LGBT, Perilaku Manusia Melawan Hukum Alam
Warna-Warni
yang melambangkan kaum LGBT (Sumber: shutterstock)
"(yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil
berdiri, duduk atau dalam keadaan berbaring, dan mereka memikirkan tentang
penciptaan langit dan bumi (seraya berkata), "Ya Tuhan kami, tidaklah
Engkau menciptakan semua ini sia-sia; Mahasuci Engkau, lindungilah kami dari
azab neraka." (QS. Ali Imran:191)
Saya percaya haqul yaqin bahwa
Allah SWT menciptakan makhluknya termasuk manusia tak ada yang sia-sia. Lantas,
bagaimana dengan kasus LGBT yang sedang ramai belakangan ini. Sungguh, justru
dengan adanya LGBT ini memberikan pelajaran terbaik bagi manusia.
Sikap saya tidak membenci dengan sosok
LGBT. Tetapi, hendaknya mereka berusaha semaksimal mungkin, untuk mencari cara
atau solusi terbaik agar bisa hidup secara normal. Menjadi lelaki atau wanita sejati
yang menyukai lawan jenisnya. Dalam hal ini, menurut saya, perlunya pelaku, keluarga,
lingkungan, teman, psikolog dan pemerintah bekerja sama untuk mencetak manusia
sesuai kodratnya.
Memang membutuhkan pengorbanan
layaknya rehabilitasi orang yang teradiksi narkoba. Pengorbanan tersebut tentu
tidak seberapa dibandingkan dengan masa depan yang bersangkutan. Orang tua
tentu tidak menginginkan anaknya termasuk dalam kaum LGBT. Agar, mereka bisa
menikmati kodrat manusia yang mempunyai pasangan hidup. Dan, menghasilkan
generasi atau keturunan selanjutnya.
Karena, sejatinya Allah SWT itu
menciptakan makhluknya serba berpasangan. Seperti, yang ada dalam kitab suci
Al-Qur’an Surat Az
Zariyat ayat 49 berbunyi:
وَمِنْ كُلِّ شَيْءٍ خَلَقْنَا
زَوْجَيْنِ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ
(wa ming kulli syai`in khalaqnā zaujaini
la'allakum tadzakkarụn)
Artinya:
"Dan segala sesuatu Kami ciptakan
berpasang-pasangan agar kamu mengingat (kebesaran Allah)." (QS. Az
Zariyat: 49).
Ayat Al-Qur’an di atas sangat jelas,
bahwa kita hidup mesti berpasangan. Ada
siang tentu ada malam. Saat Nabi Adam As diciptakan, Allah SWT menciptakan
pasangannya Siti Hawa As. Oleh sebab itu, Allah SWT sungguh menguutuk, bahkan
memberikan musibah buat manusia yang melawan hukum alam.
Sebut saja, kisah Nabi Luth As. Di
mana Allah SWT memberikan musibah yang maha dahsyat bagi kaum Sodom yang
menyukai kaum sejenis, lelaki menyukai lelaki. Ibarat bahasa sekarang, masa
pisang makan pisang. Gak pantas toh?
Percaya atau tidak, sebuah perbuatan
yang melawan hukum alam tidak akan memberikan manfaat atau kebahagiaan hakiki.
Saya sendiri mengenal perilaku (maaf) homoseks, ketika saya duduk di kelas 5 SD.
Saya sendiri lebih memahami sebutan “bencong” bagi lelaki yang bergaya bak
wanita.
Tubuh boleh seksi, perut boleh six
pack, jenggot boleh lebat, wajah tampak glowing. Tetapi, alamak,
gayanya sungguh nyiur melambai. Siang Susanto, jika malam jadi Susanti. Dia
begitu bangga ketika dipanggil Sis, daripada Bro. padahal tampilan tubuhnya
jelas-jelas lelaki.
LGBT DI INDONESIA
Saya memahami bahwa perilaku atau
keberadaan para LGBT masih tertutup. Atau, masih malu-malu menunjukan jati
dirinya, sebelum dunia media sosial (medsos) muncul di muka bumi ini. Namun,
entah karena pengaruh apa. Kini, keberadaan LGBT justru menunjukan eksistensinya.
Seakan-akan, LGBT tidak malu lagi
bahwa kondisi dirinya sangat dimaklumi publik. Bahkan, di belahan dunia,
keberadaan LGBT benar-benar diakui. Hal ini dibuktikan dengan adanya pengakuan
pernikahan sejenis.
