Merenda Cinta Kebangsaan Melalui Kerukunan Umat Beragama dalam Satu Halaman
Merenda
Cinta Kebangsaan Melalui Kerukunan
Umat Beragama dalam Satu Halaman
Oleh
Casmudi, S.AP
Dunia salut terhadap
Indonesia. Betapa tidak? Indonesia dengan 6 agama resmi yang diakui pemerintah sejak
era Presiden Abdurrahman Wahid (Gus Dur) mampu hidup berdampingan saling asah,
asih dan asuh. Meskipun dalam perjalanannya mengalami beberapa konflik antar
agama. Tetapi, laksana sayur tanpa garam.
Konflik tersebut menjadi bumbu untuk saling mengerti dan toleransi antar agama.
Saling intropeksi dan mengoreksi beberapa kesalahan yang harus diperbaiki agar
lebih baik di masa depan.
Perasaan kebangsaan masyarakat Indonesia memang luar
biasa. Sejak jaman dulu, perwujudan Bhinneka Tunggal Ika telah didengungkan
untuk mewujudkan persatuan dan kesatuan bangsa. Apalagi, mewujudkan Tri kerukunan umat beragama sangatlah
penting, yaitu: kerukunan umat antar
agama, kerukunan antarumat seagama, dan kerukanan antar umat beragama dengan
pemerintah pada saat ini.
Tidak dapat dipungkiri, bahwa konflik di beberapa daerah
yang berbau SARA memang mengundang perhatian dan perenungan kita bersama. Baik
konflik antar umat beragama maupun antar penganut perbedaan pandangan dalam
satu agama telah menghiasi perjalanan kebangsaan masyarakat Indonesia. Seperti, kasus pelarangan pendirian tempat
ibadah agama minoritas (contoh Kristen) dalam sebuah kawasan agama mayoritas
(contoh Islam) atau sebaliknya. Kondisi
ini mengundang kita untuk mengedepankan toleransi dan kegotongroyongan antar
sesama. Kerukunan umat beragama adalah sebuah anugerah Tuhan dalam menikmati
rasa kebangsaan.
Tetapi, meskipun berbagai
konflik yang ada, kita patut bersyukur bahwa 6 agama yang diakui secara resmi
mampu hidup berdampingan dalam menjalankan keyakinannya. Bahkan, bisa hidup
dalam satu halaman. Mau bukti? Yuk
kita jalan-jalan atau berwisata ke Pulau Bali yang notabene merupakan kawasan
mayoritas penganut agama Hindu.
Jika kita berwisata ke Pulau Bali, pemandangan tempat
ibadah berupa pura (tempat ibadah agama Hindu) bisa kita lihat di setiap rumah
penduduk. Tetapi, kita tidak akan menyangka bahwa tempat ibadah 5 agama resmi
yang diakui pemerintah, yaitu: Islam, Kristen Katolik, Buddha, Kristen
Protestan, dan Hindu bisa berdiri tegak berdampingan dalam satu pelataran atau
halaman.
Bila kita jalan-jalan ke Nusa Dua, Bali sempatkan untuk
mampir ke kawasan peribadatan 5 agama dalam satu halaman yang bernama “Puja
Mandala”. Saya pribadi pun, tak terhitung berapa kali mampir ke kawasan
ini, karena untuk melakukan ibadah sholat sesuai ajaran yang saya yakini, yaitu
agama Islam. Kita bisa menikmatinya di tayangan you tube: https://www.youtube.com/watch?v=tVl5lZ-ZmXU
Puja Mandala, Nusa Dua-Bali
Dari tayangan video di atas
menunjukan bahwa Puja Mandala adalah kompleks peribadatan 5 agama resmi yang
diakui Pemerintah yang terletak di Jl.
Kuru Setra Kampial, Nusa Dua-Bali. Di dalam kompleks peribadatan tersebut berdiri
megah rumah ibadah yang secara berturut-turut dari arah selatan adalah 1) Masjid
Agung Ibnu Batutah, 2) Gereja Katolik Maria Bunda Segala Bangsa, 3) Wihara
Buddha Guna, 4) Gereja Kristen Protestan GKPB Jemaat Bukit Dua, dan 5) Pura. Jagatnatha.
