HILANGKAN EGO, KITA BUTUH ORANG LAIN
Hujan belum reda. Dingin semakin mendera. Akhirnya kutuangkan pikiran yang kosong ini untuk membuat sebuah Cerita inspirasi. Semoga bermanfaat, sahabat ....
HILANGKAN
EGO, KITA BUTUH ORANG LAIN
Oleh
Casmudi. S.AP
PT. Erfa Cipta Creasindo adalah perusahaan besar yang bergerak dalam
bidang ekspor-impor besi dan baja. Fandi merupakan karyawan yang sukses di perusahaan
besar tersebut. Ia telah bekerja di perusahaan tersebut lebih dari 5 tahun.
Karena keuletannya, ia cepat menanjak karirnya. Posisi sebagai General Manager Urusan
Ekspor dapat diraihnya. Posisi tersebut merupakan posisi yang bergengsi di
perusahaan dan menjadi tangan kanan /kepercayaan Pak Habib, sang Direktur
Utama. Saking dipercayainya, semua kebijakan yang ada diperusahaan dilimpahkan
secara penuh ke Pak Fandi. Namun sayang, posisi yang bergengsi tersebut tidak
diimbangi dengan kepedulian yang besar terhadap anak buahnya. Ia tidak mau percaya dengan apa yang dikatakan
dan dilakukan oleh bawahannya. Ia ingin menunjukan ke Pak Habib, bahwa dialah
yang paling berpengaruh dan yang berjasa memajukan perusahaan.
Pada suatu waktu, perusahaan tersebut sedang membutuhkan orang yang akan
dipercaya untuk mengurusi masalah impor. Selama ini jabatan tersebut dijabat
rangkap oleh Pak Fandi. Akhirnya, jabatan bergengsi General Manager Urusan
Impor sedang kosong. Pak Fandi berpikir bahwa, biarlah dia yang mengurusi
masalah ekspor dan impor. Dengan harapan, dia bisa mengeluarkan kebijakan
apapun buat perusahaan dan gaji dobel. Toh, Pak Habib sudah terlanjur percaya
padanya. Permasalahannya, jika urusan ekspor dan impor diurusin satu orang,
maka akan memberikan hasil yang kurang maksimal untuk perusahaan. Dengan terpaksa
Pak Habib membicarakan masalah tersebut secara empat mata dengan Pak Fandi.
Sebenarnya dalam hati kecilnya, Pak Fandi tidak setuju dengan ide sang Direktur
Utama tersebut.
“Pak Fandi, perusahaan kita sudah berkembang
pesat. Dan hal yang paling mendesak adalah kita harus mencari atau mengangkat
karyawan yang akan ditempatkan di posisi General Manager Urusan Impor. Ini
harus saya lakukan demi perkembangan perusahaan”.
“Tapi pak, saya kan bisa mengurusi
dua-duanya”
“Tidak mungkin… terlalu riskan pak
Fandi. Karena perusahaan sudah berkembang pesat sekali. Saya berencana akan
mengangkat Pak Yasin menjadi Generak Manager Urusan Impor”
Dengan perasaan kaget, Pak Fandi
mendengar berita tersebut. Ia memahami, bahwa Pak Yasin selama ini menjabat
sebagai Brand Manager sering dia marahi
dalam pekerjaaannya meskipun hasilnya memuaskan.
Pak Yasin adalah tipe orang yang bertanggung jawab dan mudah bergaul
dengan siapa saja. Terlebih dengan bawahannya. Lain halnya dengan Pak Fandi
yang menghabiskan waktunya dengan di luar kantor untuk urusan yang tidak
berguna, di saat sang Direktur Utama tidak ada di kantor. Pak Fandi bermaksud
agar dirinya menjadi pemimpin yang bisa disegani anak buahnya.
“Pak Fandi, anda harus bisa bekerja sama
dengan Pak Yasin dan berbagi pengalaman untuk memecahkan masalah perusahaan”
kata pak Habib suatu waktu.