Isu LGBT menjadi isu menarik. Apalagi,
jika ditarik ke ranah politik saat kampanye Pemilu. Lagi, banyak kalangan yang
menganggap bahwa kemunculan LGBT bak sebuah kampanye terselubung. Bahkan,
dibiayai dengan dana yang besar. Hal ini bertujuan agar mau melegalkan
pernikahan sejenis.
Namun, gelagat yang mengarah
kemunculan komunitas LGBT tanpa tedeng aling-aling menunjukan, bahwa
mereka mempunyai misi yang serius. Padahal, keberadaan LGBT dilarang di seluruh
isi kitab suci berbagai agama di dunia.
Beruntung, bangsa Indonesia masih
tetap eksis melarang keberadaan kaum LGBT dengan segala pernak-perniknya,
seperti bendera warna pelangi. Hal ini dikarenakan LGBT melawan hukum alam.
Semua agama yang ada di Indonesia pun
melarang keberadaan LGBT. Public figure yang melakoni karakter tersebut dalam
sebuah acara pun banyak yang dicekal atau dilarang pentas. Itulah sebabnya,
keberadaan LGBT masih bergerilya atau sembunyi-sembunyi. Kaum LGBT pun masih
malu-malu untuk menunjukan jati dirinya.
Uniknya, dengan adanya larangan LGBT
di Indonesia, masih ada saja sekelompok tertentu yang peduli atau membela
keberadaan LGBT. Dengan dalih kemanusiaan dan Hak Azasi Manusia (HAM) yang
perlu ditegakkan sebaik mungkin.
Saya pribadi berpendapat bahwa
keberadaan LGBT jangan sampai mendapat tempat di Indonesia. Loh, kok anda nggak
Pancasilais? Sebagai informasi, saya sendiri telah mengenyam
pendidikan dan latihan (diklat) Pancasila dari lembaga negara BPIP RI. Sangat
berisiko jika keberadaan LGBT mendapat tempat (baca: diakui) di Indonesia. Ini
sama halnya dengan melegalkan pernikahan sejenis. Tidak ada bedanya, jika kita
membiarkan para teroris hidup di Indonesia.
Saya justru sangat peduli dengan kaum
LGBT dengan dalih kemanusiaan, khususnya regenerasi. Sungguh, saya kasihan
sekali sama kaum LGBT. Yang begitu percaya diri menunjukan kebahagiaan mereka.
Entah, kebahagiaan di muka publik atau di media sosial. Kalimat serius dari
saya buat mereka.
“Jangan pernah melawan hukum alam. Jangan pernah
melawan Sunatullah”.
Saya paham bahwa mereka bahagia bisa
berpasangan sesama jenis mereka. Pertanyaan saya satu, “apa mereka gak
pengin ada keturunan?”.
Ya, mereka bisa bahagia, ketika kondisi
tubuh mereka masih segar atau muda. Kalau umur mereka sudah lanjut usia, siapa
yang mengurus mereka? Bukan itu saja, percaya atau tidak, pasangan sesama jenis
rentan dengan penyakin kelamin. Yang bisa berakhir dengan kematian. Jadi,
semasa muda mereka bisa bahagia, setelah tua dijamin mereka akan merana.
PRO KONTRA PODCAST
DEDDY CORBUZIER
Sekali lagi saya tekankan, kebahagiaan
LGBT itu semu. Bagai melihat air mancur yang menjulang tinggi. Semakin kencang
airnya, semakin kencang ketinggiannya. Namun, di balik keindahan air mancur
tersebut ada yang membuat miris hati kita.
Air mancur tersebut melawan hukum alam
yaitu melawan gravitasi bumi. Di mana, setiap benda yang dijatuhkan dari
ketinggian akan jatuh ke bawah. Keindahan semprotan air mancur itu hanya semu.
Air mancur telah melawan hukum alam atau gravitasi.
Setinggi apapun air mancur
disemprotkan ke atas, maka air mancur itu juga akan jatuh ke bawah. Sama halnya
dengan kebahagiaan yang ditunjukan pasangan LGBT, yang begitu percaya diri
menunjukan jati dirinya di muka publik. Lambat laun, kebahagiaan mereka akan
sirna.
Seperti, yang terjadi pada podcast
Deddy Corbuzier dengan mengundang pasangan gay seleb TikTok asal Indonesia Ragil
Mahardika (follower 3,8 juta) dan suami sesama jenis Frederik Vollert yang
bermukim di Jerman. Ragil Mahardika sendiri telah berpindah kewarganegaraan
mengikuti suaminya.
