Cerita Asyik di Kapal Ferry, Antara Jaket Pelampung, Musik Osing dan Selat Bali
Kapal Ferry di
jalur penyberangan Selat Bali
(Sumber: dokumen pribadi)
(Sumber: dokumen pribadi)
Pulau
Bali selalu menawan bagi siapa saja baik wisatawan lokal maupun mancanegara.
Tetapi, saya bukanlah menjadi seorang wisatawan tetapi berusaha mengadu nasib
di Pulau Dewata tersebut. Oleh sebab itu, sudah puluhan kali saya menyeberangi
Selat Bali, Pergi-Pulang (PP). Tentu,
untuk memasuki pulau Bali, saya selalu menggunakan jasa ASDP Indonesia Ferry, jasa
penyeberangan Ketapang-Gilimanuk yang melintasi Selat Bali. Dan, Kapal Ferry menjadi armada kebanggaan
dan langganan perjalanan untuk menyeberangi Selat Bali selama kurang lebih 1
jam.
Pulau Bali masih menjadi destinasi
utama bagi para pelajar, perusahaan dan lain-lain yang ingin melakukan
ekplorasi Daerah Tujuan Wisata (DTW). Saat liburan, maka kuantitas penumpang Kapal Ferry benar-benar membludak.
Jalur penyeberangan Ketapang - Banyuwangi sangat ramai. Antrian kendaraan yang
hendak melewati jembatan penghubung daratan dan dek kapal perlu disiasati
dengan kesabaran baik di jalur roda 4 (kendaraan pribadi, bus dan truk) maupun
jalur roda 2 (sepeda motor). Saat anda melakukan penyeberangan di siang hari
dan tidak musim liburan maka pemandangan di sekitar pelabuhan bisa menjadi
pemandangan yang menyejukkan. Rangkaian panjang jembatan penghubung tempat
antrian menuju dek kapal terlihat indah bagai tautan tali-temali. Pesona biru
laut dan biru langit beradu menjadi kombinasi warna yang saling melengkapi satu dengan
lainnya.
Pemandangan
indah jembatan penghubung daratan
dan dek kapal ferry (Sumber: dokumen pribadi)
Memperhatikan
Keselamatan
Hal
yang paling krusial di dalam dek kapal ferry adalah saat penumpang dan muatan
kendaraan membludak. Peluit para juru parkir (jukir) melengking saling
bersahutan untuk mengatur kendaraan agar terparkir secara sempurna. Kata-kata indah
juru parkir seperti : terus, mundur, banting
kanan, banting kiri, rapat dikit, hup dan lain-lain menjadi kosakata yang benar-benar
familiar.
Ketika
dek kapal telah dipenuhi dengan berbagai jenis kendaraan, maka anda akan
melakukan akrobatik badan yang meliuk-liuk menghindari kendaraan yang terparkir
agar sampai ke tangga kabin penumpang. Sesekali, anda pernah merasa gemuk saat gagal
melewati lorong di antara 2 kendaraan karena anda terlalu percaya diri untuk
melewatinya. Serta, anda perlu melakukan lompatan di antara deretan sepeda motor yang
terparkir tetapi anda terjatuh karena anda tidak mampu melewatinya. Anda tidak
menyadari bahwa dek kapal bagai kawasan olahraga yang membentuk badan anda
menjadi lebih lincah. Setelah itu, tawaran dari para penjual nasi bungkus, air
mineral, kaca mata, telur puyuh atau kopi panas kadangkala menggoda untuk
membelinya, bukan?.
Tetapi,
kondisi dek kapal akan berubah saat penumpang atau muatan agak sepi seperti
yang saya alami satu hari menjelang Hari Raya Nyepi. Fenomena para juru parkir
yang berteriak kencang seantero dek kapal plus peluit yang saling bersahutan menjadi
berkurang. Padahal, kerja ekstra para juru parkir dan gerakan lincah penjual selalu
membuat saya kangen. Para penjual nasi bungkus, kopi dan lain-lain tidak
seramai saat penumpang dan muatan membludak. Denyut nadi di Kapal Ferry benar-benar
membuat anda seperti memasuki kawasan yang unik. Kawasan di mana para pencari
rejeki dan petualang jalanan bertemu.
Kondisi dek
kapal saat menjelang Hari Raya Nyepi
(Sumber:
dokumen pribadi)
Yang
menarik bagi saya ketika menumpang di Kapal Ferry adalah meyakinkan diri untuk duduk
dekat dengan tempat penyimpanan Jaket Pelampung (Life
Jacket) atau setidaknya benar-benar tahu tempat penyimpanan alat
keselamatan tersebut. Jadi, jika terjadi
hal-hal yang tidak diinginkan seperti kapal tenggelam atau tabrakan maka saya
sudah mengantisipasinya terlebih dahulu. Apalagi, saat gelombang di selat Bali yang tidak
bersahabat maka Jaket Pelampung adalah hal pertama yang saya perhatikan.
