Tarif Murah Telekomunikasi dan Kualitas Hidup Petani Bawang Merah Brebes
Tarif
Murah Telekomunikasi dan Kualitas
Hidup
Petani Bawang Merah Brebes
Oleh:
Casmudi
“... Wis mangan tong ... balike kapan? Dih,
ganing suwe temen. Dadi bada ngarep ora sida balik?. Ya wis lamon ora sida
balik ya sing ati-ati ya urip ning dunyane uwong. Aja macem-macem sing bombong
bae. Saiki ning kene lagi wayahe panen bawang. Lumayan rega bawange lagi apik.
Dadi lubar bada bisa nyunati adine koen. Wis bapane pamit ya. Assalamualaikum
...”
Sepenggal percakapan gaya “ngapak”
Brebes di atas menunjukan betapa bahagianya anak yang berada di luar negeri yang
sedang menuntut ilmu bisa berkomunikasi begitu bebas dengan Bapaknya yang
berada ribuan kilometer di kota Brebes, Jawa Tengah lewat fasilitas skype. Percakapan tersebut yang artinya kurang lebih (...
Udah makan nak ...pulangnya kapan? Kok, lama banget. Jadi lebaran depan tidak
bisa mudik?. Ya udah jika tidak bisa mudik yang hati-hati hidup di tanah orang.
Jangan macam-macam yang betah saja. Sekarang di sini lagi musim panen bawang.
Lumayan harganya lagi bagus. Jadi nanti habis lebaran bisa menyunatkan adik
kamu. Ya udah bapak pamit dulu. Assalamualaikum ...). Kota Brebes, Jawa Tengah
berada di jalur pantura Jawa. Kota ini dari dulu memang tersohor ke seluruh
Indonesia sebagai sentra penghasil bawang merah. Bawang merah dengan kualitas
baik untuk konsumsi dalam negeri yang banyak dikirim ke pabrik-pabrik di Pulau
Jawa atau di luar pulau Jawa. Banyak orang kaya yang tercetak dari penghasilan
bawang merah ini. Ada pameo orang Brebes “pokoke
inyong bisa nyunati anake mengko yen lubar panen bawang...biasane lubar bada”
(pokoknya saya bisa menyunatkan anakya nanti kalau habis panen bawang ...
biasanya habis lebaran). Begitu kuatnya penghasilan yang didapat dari bertani
bawang merah, hajatpun perlu menunggu panen.
Tahun 90-an transaksi pengiriman bawang merah dari petani ke seluruh
pulau Jawa biasanya dilakukan melalui warnet, ada juga lewat surat yang
dititipkan lewat supir truk yang berangkat lebih dulu. Biasanya petani Brebes
cenderung mengirim bawang merah ke pasar Cibitung, Bekasi, Jawa Barat atau ke
pasar Kramat Jati, Jakarta. Selanjutnya pesan balik yang dikirimkan lewat supir
truk tadi akan diketahui tentang kabar harga bawang merah yang paling “update”. Tapi, semakin berkembangnya
pengetahuan teknologi, yaitu: dengan munculnya alat komunikasi yang murah, para
petani bawang merah Brebes mulai gampang bertransaksi secara cepat dan akurat.
Bahkan lewat alat komunikasi yang canggih dapat diketahui pangsa pasar yang
baik, harga terbaru dan jenis bawang merah jenis apa yang lagi digandrungi para
konsumen.
Meskipun bermunculan alat komunikasi
yang semakin canggih, permasalahan yang terbaru adalah masalah biaya komunikasi
yang tinggi dan perlu disiasati. Karena awal kemunculan alat komunikasi yang semakin
maju, masalah biaya komunikasi atau biaya jelajah (roaming) sangatlah mahal. Kita tahu, bahwa pada awal reformasi,
hanya orang kaya dan kelas menengah yang punya telepon rumah atau telepon
genggam (handphone). Pasalnya, biaya pulsa mencekik leher baik lintas maupun ke
sesama operator. Saat itu, para petani bawang merah mensiasati hanya dengan
menerima panggilan telpon saja (meskipun saat itu masih dikenakan biaya
jelajah/roaming). Mereka harus
mengeluarkan kocek lebih jika ingin
berkomunikasi dengan sang supplier di pasar Cibitung atau pasar Kramat Jati
untuk mendapat informasi terkini mengenai harga bawang merah. Akhirnya, waktu
percakapan pun menjadi mahal. Oleh karena itu, solusi yang terbaik untuk
berkomunikasi adalah percakapan melalui warnet atau telepon rumah.
