SOS Children's Village Bali
SOS Children’s Village Bali, Saat Anak
Butuh Pengasuhan Orang Tua
Sesi foto
bersama anak-anak asuh di depan
kantor SOS Chlidren’s Bali
“Many
Children need many friends. It is easy to do good when many people help”
(Hermann
Gmeiner, Bapak SOS Children’s Village).
Sekapur Sirih
Beberapa
hari yang lalu saya dan blogger Bali mendapatkan undangan dari SOS Children’s
Village Bali untuk menelisik lebih jauh tentang keberadaannya. Kedatangan saya dan
blogger Bali disambut dengan rintik-rintik hujan. Sepertinya, ALLAH SWT Maha
Tahu bahwa saya habis kelelahan karena melakakukan perjalanan jauh dari
Denpasar ke alamat yang dituju, sehingga harus diberi rasa dingin agar badan
tidak terlalu mengeluarkan banyak keringat. Ya, SOS Children’s Village Bali
beralamat di Jl. Raya Gilimanuk – Megati KM.32 Banjar Bunut Puhun Desa Bantas,
Selemadeg Timur, Tabanan, Bali yang jaraknya kurang lebih 50 km dari tempat
tinggal saya di Kota Denpasar. Perjalanan yang lumayan jauh dengan melalui
banyak kelokan jalan.
Kedatangan
kami juga disambut hangat oleh oleh penguasa wilayah SOS, yaitu: Bapak Gregor Hadi Nitiharjo (Direktur
Nasional SOS Children’s Village Indonesia), Bapak Bagus Suweca (Direktur SOS Children’s Village Bali), Bapak Ko (Komang) Lopez (Marcomm SOS
Children’s Village Spanyol yang menghubungkan dengan SOS Children’s Village
Bali yang fasih berbahasa Indonesia), Mbak
Floriberta Apsari (Staff PR Communication SOS Children’s Village
Indonesia). Tidak ketinggalan juga Bapak
Putu (relawan yang sudah bekerja selama kurang lebih 20 tahun) memberikan
petunjuk pada saya tentang setiap jengkal
SOS Children’s Village Bali.
Ada
yang menarik dari kunjungan saya ke SOS Children’s Village Bali. Saya sempat
bercakap-cakap dengan salah satu anak asuh dari SOS Children’s Village Bali
yang masih kecil bernama Mario. Berikut percakapannya:
Saya : Siapa namamu de?
Si kecil : Mario ….
(jawabnya dengan lugu)
Saya: Kamu asalnya dari
mana?
Si kecil: dari Perean
(red: daerah yang berada di kawasan jalur
menuju kawasan
wisata Bedugul)
Saya: Ngapain kamu di
sini?
Si kecil : mau sekolah!
Saya
agak kaget dan tersenyum mendengar jawaban yang polos dari seorang anak kecil
Mario yang berumur sekitar 7 tahunan.
Mario, salah
satu anak asuh di SOS Children’s Village Bali
Mario
menjadi anak asuh di SOS Children’s Village Bali karena orang tuanya tidak
sanggup lagi untuk memberi hak asuh yang baik seperti layaknya anak-anak pada
umumnya. Ya, di kawasan SOS Children’s Village khususnya Bali, anak-anak akan
terbantu hak asuhnya karena tidak sempat mengenyam hak asuh atau tidak pernah
mendapatkan hak asuh dari orang tua kanungnya. Baik, untuk mendapatkan
informasi lebih dalam tentang tentang SOS
Children’s Village sebenarnya, mari kita lanjut ke paparan berikutnya.
****
SOS
Children’s Village dunia didirikan oleh Hermann Gmeiner di Austria. Yayasan
kemanusiaan yang didirikan tersebut terinspirasi karena banyaknya anak
terlantar yang ditinggalkan orang tuanya karena korban perang Dunia ke-2.