Life Jacket
(jaket pelampung) (Sumber: dokumen pribadi)
Tidak
Bisa Tidur karena Musik Osing
Percaya
atau tidak, yang membuat suasana kabin penumpang kapal ferry menjadi lebih
semarak adalah kehadiran tayangan musik video yang disetel melalui DVD atau Flash Disk hingga suaranya nyasar ke dek
kapal. Jenis musik yang menguasai
kawasan kabin penumpang adalah Lagu khas Banyuwangi (Osing), dangdut koplo dan band
musik nasional yang lagi ngetren. Tetapi, dari sederatan jenis musik tersebut
maka lagu khas Banyuwangi sangat mendominasi.
Artis-artis
tenar nan cantik khas Banyuwangi seperti Yeny
Farida, Dian Ratih, Niken Arisandi, Adistya Mayasari dan Ratna Antika
selalu menghiasi layar televisi yang terpasang di kabin penumpang. Sedangkan, artis pria seperti Catur Arum, Demy
dan Wandra kerapkali nongol di layar televisi untuk menghibur para penumpang kapal ferry. Bahasa
Banyuwangi (baca: Osing) yang unik dan mendayu-dayu sering membuat para
penumpang enggan beranjak dari tempat duduk.
Saya sampai tidak bisa tidur ketika musik khas Banyuwangi asyik menyapa para
penumpang. Suara Yeny Farida atau Ratna Antika sering membius mata untuk menontonnya.
Dan, acara tidur selama 1 jam perjalanan menyeberangi Selat Bali pun terpaksa
dibatalkan setelah melakukan perjalanan jauh. Kondisi tersebut juga menjadi strategi yang baik
agar para penumpang tidak kelayapan dan
mau melihat barang atau oleh-oleh yang dijajakan pengurus kapal ferry di bagian
depan kabin penumpang.
Naik kapal ferry di jalur
penyeberangan Ketapang – Gilimanuk tanpa lengkingan musik khas Banyuwangi
ibarat anda pacaran tetapi tidak jadi menikah, terasa hambar. Anehnya, musik
khas Banyuwangi tersebut adalah lagu-lagu yang sering terdengar di Kota
Denpasar. Maklum, masyarakat Banyuwangi merupakan perantau terbanyak di Pulau
Bali karena jaraknya yang berdekatan (hanya terpisah Selat Bali).
Penumpang
Kapal Ferry di kabin penumpang menikmati
lagu khas Banyuwangi (Sumber: dokumen pribadi)
lagu khas Banyuwangi (Sumber: dokumen pribadi)
Hal
Asyik di Selat Bali
Banyak
hal asyik yang dialami saat saya menyeberangi Selat Bali dengan kapal ferry. Perjalanan
kurang lebih satu jam sepertinya terlalu cepat berlalu. Bukan itu saja, kapal bergerak melewati jalur lintasan yang membentuk seperti lengkungan. Anda bisa memperhatikan dengan seksama jalur yang ditempuh kapal
ferry di Selat Bali. Mayoritas akan melakukan pergerakan kapal sedikit ke arah
utara terlebih dahulu. Saya pun tidak tahu persis alasannya. Tetapi, menurut
banyak orang bahwa jika kapal ferry melakukan gerakan seperti garis lurus maka
akan melewati pusaran ombak yang kuat dan membahayakan. Tentu, kondisi tersebut
diserahkan saja pada navigator atau nahkoda kapal yang lebih memahami masalah
olah gerak kapal demi keselamatan bersama.
Fasilitas
yang dimiliki oleh kapal ferry juga lengkap dari café kapal, toilet, tempat
sholat, ruang santai di kabin penumpang, dan berbagai jenis barang dagangan
sebagai oleh-oleh perjalanan yang dijajakan oleh petugas kapal ferry. Anda juga
bisa menikmati tawaran tukang pijat yang mampu menghilangkan rasa lelah anda. Biasanya tukang pijat mematok harga Rp. 10 ribu untuk waktu pemijatan kurang lebih setengah jam.
Lagi, jika sedang beruntung maka anda akan melihat penjual sambil berdiri dengan gaya bicara atau logat khas Jawa
Timuran yang menawarkan barang dagangan dengan nada bicara yang menarik dan mengocok
perut. Siap-siap anda tertawa terbahak-bahak dan rela menyisihkan uangnya untuk
membeli barang dagangan yang dijajakan. Saya kangen saat penjual barang
dagangan berupa mainan anak-anak yang lucu merayu para penumpang dengan kalimat Jawa Timuran, seperti : “we e we e we e, anak'e seneng,
mbok'e yo seneng lan bapak'e yo seneb”, (we e we e we e, anaknya senang, ibunya senang dan bapaknya perutnya mulas) dan penumpang pun tertawa ngakak.
