu ucapkan salam, ketika memasuki sebuah ruangan yang lama tidak dihuni. Bila perlu, kurangi dan hilangkanlah kebiasaan minum minuman keras. Karena, peminum minuman keras akan mudah berteman dengan syetan.

          Semoga menjadi pelajaran terbaik buat saya dan pembaca semua. Aamiin.  


Post a Comment for "Teror Astral Malam Hari"