Tetapi, keadaan yang serba mahal
mengenai biaya percakapan melalui alat komunikasi jarak jauh tidak bertahan
lama. Situasi pun berubah ketika terjadi perang tarif pada 2005, seiring
populernya sistem prabayar dan murahnya biaya menelepon sesama pengguna
operator tertentu. Semakin bermunculan operator teleomunikasi, maka tarif
percakapan pun tidak menjadi masalah. Hal yang sangat menentukan adalah faktor
demografi, aturan pemerintah, dan jumlah pemain di bisnis ini sangat menentukan
tarif telepon nasional atau ke luar negeri. Lembaga riset Frost & Sullivan pernah
membuat daftar perbandingan tarif telepon (on
voice tariff) antar negara. Hasil yang diperoleh relatif mengejutkan.
Sebab, mayoritas negara-negara maju di Eropa dan Amerika Utara cenderung
membayar biaya telepon lebih mahal dibanding negara kawasan Asia Pasifik.
Keadaan ini sama halnya dengan India, Indonesia juga dinobatkan sebagai negara
dengan tarif telepon termurah sejagat. Biaya untuk ngobrol hanya USD 1 sen per
menit atau di kisaran Rp 90-100 setiap 60 detik. Sangat sulit dicari
bandingannya, bahkan di Asia Pasifik tarif telepon Indonesia dan India adalah
yang paling murah. Mengapa hal itu bisa terjadi? Pasalnya, operator
telekomunikasi yang beroperasi di Indonesia terbilang banyak. Alhasil,
persaingan pun menjadi lebih ketat. Bahkan ada yang sampai berkelakar harus 'berdarah-darah' untuk bisa menggaet
pelanggan. Tetapi Pemerintah juga wajib mengawasi dan mengontrol tentang
kualitas pelayanan para operator telekomunikasi, agar tarif komunikasi yang
murah di Indonesia tetap terjaga dibandingkan dengan negara Asia lain, kecuali
Singapura dan Malaysia.
Kita perlu tahu, bahwa saat ini kurang lebih ada 11 operator
penyelenggara telekomunikasi di Indonesia, itu juga setelah PT. Mobile-8
Telecom Tbk. dan PT. Smart Telecom merger menjadi satu. Klasifikasi berdasarkan teknologi yang digunakan, yaitu: 1. PT.
Telekomunikasi Indonesia, Tbk. (Telkom): PSTN & CDMA 800 MHz; 2. PT. Batam
Bintan Telekomunikasi: PSTN; 3. PT. Indosat, Tbk: PSTN, GSM, dan CDMA 800 MHz;
4. PT. Telekomunikasi Selular (Telkomsel): GSM; 5. PT. XL Axiata, Tbk: GSM; 6.
PT. Axis Telekom Indonesia: GSM; 7. PT. Hutchison 3 Indonesia: GSM; 8. PT.
Bakrie Telecom, Tbk.: CDMA 800 MHz; 9. PT SmartFren Telecom, Tbk.: CDMA 800 MHz
dan 1900 MHz; 10. PT. Sampoerna Telekomunikasi Indonesia: CDMA 450 MHz; 11. PT.
Pasifik Satelit Nusantara: Satelit. Sedangkan
klasifikasi berdasarkan lisensi dan produk yang dimiliki, yaitu: 1.
Operator Fixed Wireline (FWL) Phone atau Telepon Tetap, yang terdiri dari: a.
PT Telekomunikasi Indonesia, Tbk. (Telkom): PSTN; b. PT. Batam Bintan
Telekomunikasi: PSTN di area Batam, Bintan; c. PT. Indosat, Tbk.: Indosat
Phone; 2. Operator Fixed Wireless Access (FWA) atau Telepon Tetap
Nirkabel/Tanpa Kabel, yang terdiri dari: a. PT. Telekomunikasi Indonesia, Tbk.