Hermann Gmeinerr merasa trenyuh atas keadaan yang dilihatnya tentang anak-anak
yang kehilangan hak asuh orang tuanya. Akhirnya, Beliau terinspirasi untuk
membuat yayasan yang menaungi tentang anak-anak yang kehilangan hak asuhnya.
Anak asuh pertamanya adalah Helmut Kutin yang sekarang menjadi Presiden
Kehormatan SOS Children’s Village dunia
dan menjadi menerus kepemimpinan Hermann Gmeinerr karena sudah meninggal dunia.
Ekspansi
SOS Children’s Village di Asia pertama kali dilakukan di negara Vietnam
tepatnya di Ho Chi Minh sekitar tahun 1960-an. Hal ini dilakukan karena di
negara tersebut telah terjadi peperangan yang membuat banyak anak kehilangan
hak asuh orang tuanya karena korban meninggal akibat peperangan. Perkembangan SOS
Children’s Village pun berkembang pesat, yang akhirnya bisa didirikan di negeri
kita Indonesia.
SOS Children’s Village Indonesia
Perlu
diketahui bahwaSOS Children’s Village Indonesia
merupakan organisasi nirlaba atau non-profit
yang memberikan pengasuhan alternatif bagi anak-anak yang
telah atau beresiko kehilangan pengasuhan orang tua. Berdiri pada tahun 1949, SOS
Children’s Village kini ada di 134 negara, termasuk Indonesia.
Ratusan SOS Children’s Village
yang ada di dunia
SOS Children’s
Village Indonesia mengasuh kurang lebih 1300 anak yang tersebar di 8 Desa Anak (Children’s Village)
dalam bentuk pengasuhan alternatif berbasis keluarga. Setiap Desa Anak terdiri dari 12-15
rumah keluarga, yang di dalamnya tinggal satu orang ibu asuh dengan 8-10 orang
anak dengan umur yang berjenjang. Jangan lupa, di Desa Anak juga terdapat tempat bermain,
sarana pendidikan dan pengasahan ketrampilan sebagai bekal anak dalam mencapai masa depannya.
SOS Children’s
Village Indonesia menerapkan pola pengasuhan berbasis keluarga dengan 4 prinsip pengasuhan, yaitu: 1) lngkungan kleuarga
yang asah, asih, asuh dan penuh perhatian; 2) penguatan jejaring dukungan social
untuk anak-anak dan keluarganya; 3)
kepentingan terbaik bagi anak-anak sebagai dasar dari seluruh keputusan dan kegiatan; 4)
keterlibatan anak secara penuh dalam menemukan solusi terhadap tantangan yang
mereka hadapi dalam kehidupannya.
Program yang
dikembangkan dalam lingkungan SOS Children’s Village Indonesia, adalah:
1.
Family
Based Care (FBC). Pengasuhan berbasis keluarga Jangka Panjang adalah sebuah bentuk pengasuhan alternatif untuk anak,
yang kurang lebih bentuknya sama dengan keluarga pada umumnya. Dalam hal ini,
termasuk juga bentuk lain pengasuhan, seperti keluarga asuh (foster care) yang dilakukan oleh SOS Children’s Village.
2.
Family
Strengthening Program (FSP). Program Penguatan Keluarga, di
mana sebagai tempat terbaik untuk tumbuh kembang seorang anak adalah di
dalam pengasuhan dan perlindungan keluarganya.
Supaya keluarga-keluarga mampu menyediakan lingkungan yang asih-asah-asuh,
stabil dan aman, SOS Children’s Village
memberikan pelayanan dasar langsung kepada anak dan juga meningkatkan kapasitas orang
tuanya.
Perkembangan SOS
Children’s Village Indonesia mengalami beberapa dekade. 4 dekade SOS Children’s Village Indonesia, yaitu:
1.
SOS
Children’s Village Lembang yang dibangun pada tahun 1972 yang
terdiri dari Rumah Keluarga Muslim, Kristen dan Katolik, perpustakaan,
ruang kegiatan dan lain-lain.
2.