“Iya…iya …pak”. Pak Fandi berpikir, “pokoknya
saya tidak mau bekerja sama dengan Pak Yasin. Saya kan lebih senior dan tangan
kanan Pak Direktur. Kalau ketahuan kerja Pak Yasin lebih baik dari aku, Pak
Direktur bisa ke lain hati. Aku tidak bias mengatur perusahaan sesukaku”
Sebenarnya ketidakcocokan dalam
bekerja sama antara Pak Yasin dan Pak Fandi sudah diketahui secara diam-diam
oleh karyawan perusahaan tersebut. Hanya sang Direktur Utama yang merasa
aman-aman saja.
Suatu hari, sang Direktur Utama akan
berangkat ke China selama 1 bulan untuk urusan kantor. Sang Direktur Utama menitipkan
jalannya perusahaan ke Pak Fandi dan Pak Yasin.
“Tolong, jaga perusahaan baik-baik. Saya
akan di Cina selama 1 bulan, ada keperluan kantor”
“Baik pak!” kata Pak Yasin dan Pak Fandi
berbarengan.
Namun, apa yang terjadi? Selama
ditinggal Sang Direktur Utama ketidakharmonisan antar kedua orang GM tersebut
makin memuncak. Yang terjadi adalah kebijakan perusahaan tentang ekpor dan impor
menjadi terbengkelai. Hampir semua pesanan dan kiriman barang ke luar negeri tidak
ada yang tepat waktu dan dibatalkan karena kepercayaanya klien mulai hilang.
Perusahaan merugi besar-besaran dan
terancam bangkrut. Berita ini diketahui oleh istri Pak Habib dan melaporkan ke
suaminya. Permasalahannya sudah diketahui, karena tidak adanya kerja sama
pimpinan puncak perusahaan. Akhirnya sang Direktur Utama pulang lebih awal dari
waktu yang dijadwalkan. Tanpa sepengetahuan Pak Fandi dan Pak Yasin, sang Direktur
Utama merencanakan cara untuk membuat kedua pimpinan puncak itu menjadi sadar.
“Ma, tolong pesan untuk dibuatkan sarung
tangan yang dicetak dengan sendok atau garpu yang panjangnya 10 meter sebanyak 2 buah dan ukuran normal sebanyak 10 buah”
kata sang Direktur Utama kepada istrinya yang sudah mengerti maksudnya.
Keesokan paginya sekitar jam 4 pagi sang Direktur Utama pergi ke kantor
bersama sopir pribadinya untuk mengatur meja ruang rapat yang berukuran 2 x 10 meter. Sudah disiapkan sarung tangan
yang digabungkan dengan sendok atau garpu ukuran panjang 10 m. Dilengkapi
dengan petunjuk nama orang yang akan menghadiri rapat, termasuk Pak Fandi dan
Pak Yasin. Petunjuk nama sengaja direkatkan di meja agar tidak mudah
dipindah-pindahkan. Rapat besar tersebut
akan dihadiri 9 orang Manager, sang Direktur Utama dan 2 General Manager (Pak
Fandi dan Pak Yasin) yang akan duduk berhadapan di masing-masing sisi meja
rapat terpendek. Acara inti yang akan direncanakan adalah acara makan pagi
sekitar jam 8.
Tibalah saatnya …
“Silahkan Bapak dan Ibu duduk di tempat
anda masing-masing sesuai dengan petunjuk nama yang ada” kata sang Direktur Utama
mempersilahkan dan membuka rapat. Meskipun jengkel, masih mampu memberikan
senyum ke bawahannya.
“Kalau boleh tahu, ada acara apa ini Pak
Dirut. Kok ada sarung tangan panjang segala?” kata Manager 1.
“Sekedar syukuran karena perusahaan kita
berkembang pesat?’
“Bukannya perusahaan kita akan mengalami
kebangkrutan, Pak Dirut?” kata Manager 2.
“Sudah biasa dalam bisnis. Tidak usah
dipikirkan, hari ini acara kita adalah makan-makan sebagai rasa syukur. Karena
perusahaan kita dapat tender besar dari Negara China. Silahkan pakai sarung
tangannya masing-masing yang sudah ada petunjuk namanya. Barang siapa yang berani
melepaskannya, saya pecat sekarang juga”.