Kelima tempat peribadatan tersebut benar-benar ditata rapi, artistik, megah, dengan
ketinggian bangunan hampir rata & sejajar. Kelima bangunan tersebut
benar-benar memiliki keindahan dan nilai spiritual.
Sejarah pendirian Puja
Mandala memang luar biasa. Sejak awal dilandasi oleh perasaan kebangsaan,
yaitu: mewujudkan adanya kerukunan umat beragama yang ada. Pada waktu itu agama Kong Huchu belum diakui Pemerintah sebagai agama resmi. Oleh
sebab itu, mewujudkan 5 tempat peribadatan agama yang ada adalah perwujudan
dari nilai-nilai Pancasila dan UUD 1945. Pendirian tempat peribadatan tersebut
melibatkan banyak pihak untuk dapat direalisasikan. Salah satu pihak yang
terlibat di dalamnya adalah PT. BTDC (Bali Tourism Development Corporation).
Ide perwujudan Puja Mandala berawal dari adanya keinginan untuk membangun
Masjid di kawasan Nusa Dua.
Keinginan tersebut semakin lama didengar oleh Pemerintah
Pusat untuk mendirikan sebuah kompleks
peribadatan 5 agama resmi yang diakui dalam satu kawasan. Dan kegelisahan
tersebut ternyata direspon baik oleh Bapak
Joop Ave selaku Dirjen Pariwisata
pada saat itu. Beliau meminta supaya dibangun semua tempat ibadah karena merupakan
kebutuhan yang penting untuk wisatawan. Selanjutnya, Bapak Ir Mandra dan Bapak
ketut Wirya dari Bagian Perencanaan PT. BTDC mencari tempat yang cocok, seperti
di ujung selatan (lapangan golf) utara Lagoon.
Dan ternyata ditemui tanah kosong
seluas 2,5 hektar milik PT. BTDC di daerah Kampial. Lokasi inilah yang
akhirnya dilaporkan kepada Direktur Utama PT. BTDC Bapak Sunetja, yang
selanjutnya untuk dikonsultasikan kepada Bapak Joop Ave.
Yang luar biasa adalah Bapak Joop Ave pun menyetujui.
Bahkan di kawasan tersebut diarahkan untuk segera dibangun rumah peribadatan 5
agama resmi sebagai implementasi kerukunan umat beragama dan Bhineka Tunggal
Ika. Niat yang mulia tersebut diamini oleh PT. BTDC dengan memberikan hibah tanah
tersebut dan mulailah dibangun kompleks peribadatan Puja Mandala tersebut pada
tahun 1994.
Akhirnya, tanah seluas 2,5
hektar dibagi menjadi 5 bagian. Dan masing-masing pengurus agama mendapatkan
0,5 hektar untuk didirikan rumah peribadatan. Yang menarik adalah 5 rumah
ibadah tersebut mempunyai 1 halaman parkir yang bisa dimanfaatkan semua agama
dalam merayakan hari rayanya masing-masing. Perlu diketahui bahwa dalam pembangunan rumah
peribadatan tersebut dibiayai secara mandiri atau swadaya oleh masing-masing pengurus
agama. Sedangkan halaman yang dimanfaatkan sebagai tempat parkir dan taman yang
ada dibiayai oleh PT. BTDC. Akhirnya tempat peribadatan tersebut diresmikan
secara resmi oleh Menteri Agama Tarmidzi
Taher pada tahun 1996. Dan pemberian nama “Puja Mandala” dimaksudkan sebagai tempat berdoa semua agama,
kecuali agama Kong Huchu.
Bila kita menelusuri setiap rumah ibadah yang ada, kita
bisa melihat nilai-nilai yang bisa diambil. Bangunan paling selatan adalah Masjid Agung Ibnu Batutah yang beratap
tumpang susun seperti layaknya bangunan masjid yang ada di Pulau Jawa. Dan ternyata bangunan
masjid tersebut merupakan sumbangan dari Yayasan Amal Bhakti Muslim Pancasila (yang
didirikan pada masa Orde Baru). Pemberian nama Ibnu Batutah mempunyai makna yang luar biasa. Ibnu Batutah adalah
pengembara Muslim dari negeri Maroko yang mempunyai catatan perjalanan dunia terlengkap dari abad
ke-14. Beliau telah melintasi perjalanan 120.000 km sepanjang dunia yang
mencakup 44 negara modern.
