Secangkir Kopi Kapal Api dan Cerita Indah Indonesia
Secangkir Kopi Kapal Api dan Semangat untuk
Indonesia
(Sumber: dokumen pribadi)
Gugusan pulau-pulau
Indonesia yang terbentang dari Sabang sampai Merauke memberikan pesona alam
yang luar biasa. Keindahan lansekap Indonesia yang mempesona bagai zamrud
khatulistiwa. Kandungan sumber daya alam juga memberikan kemakmuran bagi
masyarakat. Tidak salah jika penyanyi legendaris Koes Plus memberikan kesan
Indonesia “Tanam kayu dan batu jadi tanaman” dalam lagunya.
Tak terkecuali
berbagai jenis kopi khas Indonesia dari Kopi Gayo Aceh hingga kopi Papua.
Setiap kopi memberikan ciri dan aromanya masing-masing. Dan, kopi yang dikemas
dalam bungkus yang beranekaragam beredar di Indonesia. Salah satu kopi
kebanggaan Indonesia yang beredar adalah Kopi Kapal Api. Kopi Kapal
Api memberikan aroma yang khas karena dibuat dari biji kopi pilihan yang
menghasilkan kopi yang harum dan enak. Itulah
sebabnya Kopi Kapal Api memberikan
kepuasan karena rasa kopinya Jelas Lebih Enak.
Minum secangkir
kopi sembari menikmati keindahan alam adalah pengalaman yang tak terlupakan. Kopi Kapal Api yang dipetik
dari biji kopi pilihan alam Indonesia selalu menyisakan cerita indah betapa
kaya dan suburnya tanah air Indonesia. Saat anda melihat perkebunan kopi di
dataran tinggi dan diselimuti dengan udara yang sejuk menimbulkan kebanggaan kopi
dan keindahan alam Indonesia tak terpisahkan.
Indahnya
Indonesia
Dua minggu yang
lalu, menikmati secangkir kopi memberikan inspirasi untuk mengabadikan
keindahan alam Indonesia dalam jepretan lensa dan tulisan. Saya melakukan
perjalanan darat dari Ngawi Jawa Timur menuju Denpasar Bali yang jaraknya
kurang lebih 700 km. Sambil menyelam
minum air, kata pepatah. Melakukan perjalanan darat yang melelahkan diisi
dengan menikmati keindahan alam pulau Jawa dan Bali pada tempat-tempat tertentu.
Sehabis
sholat ashar, saya menyempatkan diri menikmati secangkir Kopi Kapal Api untuk memberikan efek kenyang karena kandungan sedikit gula yang ditambahkan
pada kopi tersebut. Bukan hanya itu, efek minum kopi menurut sugesti orang
mampu mencegah rasa kantuk. Karena perjalanan dari Ngawi hingga Probolinggo
Jawa Timur menghabiskan waktu di malam hari maka tidak ada spot keindahan alam yang bisa diabadikan. Waktu sore hari hingga menjelang pagi diisi
dengan konsentrasi mengendarai sepeda motor. Dan, perjalanan berhenti atau
istirahat setiap rasa kantuk menyerang dan waktu sholat wajib tiba.
Saat
surya mulai bangkit dari peraduannya, perjalanan terhenti karena keindahan
Pantai Blitok di Kabupaten Situbondo. Pantai yang berdekatan dengan jalan raya
memberikan sensasinya saat pantulan sinar mentari menghiasi air laut. Pantulan itu
mengenai perahu cadik nelayan yang terparkir di pinggir pantai. Hiasan gugusan bukit
yang berada di sebelah jalan raya terpantul indah di air laut yang bening.
Pantai Blitok Situbondo Jawa
Timur (Sumber: dokumen pribadi)
Tidak jauh dari
saya berdiri, muncul pelan-pelan perahu nelayan siap melepaskan sauh. Kurang
lebih 20 awak perahu siap-siap menurunkan hasil tangkapan dan pulang ke rumah
masing-masing. Tentunya, sang istri dan anak tercinta sedang menunggunya di
rumah dan bangga atas rejeki ikan tangkapannya. Menarik, sebelum buru-buru
pulang ke rumahnya, mereka menyempatkan diri menikmati secangkir kopi Kapal Api
sembari meluapkan kepenatan dan gelak tawa di antara cangkir-cangkir yang
beradu dengan mulut dan kepulan asap rokok.
