Meraih Cerita Indah Peradaban Islam di Andalusia for Adinda Azzahra Tour
Abdurrahman Ad-Dakhil berjuluk Rajawali dari Quraisy, memerintah
Andalusia selama 32 tahun dan meninggal pada 172 H dalam usia 61 tahun (Sumber:
Republika.co.id)
Sepakbola merupakan
olahraga yang digemari hampir seluruh penghuni bumi. Betapa hebatnya sI kulit
bundar menjadi rebutan 20 orang dalam sebuah kawasan persegi panjang. Sebuah kawassan
yang mampu mengaduk-aduk dan menguras emosi milyaran pasang mata masyarakat
dunia saat Piala Dunia. Dan, dari sinilah lahir para pemain-pemain sepakbola kelas dunia yang siap dikontrak hingga
triliunan rupiah per musimnya. Bukan itu
saja, distribusi uang yang fantastis akan mengalir deras ke para pemain klub
sepakbola kelas dunia.
Dari sekian banyak
liga sepakbola dunia, saya selalu terkesima dengan para pemain yang merumput di
Liga Spanyol. Saya ngefans berat sama
klub Barcelona. Tetapi, saya selalu dibuat melongo ketika menyaksikan tim lawan jagoan saya beradu bola. Tak bisa
dipungkiri lagi, para pemain kelas dunia banyak merumput di klub-klub papan
atas seperti Barcelona, Real Madrid, Atletico Madrid, Valencia, Sevilla,
Granada, Malaga, Cordova dan lain-lain.
Mengapa saya begitu
kagum pada klub-klub sepakbola Liga Spanyol, khususnya Barcelona? Yang jelas,
bukan karena para pemain yang ganteng-ganteng. Tetapi, ada hal lain yang lebih
spesifik. Ya, sejarah Andalusia!
Saya selalu membayangkan jika para pemain tersebut adalah para pemain kelas dunia yang terlahir
dari kawasan yang “dulu” melahirkan peradaban Islam termasyhur di benua Eropa. Andalusia
memberikan pemahaman bahwa Islam pernah menguasai sebuah wilayah di benua Eropa
selama kurang lebih 8 abad lamanya. Sebuah rentang waktu lama yang banyak
meninggalkan kenangan mendalam tentang peradaban Islam.
Peradaban Islam
yang melegenda itulah yang menyebabkan banyak traveler mencoba untuk menelusuri jejak peradaban Islam tempo dulu.
Bukan itu saja, dengan menggeliatnya wisata halal maka banyak Tour & Travel
yang menawarkan paket perjalanan menarik dan relegius untuk meraih cerita indah
tentang peradaban Islam di Andalusia. Salah satu perusahaan Tour & Travel
yang siap mendampingi para wisatawan untuk bernostalgia menikmati jejak
peradaban Andalusia adalah Adinda Azzahra Tour.
Cerita
Indah Kejayaan Islam
Sejak SD, saya
selalu merinding setiap diceritakan oleh Guru, Kyai atau Ustad tentang betapa
hebatnya peradaban Islam tempo dulu di Andalusia yang menguasai wilayah Spanyol
dan sebagian Portugal.
“Nak, anda tahu nggak dulu di
Eropa dikuasai peradaban Islam” kata sang Guru.
“Kapan pak?”
Tanya sang murid penasaran.
“Dulu, nak!”
jawab sang Guru.
“Kapan pak?”
tanya sang murid lagi.
“Duluuu banget nakkkk!”
jawab sang Guru meyakinkan.
Sayang, generasi milenial
belum menyadari bahwa betapa hebatnya di balik sejarah perjalanan panjang Andalusia.
Di mana, wilayah yang mayoritas penduduknya beragama non Muslim justru
merupakan kawasan yang mengalami pesatnya peradaban Islam. Mengagumkan, Andalusia
telah menyuguhkan “kenangan indah” peradaban Islam yang tetap diingat
masyarakat Muslim dunia. Andalusia merupakan negeri yang indah dan eksotis,
tunduk dalam pemerintahan Islam sejak tahun 92 H/711 M hingga tahun 797 H/1492
M. Bukan itu saja, kekhilafahan Islam dan dinasti-dinasti kaum muslimin,
berhasil mengubah wilayah di daratan Eropa itu menjadi simbol kegemilangan
peradaban dan kekuatan kaum muslimin.
Menurut sejarah,
Agama Islam masuk ke Spanyol pada tahun 711 M melalui jalur Afrika Utara. Dulu,
Spanyol dikenal dengan nama Iberia atau
Asbania. Lalu, disebut Andalusia ketika negeri itu dikuasai bangsa Vandal. Dari kekuasaan Vandal,
orang Arab menyebutnya dengan nama Andalusia.