Para manager diam membisu dan dengan
sigap menikmati makanan yang disajikan, karena kondisi sendok dan garpunya
dalam keadaan normal. Sambil makan, para manager melongo melihat tingkah laku
Pak Fandi dan Pak Yasin yang hanya memandangi makanannya, karena ukuran sendok
dan garpunya yang super panjang (10 meter).
“Pak Fandi dan Pak Yasin … silahkan
dinikmati makanannya” kata sang Direktur Utama sambil melempar senyum.
“Maaf pak Direktur… bagaimana saya bisa
makan, jika ukuran sendoknya seperti ini?” kata Pak Fandi.
“Kan, kalian yang minta seperti itu?”
tegas sang Direktur Utama.
“Bagaimana kalau Pak Fandi saya suapin?”
kata Pak Yasin. Pak Fandi seperti ogah
dibantu oleh pak Yasin. Gengsi rasanya, pikirnya.
“Kalau kalian masih pada egonya
masing-masing, anda tidak akan bisa menikmati makanan yang lezat ini. Kalau Bapak-bapak
berani melepas sarung tangannya, saya tidak segan-segan untuk memecat anda saat
ini juga. Mengapa tidak terima penawaran dari Pak Yasin, Pak Fandi? Pak Yasin menyuapi Pak Fandi dan Pak Fandi gantian
yang menyuapi Pak Yasin. Kalian harus kerja sama dong?”
Hening sejenak …
Pak Fandi mengkerdipkan matanya ke arah
Pak Yasin dan Pak Yasin membalasnya dengan dengan anggukan.
“Bapak-bapak manager yang saya hormati.
Saya tahu masalah yang ada di perusahaan kita. Masalahnya adalah pada
ketidakharmonisan Pak Fandi dan Pak Yasin yang selalu mempertahankan egonya
masing-masing. Silahkan kalian lihat sendiri. Jika Pak Fandi tidak mau bekerja
sama dengan Pak Yasin, yang terjadi adalah … mungkin kedua Bapak ini akan saya
pecat, karena tidak bisa menikmati makanan yang saya hidangkan”
Dengan berlinang air mata, Pak Fandi
mengakui kesalahannya.
“Maaf Pak Dirut dan Bapak-bapak Manager.
Saya mengakui kesalahn saya selama ini tidak mau mendengarkan keluhan kalian
dan mempertahankan ego saya. Saya paham, bahwa Pak Yasin adalah orang yang
bertanggung jawab dalam pekerjaan dan jujur. Saya sering memarahinya, karena
saya takut tersaingi. Maafkan saya …Karena saya perusahaan di ambang
kebangkrutan”
“Perusahaan kita masih berdiri
Bapak-bapak. Saya senang sekali jika kalian sebagai pimpinan puncak bisa
bekerja sama dengan baik untuk mengembangkan perusahaan. Percayalah perusahaan
ini akan bangkit kembali, jika kalian bisa bekerja sama dan tinggalkan ego
kalian, bahwa kalian merasa paling hebat. Saya pun membangun perusahaan ini
bermula dari seorang diri. Bangkitlah …bangkitlah …Bapak-bapak!” kata sang
Direktur Utama.
Tepuk tangan dan senyuman membahana ruang rapat. Akhirnya, Pak Fandi bisa
menyuapi Pak Yasin dan sebaliknya. Mereka mampu menikmati hidangan yang lezat
itu. Mereka tersenyum dan berpelukan.
“Maafkan saya Pak Yasin yang telah
berlaku tidak adil kepadamu”
“Lupakan saja, Pak Fandi. Mari kita
kerja sama kembangkan perusahaan ini”
Semua manager dan sang Direktur Utama
berdiri dan bangga, serta memberikan tepuk tangan yang meriah untuk kedua
General Manager tersebut.
Mari kita tinggalkan ego kita. Tinggalkan perasaan, bahwa kita orang
yang paling hebat dari orang lain. Kita bisa melakukan hal-hal yang luar biasa,
karena jasa atau bantuan dari orang lain. Berikan kesempatan dan penghargaan orang
lain atau bawahan kita untuk memberikan
pendapat. Semuanya demi kemajuan bersama.
Denpasar, 17 November 2013
Post a Comment for "HILANGKAN EGO, KITA BUTUH ORANG LAIN"