Pada tahun
1981-1990, didirikan SOS Children’s Village Lembang yang
beralih fungsi menjadi Mother Training
Center, SOS Children’s Village
Jakarta dan Semarang.
3.
Pada tahun
1991-2000, didirikan SOS Children’s Village Bali dan Flores.
4.
Pada tahun
2001 hingga sekarang, didirikan SOS Children’s Village
Banda Aceh, Meulaboh dan Medan.
Banyak
manfaat sosial yang bisa diperoleh dari SOS Children’s Village Indonesia. Social Meanings
(Arti Sosial) dari SOS Children’s Village Indonesia adalah:
1.
Child
at Risk (Anak-anak yang bersiko)
karena kehilangan pengasuhan orang tuanya atau tidak pernah mengenal orang tuanya.
2.
Motherhood
(Ibu), di mana ibu asuh merupakan titik sentral dari system asuhan SOS Children’s
Village.
3.
Brothers and
Sisters (kakak-adik),
anak laki-laki dan perempuan dari berbagai tingkat usia hidup bersama-sama sebagai kakak-adik dari saudara sekandung
yang tinggal bersama keluarga SOS yang sama.
4.
Family
(keluarga), hidup dalam keluarga untuk mendukung mencapai potensi terbaiknya.
5.
Home
(Rumah), di mana rumah keluarga merupakan lingkungan pertama anak mendapatkan pengalaman
proses pendidikannya.
6.
Moments
of Happy Chilhood (Momen Kebahagiaan Masa Kecil),
menciptakan hidup anak-anak sebagaimana anak-anak pada umumnya merasa dicintai,
dilindungi dan nyaman untuk mampu menciptakan momen kebahagiaan masa kecil.
7.
Village
(Desa),
tinggal bersama dalam lingkungan desa yang
mendukung anak-anak menikmati kegembiraan masak kanak-kanak mereka.
8.
Chilhood
in Cultural Diversity (Masa kecil dalam keberagaman budaya),
memastikan setiap anak mengikuti ajaran agama dan adat istiadat mereka.
9.
Education
and Personal Growth (Pendidikan dan Pengembangan diri),
memberikan pengajaran kepada anak-anak untuk berkembang menjadi orang dewasa yang
memiliki kemampuan untuk bertanggungjawab terhadap diri mereka sendiri dan berkontribusi terhadap sekitar mereka.
SOS Children’s Village Bali
Saya
sempat bertanya panjang lebar tentang kondisi SOS Children’s Village Bali
kepada Bapak GregorHadi Nitihardjo
yang akrab dipanggil Pak Hadi mengenai pola pengasuhan dan kriteria apa saja
yang berhak di asuh dalam lingkungan SOS Children’s Village. Beliau memaparkan
bahwa anak-anak yang rentan terjadi kehilangan anak asuhnya akan menjadi hak
asuh SOS Children’s Village. Ada anak
yang kehilangan hak asuh karena salah satu dari orang tuanya meninggal,
perceraian orang tua atau kedua orang tuanya dengan sengaja menitipkan anaknya di
SOS Children’s Village karena ketidakmampuan orang tua untuk mengurus anaknya.
Bahkan
yang membuat saya trenyuh bahwa Pak Hadi memberikan paparan bahwa ada seorang
anak yang diasuh oleh SOS Children’s Village Indonesia karena melihat dengan
mata kepala sendiri ayah membunuh ibunya. Kondisi tersebut membuat goncangan si
anak dan mencegah anak mempunyai dendam kepada ayahnya, SOS Children’s Village memberikan hak asuh
yang luar biasa dan mengajarkan anak asuh untuk tidak dendam kepada siapapun,
meskipun terhadap orang tua yang telah menyakitinya. Akhirnya, beberpa minggu
kemudian si anak pun mau mengampuni kekejian ayah yang telah membunuh ibunya.
Karena dendam justru akan menimbulkan amarah selanjutnya.