Spanyol ditaklukan pasukan Islam pada masa khalifah Al-Walid Bin Abdul Malik, di bawah pimpinan Thariq bin Ziyad dan Musa
Ibn Nushair. Pada tahun 756 M, Cordova menjadi ibukota dan pusat
pemerintahan Bani Umayyah di
Spanyol, setelah bani Umayyah yang ada di Damaskus jatuh ke tangan Bani Abbas
tahun 750 M.
Ada 3 (tiga)
pahlawan Islam yang sangat berjasa dalam proses penguasaan Islam di Spanyol,
yaitu: 1) Tharif Ibn Malik sebagai
orang pertama yang sukses menyebrangi selat antara Maroko dan benua Eropa; 2) Thariq Ibn Ziyad sebagai penakluk Spanyol
karena mengalahkan Raja Roderick
dalam pertempuran di wilayah Bakkah tepatnya 19 Juli 711 M; dan 3) Musa Ibn Nushair yang berhasil menyeberangi beberapa selat
Sidonia, Karmona, Seville, dan Merida ditaklukkan dari penguasa kerajaan
Gothic, Theodomir di Orihuela.
Kini, peradaban
Islam di tanah Andalusia telah meninggalkan berbagai kenangan atau bukti yang
menjadi warisan dunia dan tujuan wisata yang mengagumkan. Bangunan-bangunan model
Moor dengan nilai estetika yang
tinggi menjadi “pengingat” bahwa peradaban Islam telah merubah pola pikir
bangsa Eropa saat itu. Lantas, timbul pertanyaan yang menggugah alam pikir kita
yaitu apa yang menjadi penyebab kehancuran peradaban Islam yang sangat digdaya?.
Salah satu penyebab
jatuhnya peradaban Islam di Andalusia adalah ketika Kerajaan Granada yang
dipimpin oleh Abu Abdillah Muhammad
Ash-Shagir dari Bani Al-Ahmar, berhasil ditaklukkan oleh aliansi kerajaan
Kristen di Andalusia. Kerajaan Granada (Istana Al-Hambra) jatuh ke tangan
kerajaan Kristen pada tahun 1492 M yang diiringi dengan linangan air mata sang
raja. Sang ibu, Aisyah Al-Hurrah,
yang berdiri di samping anaknya berusaha menenangkan hati anaknya.
“Kini
kau menangis seperti seorang perempuan, padahal kau tak pernah melakukan
perlawanan sebagaimana seorang lelaki sejati…”
Menurut sejawaran
Mesir Dr. Raghib As-Sirjani dalam bukunya berjudul “Qishah Al-Andalus” (Kisah
Andalusia) menyatakan bahwa kejatuhan kerajaan Granada tentu dilatarbelakangi
beberapa faktor penting, seperti: 1) Gaya hidup yang mewah dan glamour
dari para pemimpin Islam; 2) Sibuk dengan urusan dunia dan meninggalkan
semangat jihad; dan 3) Merebaknya berbagai kemaksiatan dan kemungkaran yang
dibiarkan.
“Waspada dirimu dari kemewahan, kerena sesungguhnya para hamba Allah bukanlah orang-orang yang mewah.” (HR. Ahmad)
Selain
faktor penyebab kejatuhan kerajaan Islam di Andalusia, ada hal menarik yang
jarang diketahui banyak orang, yaitu Ziryab.
Ziryab merupakan tokoh penting yang
disebut-sebut sebagai salah satu penyebab jatuhnya peradaban Islam Andalusia. Ziryab
dianggap sebagai biang kerok yang mampu melenakan umat. Ziryab adalah seorang
penyanyi Baghdad yang berguru pada Ibrahim
Al-Maushili (guru besar musik). Karena Ziryab lebih terkenal dibandingkan
gurunya maka sang Guru iri padanya. Akhirnya, sang guru membuat sebuah rencana
dan tekanan kepada Ziryab agar pergi dari Baghdad karena takut mengungguli ketenarannya. Singkat cerita, Ziryab pun berangkat dari Baghdad menuju Andalusia, berbekal alat musik dan pengetahuan
hikayat serta syair-syair puitis.
Kedatangan
Ziryab diterima baik oleh masyarakat Andalusia dan menghadap Khalifah, menyanyikan lagu-lagu
terbaiknya, mendatangi pertemuan masyarakat dan bersyair dengan kelihaiannya.
Ziryab mulai memasuki babak baru, yaitu mengajarkan not-not nada kepada
generasi muda muslimin, hingga menjauhkan mereka dari pelajaran Al-Qur’an dan
ilmu-ilmu agama. Bahkan, Ziryab juga mengajarkan seni mode, pakaian musim panas,
musim dingin, musim semi dan musim gugur. Bahkan, ada model pakaian khusus
untuk setiap momen yang bersifat khusus maupun umum.
Dampak
dari Ziryab adalah memalingkan majelis-majelis ilmu yang diisi para Ulama.