(Telkom): Flexi; b. PT. Bakrie Telecom, Tbk.: Esia; c. PT. Indosat, Tbk.: StarOne;
d. PT. SmartFren Telecom, Tbk. (dulu PT. Mobile-8 Telecom, Tbk., hasil merger
antara PT. Telekomindo Selular Raya (Telesera),
PT. Metro Selular Nusantara (Metrosel), PT. Komunikasi Selular Indonesia
(Komselindo)): Hepi; 3. Operator Mobile atau Telepon Bergerak, yang terdiri
dari: a. PT. Telekomunikasi Selular (Telkomsel): Simpati, Kartu As, Kartu Halo;
b. PT. Indosat, Tbk.: Mentari, IM3, Matrix; c. PT. XL Axiata, Tbk. (dulu PT.
Excelcomindo Pratama, Tbk); d. PT. SmartFren Telecom, Tbk. (dulu PT. Smart
Telecom untuk operasi di frekuensi 1900 MHz dan PT. Mobile-8 Telecom untuk
operasi di frekuensi 800 MHz); e. PT. Axis Telekom Indonesia (dulu PT. Natrindo
Telepon Selular, transformasi dari Lippo Telecom): Axis; f. PT. Hutchison 3
Indonesia (dulu PT. Hutchison Charoen Pokphand Telecom (HCPT), transformasi
dari Cyber Access Communication (CAC)): Tri; g. PT. Sampoerna Telekomunikasi
Indonesia: Ceria; dan 4. Operator Satelit yang terdiri dari: PT. Pasifik
Satelit Nusantara (PSN): Byru.
Pada tahun 2012 saja jumlah pelanggan operator seluler di Indonesia sangat
mengesankan. Secara berturut-turut jumlah pelanggan untuk masing-masing
operator selular, yaitu: 1. Telkomsel, dengan 212 juta pelanggan; 2. Indosat, dengan 52 juta pelanggan; 3. XL, dengan 47 juta pelanggan; 4. Axis, dengan 16 juta pelanggan; dan 5. Three, dengan 14 juta pelanggan.
Kesemua operator tersebut berlomba-lomba untuk memberikan tarif telekomunikasi
yang lebih murah kepada masyarakat. Melihat fenomena murahnya tarif
telekomunikasi yang terjadi saat ini diimbangi dengan produk-produk gadget yang
semakin canggih seperti android, ipad dan lain-lain dengan harga yang
terjangkau untuk semua kalangan masyarakat, maka pengetahuan yang tanpa batas
untuk menjelajah dunia melalui internet tidak bisa dibendung lagi. Jangan
heran, jika sekarang banyak petani bawang merah Brebes yang tampil semakin gaul
dengan menenteng perangkat gadget yang sangat canggih. Bahkan, anaknya tampil
semakin modis dan nganyari (modern). Banyak
fitur-fitur canggih yang bisa digunakan, seperti update gambar bawang merah saat umur 1 bulan, 2 bulan atau 3 bulan
menjelang panen yang dikirim melalui facebook atau twitter ke inbox relasi
bisnis atau anaknya yang nun jauh di sana (kuliah atau merantau). Foto-foto
narsis di pematang sawah tempat bawang merah ditanam, di depan rumah atau mobil
mewah pun tak luput dikirim melalui media jejaring sosial sekedar untuk update
status atau mentransfer ilmu bertanam bawang merah (sharing) ke masyarakat luas
tentang keberhasilan bertani bawang merah yang merupakan lahan pekerjaan.
Gaya hidup petani bawang merah Brebes memang saat ini semakin naik
status atau berkualitas. Banyak bidang kehidupan yang beranjak naik, baik
keagamaan, ekonomi atau gaya hidup, pendidikan, dan yang lainnya. Sebagai contoh kenaikan kualitas
hidup di bidang ekonomi atau gaya hidup seperti gaya arsitektur rumah yang
terkesan modern karena banyak petani bawang merah Brebes tinggal browsing di
internet untuk mencari style modern yang tampil beda. Pengetahuan tentang
keagamaan pun beranjak naik, karena banyaknya fitur di perangkat gadget yang
mengupas tentang ilmu agama. Banyak tempat-tempat ibadah yang tampil bagus
karena banyak bantuan yang mengalir dari para petani bawang merah. Bahkan,
dalam mencari waktu hajatan pernikahan atau sunatan yang tepat pun tidak perlu
datang ke orang pintar atau paranormal, tetapi cukup klik “primbon” di google langsung muncul segala tanggal dan hari untuk
melakukan hajatan atau sunatan yang waktunya tepat sesuai dengan perhitungan wong Jawa. Gaya hidup anak-anak kecil di
pedesaan Brebes pun sekarang berubah, seperti dibekali orang tuanya dengan
perangkat handphone agar bisa dipantau
di saat jauh atau waktu pulang sekolah dari menuntut ilmu (pendidikan). Keadaan
ini sangat berbeda 360 derajat saat tahun 90-an, di mana anak-anak sekolah di pelosok
pedesaan Brebes untuk berangkat ke sekolah pun banyak yang tidak beralas kaki.