Bukan
hanya kepada Pak Hadi, saya juga sempat berbincang-bincang dengan Mas Alfonso,
seorang bekas anak asuh SOS Children’s Village Flores yang kini sudah dewasa
dan bekerja di Dinas Sosial daerahnya dan menjadi relawan untuk memberikan
bantuan kepada SOS Children’s Village, termasuk Bali. Beliau menceritakan
betapa kehidupan bersama dengan adiknya yang benar-benar jauh dari kata layak.
Hidup dalam jurang kemiskinan.
Untungnya,
SOS Children’s Village memberikan hak asuh Alfonso dari kecil hingga dewasa dan
bisa mencapai cita-citanya menjadi pegawai negeri. Alfonso menyatakan,
“andaikata saya tidak ditolong sama SOS, entah hidup saya seperti apa …. Saya
bisa jadi seperti ini berkat SOS. Dan terpenting, saya pun bisa membantu adik
saya bersekolah. Saya terima kasih kepada SOS”.
Perlu
diketahui bahwa bantuan biaya sekolah yang ada di SOS Children’s Village Indonesia
diberikan kepada anak asuh sepenuhnya seperti anak sendiri hingga 2 tahun
menjejakkan bangku kuliah. Setelah itu, biaya pendidikan dikurangi 25 %.
Kondisi tersebut dimaksudkan agar anak asuh SOS Children’s Village Indonesiamulai
belajar mandiri mencapai cita-citanya dan tiddak menjadi ketergantungan
terhadap SOS Children’s Village Indonesia.
Selama
ini, SOS Children’s Village Indonesia
memang mendapatkan bantuan dana dari donatur-donatur yang ada di Eropa. Oleh
karena itu, SOS Children’s Village Indonesia menjelang tahun 2020 bertekad
untuk tidak tergantung kepada donatur Eropa lagi. Dengan demikian, SOS
Children’s Village Indonesia pun membutuhkan bantuan alias donatur-donatur baru
dari negeri kita sendiri, khususnya Bali. Saya pun melihat bahwa banyak
donatur-donatur lokal yang memberikan bantuan kepada SOS Children’s Village
Bali.
Saya di depankantor SOS
Children’s Village Bali
Selanjutnya, SOS
Children’s Village Bali merupakan salah satu dari delapan village yang berada di Indonesia yang diresmikan pada tahun 1991
oleh Menteri Sosial RI Haryati Soebadio pada tahun 1991. SOS Children’s Village Bali,
lebih dari 140 anak asuh dalam 12 rumah (wisma) keluarga. Mayoritas, anak-anaknya bergama
Hindu. Memang ada satu anak yang beragama Islam dan duduk di bangku SMP.
Saya menyempatkan diri masuk dan melihat-lihat seisi ruangan di
Wisma nomor satu. Suasananya benar-benar seperti sebuah rumah yang dihuni oleh 8-0
orang anak asuh dengan seorang ibu asuh. Tempat tidurnya pun
terpisah antara laki-laki dan perempuan yang dibuat bertingkat layaknya seperti di
sebuah asrama.
Perlu diketahui bahwa anak asuh
yang berasal dari keluarga yang berbeda dan umur yang
berbeda akan menjadi satu keluarga seperti saudara kandung. Saya memberikan gambaran bahwa anak-anak asuh
yang berbeda usia bertemu dalam satu rumah layaknya sebuah keluarga yang terpisah dan dipertemukan kembali.
Saya merasakan betul aura anak asuh yang umurnya lebih tua menganggap ke yang
lebih muda sebagai adik kandung, begitu sebaliknya. Apalagi, berkumpul selama puluhan tahun dalam satur umah dan seorang ibu asuh. Persis,
seperti seorang ibu mempunyai banyak anak. Hebat bukan?
Di
sinilah letaknya bahwa seorang perempuan yang berniat menjadi ibu asuh akan diseleksi secara ketat dan mendapatkan pelatihan secara berkala di SOS Children’s Village pusat, Lembang Bandung.