Indahnya Gunung Ijen
Jika
anda melakukan penyeberangan, keindahan Gunung Ijen di Banyuwangi akan terlihat
indah. Apalagi, ketika cuaca sedang bersahabat maka lekukan gunung dan kumpulan
kabut terlihat benar-benar instagrammable. Perpaduan lansekap lautan, daratan dan
gunung menjadi fenomena menarik jika dilihat dari kapal ferry. Untuk
mendapatkan gambar mengasyikan, maka anda bisa mengambil jepretan kamera di
lantai atas kapal (dekat dengan ruang kemudi). Biasanya, di sekitar ruang
kemudi tersebut telah dilengkapi beberapa kursi yang dibatasi pagar baja demi
keamanan. Dari kawasan ini, anda bisa leluasa memotret Gunung Ijen.
Indahnya Gunung Ijen dilihat dari Selat Bali
(Sumber: dokumen pribadi)
(Sumber: dokumen pribadi)
Pesona Lalu Lintas Penyeberangan
Lalu
lintas penyeberangan di selat Bali juga bisa menjadi hal yang mengasyikan. Ketika,
2 kapal ferry atau lebih baik dari arah yang bersamaan maupun berlawanan melaju
hampir berdekatan maka gerakan kapal-kapal tersebut sepertinya hendak
bertabrakan. Kenyataannya tidak, navigasi kapal telah memperhitungkan kecepatan
kapal dan jarak yang harus diatur dengan kapal ferry lainnya. Oleh sebab itu,
kapal ferry yang sedang bergerak di lautan akan bergerak dinamis sesuai dengan
jalur lintas yang telah ditentukan.
Lagi, saya
paling senang jika beberapa kapal ferry bergerak dari arah bersamaan maka
telihat benar-benar berdekatan. Padahal, kenyataannya jarak tersebut berjauhan.
Olah gerak kapal pun tanpa disadari penumpang selalu mengalami perubahan. Contoh, saat anda melihat ke luar dari kabin penumpang yang terlihat gunung, maka beberapa menit kemudian berganti menjadi pepohonan lainnya. Karena, olah
gerak kapal juga dipengaruhi oleh gerakan arah angin atau gerakan ombak. Dan, yang
menyenangkan lagi adalah gerakan kapal ferry yang berlawanan dengan gerak kapal
nelayan (cadik atau jukung). Memotret perahu nelayan dengan kapal ferry menjadi
objek yang menarik.
Kondisi lalu
lintas penyeberagan di Selat Bali (Sumber: dokumen pribadi)
Pesona Sunrise
(Matahari Terbit)
Sunset (matahari
terbenam) dan Sunrise (matahari
terbit) menjadi peristiwa menarik dan istimewa ketika berada di Bali. Banyak wisatawan
baik lokal maupun mancanegara berburu peristiwa tersebut di beberapa pantai di Pulau
Seribu Pura. Sama halnya dengan menumpang kapal ferry yang memberikan pengalaman
asik. Jika anda menyeberang baik dari Ketapang maupn Gilimanuk menelang pagi
maka pemandangan sunrise (matahari
terbit menjadi fenomena menarik yang wajib diabdaikan).
Matahari
terbit yang muncul dari balik Pulau Bali dan cahayanya mulai memantul di perairan
Selat Bali menjadi indah untuk dinikmati. Layaknya anda berada di pantai maka
kapal ferry menjadi tempat yang nyaman untuk menikmati lembutnya sengatan sinar
matahari pagi. Dari balik pagar pembatas kabin penumpang maka pandangan anda
dengan leluasa menikmati semilirnya angin laut dan sinar matahari yang beranjak
meninggi. Sembari anda memesan kopi hangat atau mie rebus yang dijajakan oleh
petugas kapal ferry. Tidak berbeda ketika anda berada di pantai Matahari terbit
Sanur Bali, bukan?
Menikmati sunrise dari selat Bali (Sumber: dokumen
pribadi)
Jadi,
banyak hal asyik saat saya naik Kapal Ferry. Kepedulian keselamatan selama
penyeberangan, musik khas Banyuwangi yang membuat saya tidak bisa tidur serta
fenomena Selat Bali yang menawan selalu membuat kangen untuk menikmatinya
kembali. Tidak ada armada atau angkutan lain yang menjadi kebanggan saat
melakukan perjalanan melalui jalur darat dari Pulau Jawa ke Pulau Bali dan sebaliknya. Karena, kapal Ferry yang dioperasikan oleh ASDP Indonesia Ferry menjadi
jembatan penghubung antar pulau di negeri ini (The Bridge our nation).
Post a Comment for "Cerita Asyik di Kapal Ferry, Antara Jaket Pelampung, Musik Osing dan Selat Bali "