Publik benar-benar tersentak dengan
adanya bincang-bincang di podcast yang mempunyai rating tinggi tersebut. Kita
tahu bahwa podcast Deddy Corbuzier tersebut telah mengundang banyak tokoh
penting atau smart people yang statement-nya menarik banyak
kalangan.
Ragil Mahardika (Sumber: @ragilmahardika/IG)
Maka, ketika sang host Deddy Corbuzier
mengundang pasangan gay tersebut, netizen ribut luar biasa. Hingga video
tayangan tersebut di-take down. Apakah Deddy Corbuzier bersalah dengan mengundang
pasangan gay tersebut?
Tentu, ada yang pro dan kontra. Setiap
orang mempunyai sudut pandang yang berbeda. Namun, dari sikap saya “sangat
jelas” tidak etis apapun alasannya. Kita memahami bahwa bangsa Indonesia
melarang keberadaan LGBT dengan segala pernak-perniknya. Dengan kemunculan
video tersebut, maka publik bertanya-tanya, ada apa gerangan dengan maksud
video tersebut? Publik akan makin paham bahwa eksistensi LGBT di Indonesia akan
mendapatkan ruang dengan adanya video tersebut.
Kita memahami bahwa podcast Deddy
Corbuzier selalu mendapatkan perhatian banyak kalangan. Jadi, dengan adanya
tayangan wawancara dengan pasangan gay tersebut memberikan pertanda bahwa LGBT
bisa bernafas di bumi Indonesia. Mungkin, itu pesan yang tersirat dalam
tayangan video tersebut.
LGBT DI BALI
Sebagai informasi, eksistensi LGBT
khususnya gay di pulau dewata Bali justru luar biasa. Tanpa adanya tayangan
video podcast Deddy Corbuzier, jati diri para gay di Bali justru ditampilkan
secara vulgar.
Jika, anda jalan-jalan di Kota
Denpasar, maka anda bisa berkeliling di seputaran jalan Bung Tomo pada malam
hari. Anda dengan mudah menemukan para homo yang menjajakan layanan bak PSK.
Tentu, para gay tersebut adalah orang lokal dengan tarif yang bisa dinego.
Jika, anda ingin menemukan para homo
dengan kelas yang lebih high. Dengan kata lain, ingin bertemu dengan
para gay dari berbagai negara. Maka, Bali mempunyai surga kumpulan para gay.
Anda bisa datang atau mengamati perilaku mereka di sebuah bar, di kawasan jalan
Camplung Tanduk, Kuta Bali.
Ketika bar lain sepi pengunjung, di
bar tersebut justru bak pasar malam. Pengunjung melimpah ruah. Parkir motor dan
mobil memenuhi jalanan di sepanjang jalan depan bar. Saya dua kali mengamati
bar tersebut. Para gay yang berlaku bak wanita. Atau, gay bak lelaki yang
mencari pasangan sangat kentara sekali. Uniknya, rerata pengunjung adalah para
bule atau wisatawan.
Jika anda amati dengan seksama di bar
tersebut. Maka, gay yang bersikap bak wanita akan menampilkan fashion feminis
layaknya wanita sungguhan. Seperti, lady boy ala Thailand. Tidak sedikit
tampilan laki-laki dengan body yang rajin nge-gym ramai
mendatangi bar tersebut.
Saya pernah berbincang-bincang dengan beberapa wartawan dalam sebuah kesempatan. Bahwa, keberadaan bar sebagi surga pertemuan para gay tersebut sudah ada sejak lama. Jadi, sebelum podcast Deddy Corbuzier ramai, Bali justru telah menghadirkan para gay lintas negara. Dan, uniknya hanya satu-satunya tempat tersebut yang tidak pernah sepi pengunjung.
Terpenting, kita mesti belajar bahwa keberadaan dan perilaku LGBT telah melawan hukum alam. Kita tidak boleh membencinya, karena kita sama-sama makhluk ciptaan Allah SWT. Perlu adanya kolaborasi lintas sektoral agar perilaku LGBT diminimalisir atau hilang sama sekali. Agar, LGBT mau menjadi manusia yang normal yang mau menikah dengan lawan jenis. Dan, menghasilkan generasi emas bangsa Indonesia di masa depan.
Post a Comment for "LGBT, Perilaku Manusia Melawan Hukum Alam"