Perempuan yang mempunyai jiwa keibuan, penyabar, penyayang yang
akan lolos menjadi ibu asuh di SOS Children’s Village.
Mereka akan menjadi ibu asuh sekaligus layaknya ibu kandung yang mengurusi 8-10
anak asuh bagai anak kandung sendiri. Saya menyadari betul,
betapa mulianya ibu kandung di SOS Children’s Village.
Semua perkembangan anak asuh dari kecil,
bahkan ada yang sedari bayi akan diperlakukan seperti anak kandung sendiri. Ada
kejadian menarik di SOS Children’s Village Bali yang
menceritakan bahwa ada seorang anak asuh yang belum pulang hingga larut malam. Si
ibu asuh dibuat bingung dan mencari ke mana-mana hingga akhirnya ketemu juga. Ada
juga anak asuh yang melarikan diri karena situasi yang berbeda dengan keluarga aslinya dulu. Si
ibu asuh pun merayunya agar balik lagi ke wisma. Perjuangan yang tidak kalah dengan seorang ibu kandung secara biologis.
Dan masih banyak lagi kejadian menarik yang membuat saya mengerti bahwa SOS Children’s
Village tidak berbeda atau sama persis dengan sebuah keluarga pada umumnya.
Kedatangan Pesulap Jorge Blass
Memenuhi undangan di SOS
Children’s Village Bali bertepatan dengan adanya kedatangan Jorge Blass yang
datang langsung dari Spanyol. Sebagai informasi bahwa Jorge Blass adalah pesulap dunia asal Spanyol yang
akan unjuk kebolehan dalam “Little Magic To Big Dreams” di SOS Children’s Village
Bali.
Jorge Blass jatuh cinta pada dunia
magic/sulap sejak berusia balita, Jorge Blass yang lahir pada tanggal 2 Mei 1980
terus mengasah kemampuan untuk menjadi pesulap dunia. Tahun 1992, Jorge Blass yang
kala itu berusia 12 tahun memulai debut sulapnya dengan belajar pada Juan Tamariz Academy di Madrid
Spanyol. Terdaftar sebagai pesulap termuda pada komunitas pesulap Spanyol pada tahun
1993. Jorge Blass masuk dalam jajaran pesulap dunia melalui berbagai penghargaan, di
antaranya: Sarmoti Awards pada tahun 2000
dari Pangeran Reiner di Las Vegas.
Tahun 2003, Jorge
Blass menulis buku pertamanya “Magia Para No Dejar Sonar”
dan menandatangani kontrak dengan Disney
Channel sebagai pesulap pada acara Disney
Zona Taleu ntuk Spanyol dan Portugal. Bahkan, Jorge Blass
pernah bekerja sama dengan David Copperfield pada tahun
2015.
Jorge Blass
menjadi sahabat SOS Children’s Village Spanyol sejak tahun 2012. Jorge Blass
mengajak masyarakat dunia untuk peduli dengan membantu SOS Children’s Village. Jorge
Blass berkunjung ke Indonesia tanggal 12 Juli 2016 dan mengunjungi kota Yogyakarta
dan Pulau Bali. Jorge Blass menyempatkan diri untuk berbagi kebahagiaan dengan keahlian sulap di
depan anak-anak SOS Children’s Bali. Beliau sempat memamerkan keahlian sulapnya di
Wisma nomor Sembilan. Sulap koin klasiknya mampu memukau setiap hadirin yang
hadir. Terlebih, bagi anak-anak asuh yang ada.
Jorge Blass
menampilkan sulap koin di Wisma nomor
sembilan SOS
Children’s Bali
Setelah
berkunjung ke setiap wisma, saya dan blogger Bali lainnya menyempatkan diri
untuk melakukan wawancara secara santai dengan Jorge Blass yang didampingi oleh
Pak Hadi sebagai translator. Banyak hal yang dibicarakan dari sejarah Jorge
Blass menjadi pesulap dunia, hingga ke masalah kepedulian terhadap anak-anak
khususnya kecintaan kepada Indonesia. Hal itulah yang membuat Jorge Blass untuk
mengunjungi Yogyakarta dan mampir di SOS Children’s Village Bali untuk
memamerkan aksi sulapnya.