Di samping Masjid Ibnu Batutah
dibangun Gereja Katolik Bunda Maria
Segala Bangsa. Bangunan tersebut dengan menara tunggal, dinding depan gevel
mengikuti bentuk atap. Sedangkan bagian belakang bangunan mempunyai atap berbentuk
tumpang. Ini yang menunjukan betapa indahnya kerukunan umat beragama.
Perjalanan panjang kehidupan beragama di Indonesia antara Islam-Kristen
mengalami pasang surut. Tetapi, di Puja Mandala menunjukan bahwa Islam-Kristen
bisa hidup damai dan toleran secara berdampingan.
Di sebelah utaranya adalah bangunan Wihara Budda Guna.Bangunan tersebut mempunyai ornamen yang sangat cantik
berwarna putih dan keemasan. Bangunan tersebut benar-benar megah dan indah.
Apalagi, pengerjaan patung dan ornament yang ada benar-benar sangat halus dan seksama.
Di bangunan tersebut terdapat relief Buddha. Di lingkaran sekeliling relief
Buddha tersebut berjumlah 8 yang
melambangkan ajaran Buddha. Ajaran tersebut menunjukan bahwa agar terlepas dari
penderitaan maka manusia harus melalui Jalan
Utama Berunsur Delapan Sradha atau iman, yaitu 1) Percaya yang benar (Samma ditthi), 2) Maksud yang benar (Samma sankappa), 3) Kata-kata yang benar
(Samma vaca), 4) Perbuatan yang benar
(Samma kammanta), 5) Hidup yang benar
(Samma ajiva), 6) Usaha yang benar (Samma vayama), 7) Ingatan yang benar (Samma sati), dan 8) Semedi yang benar (Samma samadhi). Ada juga sepasang patung
ksatria, sepasang patung naga indah, dan patung gajah putih yang memberikan
nilai estetika yang tinggi.
Di sebelah bangunan wihara terdapat Gereja Kristen Protestan Bukit Doa yang mempunyai ornamen yang unik
dan mempunyai menara lonceng seperti Big Ben
di Inggris. Selanjutnya di ujung paling utara adalah bangunan Kori Agung Pura Jagat Natha. Bangunan tersebut
mempunyai sebuah tengara nama berhias ornamen Kala. Sedangkan, di pintu Kori
Agung juga terdapat Kala makara. Perlu diketahui bahwa Kala makara paling besar
dibuat dengan sepasang tangan berkuku panjang. Kala Makara inilah yang tidak
lazim dijumpai pada candi-candi di Palau Jawa.
Setelah menelusuri jejak-jejak kerukunan umat beragama
yang ada di Puja Mandala memberikan kebanggaan kepada kita bahwa kita patut
bersyukur rasa kebangsaan masih ada dan terjalin hingga kini. Karakter
toleransi dan gotong royong dalam membangun bangsa sesuai dengan amanat UUD
1945 dan dasar negara Pancasila tetap
terpelihara dengan baik. Dengan demikian, cita-cita penerus bangsa kita untuk
membina Bhinneka Tunggal Ika adalah sebuah keniscayaan yang tidak bisa
ditawar-tawar lagi. Semoga.
Kerukunan umat beragama (Nasyida Ria)
Referensi:
http://www.btdc.co.id/profil-bali/puja-mandala
www.kaskus.co.id
www.travelmatekamu.com
Tulisan
ini diikutsertakan dalam "Esai Blog Competition: Catatan Cerita
Kebangsaan" dari www.kebangsaan.org dengan tema Mensyukuri Kebangsaan
Tag: CATATAN KEBANGSAAN
1 comment for "Merenda Cinta Kebangsaan Melalui Kerukunan Umat Beragama dalam Satu Halaman"