Hal ini disebabkan karena kehidupan yang serba kekurangan dikarenakan harga
bawang merah yang menjadi lahan kehidupan selalu dipermainkan oleh para
tengkulak yang mengakibatkan harganya selalu jatuh dan merugi. Hal ini
berakibat pada ketidakmampuan orang tuanya untuk memenuhi kebutuhan anaknya. Tetapi,
sekarang para petani bawang merah Brebes sudah bisa tersenyum lebar bisa
berkomunikasi antar sesamanya tanpa batas ruang dan waktu. Kemajuan kualitas
hidup ditentukan karena akibat dari murahnya tarif telekomunikasi.
Banyak hal yang menarik tentang pengaruh tarif murah telekomunikasi
terhadap kehidupan para petani bawang merah Brebes, seperti: 1. Jarak
komunikasi antar sesama saudara, relasi bisnis dan yang lainnya sudah tidak ada
kendala ruang dan waktu, karena perangkat gadget sudah tidak menjadi
barang mewah atau aneh; 2. Tarif murah
telekomunikasi bisa menekan pengeluaran yang selanjutnya dialokasikan buat
kebutuhan hidup lainnya; 3. Para petani bawang merah sudah berpikir maju
tentang harga bawang merah melalui internet yang bisa diakses di mana saja,
sehingga tidak gampang ditipu oleh para tengkulak atau makelar, 4. Para petani
bawang merah Brebes sudah berpikir untuk menyekolahkan anaknya lebih tinggi
dikarenakan informasi yang didapat melalui perangkat gadget yang menyebarluas
ke pelosok pedesaan; 5. Menjamurnya counter-counter selular di pelosok pedesaan
Brebes mengakibatkan terbukanya lahan usaha, merekrut karyawan, menambah
penghasilan baru dan yang terpenting adalah merangsang para petani bawang merah
untuk membeli perangkat alat komunikasi demi kemajuan kualitas hidup, tanpa
berpikir bengkaknya tarif pulsa; dan 6. Berkembangnya pemasangan tower selular
di pedesaan Brebes menambah penghasilan warga dari biaya sewa lahan oleh
operator dan bisa digunakan untuk memenuhi kebutuhan atau tampil lebih mewah di
bandingkan sebelumnya.
Sekarang para petani bawang merah Brebes bukanlah sosok yang gaptek,
hidup seadanya, pendidikan yang rendah, gampang ditipu para tengkulak atau
makelar, serta terbelakang (ndusuni).
Tapi saat ini petani bawang merah Brebes tampil lebih maju, mewah, keluarga
yang berpendidikan tinggi, penampilan yang modis atau mentereng dan benar-benar
menikmati hidup yang berkualitas. Pengaruh
tarif telekomunikasi memang sangat luar biasa dan mampu mempengaruhi kemajuan
di segala lini kehidupan. Para petani Brebes sekarang lebih update, cerdas dan lebih gaul. Kata
orang Brebes, “aja padakna gemiyen oh,
saiki lah wong tani bawang Brebes apike nemen. Saiki pada sugih-sugih,
mana-mana pada nggawa hp karo pil. Sebabe saiki pulsane murah sih”. (Jangan
samakan dulu dong, sekarang petani bawang Brebes bagus banget. Sekarang
kaya-kaya, ke mana-mana banyak yang bawa handphone sama tablet. Sebabnya
sekarang pulsanya murah).
Ramadhan - Denpasar, 14 Juli 2013
1 comment for "Tarif Murah Telekomunikasi dan Kualitas Hidup Petani Bawang Merah Brebes"