Wawancara santai
dengan Jorge Blass yang didampingi Pak Hadi
Setelah
saya dan Blogger Bali lainnya melakukan sholat maghrib, acara inti yaitu:
pertunjukan sulap Jorge Blass digelar di wantilan SOS Children’s Village Bali
yang berada di sisi utara. Saya sempat berbincang-bincang dengan Pak Bagus
Suweca tentang keberadaan SOS Children’s Village Bali. Sosok yang ramah dan
hangat menyambut saya dan blogger Bali lainnya.
Foto bareng Pak
Bagus Suweca
Acara
dimulai dengan terian Sekar Jagat
yang dilakukan oleh anak-anak asuhSOS Children’s Village Bali. Tarian yang
sangat sakral mampu menghipnotis penonton. Tarian yang diiringi dengan gamelan
khas Bali yang “becik “ (bagus). Tidak ketinggalan anak kecil yang bernama
“Riyani” yang masih berumur 3 tahun memberanikan diri untu tampil ke depan
menyanyikan sebuah lagu anak-anak. Gaya polosnya anak-anak membuat hadirin
semua tertawa. Berani juga tuh anak ya?
Pikir saya.
Pentas seni dan sulap Jorge Blass di wantilan SOS yang meriah
Selanjutnya,
acara inti adalah penampilan Jorge Blass yang menampilkan berbagai trik
sulapnya, dari sulap kartu hingga sulap gelang-gelang besi yang membuat saya
terkagum-kagum. Saya sendiri sampai memelototi aksinya di depan dia. Penasaran
juga, belum ketemu trik sulapnya. Dasar pesulap! Saya pun manggut-manggut,
betapa hebatnya gerakan cepat tangannya. Maklum, pesulap ini sudah masuk dalam
jajaran pesulap dunia yang pernah bekerja ssama dengan David Copperfield. Untuk melihat aksi sulap Jorge Blass bisa
dilihat di video berikut:
Penampilan
sulap Jorge Blass pun tidak ketinggalan ditemani anak kecilnya yang bernama Maximo. Anak yang lincah tersebut
seakan-akan menjadi asisten Jorge Blass, sekaligus menunjukan betapa pedulinya
Jorge Blass terhadap anak-anak. Bahkan, Maximo sempat membagikan satu persatu
perangkat sulap kepada ibu-ibu asuh asuh SOS Children’s Village Bali yang tampil di atas panggung.
Salah satu aksi Jorge Blass yang ditemani
oleh anaknya, Maximo
Akhirnya,
acara yang meriah tersebut diakhiri dengan berbagai bantuan yang diberikan oleh
beberapa donatur lokal dan sesi foto bersama. Pesan MC pada acara tersebut
adalah perlunya masyarakat luas untuk mengenal SOS Children’s Village khususnya
Bali. Bahkan, jika dimungkinkan bisa menjadi donatur apa saja di SOS Children’s
Village Bali Bali baik berupa keahlian
mengajar, barang, uang atau lainnya. Minimal, menyebarkan kondisi SOS
Children’s Village Bali ke masyarakat. Ada pesan baik yang terbawa bersama saya
sebelum meninggalkan SOS Children’s Village Bali, “berikan hak asuh sebaik
mungkin kepada anak kita untuk mencapai masa depannya”.
Selamat
berkarya buat keluarga SOS Children’s Village Bali. Saya dan Blogger Bali
lainnya akan mengabarkan pesan kepada dunia bahwa ada nilai-nilai positif yang
luar biasa dalam SOS Children’s Village khususnya Bali diperlu diketahui lebih
dalam, meskipun hanya lewat tulisan. Matur
suksema.
Catatan: Semua ilustrasi dan video merupakan dokumen pribadi
1 comment for "SOS Children's Village Bali"