Nelayan di Pantai Blitok
Situbondo Jawa Timur (Sumber: dokumen pribadi)
Saya kagum kerja
keras mereka. Saya mencoba menyapanya. “Hasil
tangkapannya lumayan banyak pak” tanya saya untuk menghilangkan rasa lelah
pada raut wajahnya. “Iya mas, lumayan
buat lauk di rumah” jawabnya sambil menunjukan ikan tangkapan. Saya memahami
betapa gembira bercampur lelah pada wajah mereka. Teringat, saat saya menjadi nelayan
di Teluk Banten Jawa Barat hingga Pantai Lampung. Ketika jaring panjang mulai diturunkan
(setting) dan perahu bergerak
membentuk huruf U maka tidak lama akan mendulang tangkapan ikan.
Di tengah-tengah jaring
berbentuk U, harus ada orang yang nyebur ke laut. Dia bergerak seperti bebek
dan tangannya lincah menepuk-nepuk air laut agar ikan Tuna bergerak ke jaring. Lantas, pekerjaan semakin berat saat hauling (menarik jaring tangkapan)
dengan tangan-tangan terampil awak kapal yang membutuhkan tenaga prima.
Sesekali, mereka harus menangkap ikan yang hendak meloloskan diri. Inilah pengalaman
indah menikmati hasil alam Indonesia.
Perjalanan
darat menuju Bali berlanjut kembali. Selama perjalanan tiada hentinya menikmati
alam sekitar. Tidak sampai satu jam perjalanan, saya memutuskan untuk berhenti
kembali karena keindahan bukit atau pegunungan di kawasan Melanding Situbondo untuk
diabadikan dalam jepretan lensa. Para petani mulai bergerak lincah ke
sawah-sawah garapannya. Jalan kecil yang
ditumbuhi rerumputan di bagian pinggir dan sedikit berbelok menjadi spot untuk diabadikan. Berlatar belakang
gugusan bukit atau pegunungan indah dan sawah-sawah yang ditanami tumbuhan
bawang merah menjadi kenangan indah bahwa “saya
pernah mengabadikan indahnya Indonesia di sini!”.
Keindahan alam di Melanding
Situbondo Jawa Timur
(Sumber: dokumen pribadi)
Sebenarnya, saya
mau istirahat sejam untuk menikmati hembusan angin pegunungan di bawah pohon
kersen yang berada di pinggir jalan desa. Sesekali menikmati buah kersen yang
mulai memerah dan manis penambah gizi. Saya juga berusaha menikmati adukan kopi
di warung yang tidak jauh dari saya berdiri. Tapi, hati saya mengatakan, “buruan bro, mumpung masih pagi agar sampai
di Ketapang Banyuwangi sebelum waktu Dhuhur”. Akhirnya, waktu menikmati
adukan kopi Kapal Api terpaksa ditunda dahulu.
Kurang lebih 2,5 jam,
saya sampai di perbatasan Situbondo-Banyuwangi setelah melewati Taman Nasional
Baluran yang berjuluk “African of Java”. Lintasan sepanjang 22 km dipenuhi
pohon jati di kanan dan kiri jalan. Deretan pohon jati yang berbaris rapi itu tidak terkesan
horor saat saya melewatinya di malam hari yang gelap tanpa Lampu Penerangan
Jalan (LPJ). Keluar dari hutan nasional tersebut, tunggangan bergerak lincah
menembus pekatnya debu jalanan. Tidak terasa, pandangan mata tertuju pada papan
nama di sebelah kiri “Rumah Apung Bangsring dan Pantai Mutiara Pulau Tabuhan”.
Dan, sepeda motor bergerak ke kiri menembus jalanan selebar 2 meter yang masih
dihuni dengan aspal yang mengelupas disertai bebatuan. Kurang lebih 1,5 km, pemandangan
pantai yang indah menghipnotis saya. Pemandangan Rumah apung di tengah laut
menjadi wisata menarik. Saya ingin rasanya terbang dan singgah di pulau Tabuhan
yang eksotis di tengah Selat Bali. Tetapi, panasnya mentari memberi tanda bahwa
saya harus buru-buru ke Pelabuhan Ketapang.
Rumah Apung Bangsring Banyuwangi
Jawa Timur
(Sumber: dokumen pribadi)
Sebelum antri memasuki
kapal penyeberangan, saya menyempatkan diri untuk menikmati secangkir Kopi Kapal Api di
warung yang berada tidqk jauh dari pelabuhan tersebut. Rasa kembung dan gerah selama perjalanan sepertinya
menghinggapi tubuh. Tetapi, efek hangatnya Kopi Kapal Api membuat badan menjadi
berkeringat. Lantas, rasa “sendawa” muncul secara tiba-tiba. Gorengan tempe
yang ada menjadi pengganjal perut untuk menemani secangkir kopi yang mulai
habis.
Kini, badan mulai
segar kembali dan perjalanan pun dilanjutkan. Untung, antrian kendaraan tidak
begitu padat. Jadi, setelah tiket penyeberangan di tangan, langsung meluncur ke
dalam geladak kapal. Birunya air laut karena pantulan langit dan jembatan
penyebarangan masuk kapal penyeberangan menjadi pemandangan indah dalam jepretan
kamera. Berbagai nama kapal feri berlabuh, pindah haluan, dan bergerak pelan
untuk membawa penumpang menuju Pelabuhan Gilimanuk Bali. Dan, kapal feri yang
saya tumpangi pelan tapi pasti mulai menembus ombak Selat Bali.
Pelabuhan Ketapang Banyuwangi
Jawa Timur (Sumber: dokumen pribadi)
Pesona
Bali
Perjalanan di pulau
Bali selalu memberikan cerita indah. Keindahan alam, panjangnya pantai dan indahnya
sawah yang mulai dipenuhi padi berwarna keemasan selalu menarik untuk
diabdaikan. Tetapi, perjalanan benar-benar berhenti saat mendekati perbatasan
Kota Negara Kabupaten Jembrana bagian timur. Saya terpesona dengan pura besar dekat kantor
dinas Bupati Jembrana berpagar indah dengan hiasan patung 5 wanita cantik
penari Bali yang gemulai seakan-akan ingin menyambut kedatangan saya. Objek
yang indah pun masuk dalam jepretan lensa kamera.
Patung wanita penari Bali (Sumber:
dokumen pribadi)
Panas matahari
mulai menyengat dan membakar tubuh. Saya bergerak cepat menuju Denpasar. Jalan berkelok-kelok,
naik dan turun serta harus beradu dengan para monster jalanan, truk besar atau
tronton membuat saya harus mengambil langkah hati-hati. Tidak sampai satu
setengah jam, perjalanan berhenti
kembali karena pemandangan indah Pantai Yeh Leh dipenuhi bebatuan besar dan kecil.
Pantai ini berlokasi di perbatasan Kabupaten
Jembrana dan kabupaten Tabanan. Riak gelombang bergerak konstan menerjang bebatuan.
Sesekali air laut pun muncrat ke atas setelah beradu dengan bebatuan.
Pantai Yeh Leh yang diselimuti
bebatuan (Sumber: dokumen pribadi)
Selanjutnya, saya
memutuskan melanjutkan perjalanan kembali hingga Denpasar. Kurang lebih pukul 16.30
WITA tiba di tempat tinggal untuk mencari sesuap rejeki di pulau Dewata. Rasa
capai dan pegal tubuh perlahan hilang setelah mandi sore hari. Tidak lupa,
secangkir kopi Kopi Kapal Api hangat menemani
saya. Semangat untuk mencintai keindahan Indonesia yang dieja dalam baris-baris
kata yang bermakna.
Menikmati Kopi Kapal Api
setelah melakukan perjalanan jauh
(Sumber: dokumen pribadi)
Secangkir Kopi Kapal
Api memberikan inspirasi untuk mengisahkan perjalanan indah pulau Jawa dan
Bali. Ketukan tuts dalam piranti yang
dilipat mulai bekerja yang ditandai gerakan layar monitor dengan susunan bait-bait
kata yang dirangkai menjadi cerita indah Indonesia. Dan, sruputan Kopi Kapal
Api setia menemani hingga cerita indah siap dibagikan dalam blog pribadi. Membuat
cerita indah dalam goresan pena digital makin asik ditemani aroma khas kopi dari
biji pilihan yang memberikan rasa Jelas Lebih Enak.
Karena Kopi Kapal Api, cerita indah Indonesia layak untuk disajikan agar
Semangat untuk Indonesia tidak hilang meski ditelan waktu.
Setiap kata dirangkai indah
untuk menjadi cerita indah Indonesia
dan Kopi Kapal Api memberikan
Semangat untuk Indonesia
(Sumber: dokumen pribadi)
8 comments for "Secangkir Kopi Kapal Api dan Cerita Indah Indonesia "
--bukanbocahbiasa(dot)com--