Bahkan, pengaruh Ziryab dengan lagu-lagunya menyebar di seantero Andalusia,
lalu menjadi gelombang besar hingga Aljazair, Maroko dan Tunisia. Itulah
sebabnya, saat ini masyarakat di sana lebih mengenal Ziryab daripada Khalifah Abdurrahman Ad-Dakhil yang mendirikan
Bani Umayah dan memerintah Andalusia selama 32 tahun atau Abdurrahman Al-Ausath yang mencintai ilmu pengetahuan.
Ziryab dan
alat musiknya (Sumber: Archive.thedailystar.ne)
Peradaban
Memukau Dunia
Mengapa Andalusia
begitu memukau dunia? Karena, Andalusia telah menghasilkan peradaban Islam yang
luar biasa, toleransi beragama, puisi, musik, ilmuwan terpelajar dan sarjana
seperti Averroës, perpustakaan besar
(perpustakaan utama di Cordoba sendiri memiliki 400.000 buku), pemandian umum,
dan arsitektur indah (seperti kompleks istana di Al-Hambra dan Masjid Agung
Cordoba).
Andalusia sangat
terkenal dengan arsitektur Moor-nya. Monumen-monumen yang terkenal dan terletak di Andalusia yang masih
dapat ditemui antara lain Istana Al-Hamra di Granada, Mezquita di Cordoba, menara Torre
del Orro dan Giralda di Sevilla serta Reales
Alcazares di Sevilla. Selain itu, terdapat pula sisa-sisa penggalian
arkeologis seperti Medina Azzahara
yang berlokasi dekat Córdoba dan Italica, Sevilla.
Yang
unik, Cordoba dinyatakan oleh UNESCO sebagai salah satu kandidat untuk pusat
kebudayaan Eropa pada tahun 2016. Padahal, tidak seperti Granada, Cordoba terasa lebih
Spanyol, nuansa Islam di sana tidak begitu kental. Di antara beberapa bangunan
peninggalan Islam di Spanyol, yang paling menyentuh adalah Masjid Agung Cordoba
(Grand Mosque), yang dibangun pada
abad ke-8 oleh Emir Abdul Rahman.
Saat ini, Masjid Agung Cordoba menjadi daya darik utama sebagai warisan
kejayaan Islam masa lalu.
Bangunan yang menarik
peninggalan kejayaan Islam di Andalusia adalah Masjid-Katedral Cordoba. Bangunan tersebut pada awalnya sebuah
gereja yang dibangun oleh kaum Visigoth.
Saat Muslim menguasai Andalusia tahun 711 M, bangunan gereja tersebut dibagi
menjadi 2 bagian, separuh sebagai gereja dan separuhnya lagi sebagai masjid.
Pada tahun 784 M, Khalifah Abd al-Rahman
I membeli separuh bagian gereja tersebut dari kaum Kristen dan dibangunlah
sebuah masjid besar Cordoba.
Mosque–Cathedral
of Cordoba atau Masjid-Katedral Kordoba
(Sumber:
Spain.Photos.com/Thinkstock)
Tempat lain yang menarik sebagai bukti jejak peninggalan Islam di Andalusia
adalah Al-Hamra yang merupakan kompleks istana
Kerajaan Moor yang terletak di atas sebuah bukit di Granada. Perlu diketahui
bahwa nama Al-Hamra diambil dari Bahasa Arab "al-hamra" yang mempunyai
arti "yang berwarna merah". Itulah sebabnya, seluruh kompleks
bangunan Al- Hamra berwarna kemerah-merahan. Bangunan Al-Hamra pertama kali
dibangun pada tahun 889 M hanya sebagai benteng pertahanan kecil. Pada pertengahan
abad ke-11, benteng tersebut diruntuhkan, kemudian dibangun kembali sebagai
istana kerajaan oleh Emir (pemimpin) Granada pada saat itu.
Istana Al-Hamra di kota Granada
Spanyol (Sumber: yokosoeropa.com)
Melangkah ke daerah
Sevilla, jejak peradaban Islam bisa anda temukan pada salah satu bangunan
menarik seperti Alcazar
of Seville (Reales Alcázares de Sevilla). Sebagi
informasi, Alcazar of Seville merupakan istana kerajaan yang
dibangun oleh para raja Muslim Moor di Seville. Alcazar berasal dari Bahasa Arab “al-qasr” yang berarti “istana;
kastil; benteng”., Bangunan tersebut dikenal sebagai bangunan yang berarsitektur
terindah di Spanyol. Bahkan, bangunan tersebut masih digunakan sebagai istana
dan tempat tinggal resmi keluarga Kerajaan Seville hingga kini. Apalagi,
bangunan tersebut merupakan istana kerajaan tertua yang masih digunakan di
wilayah Eropa.
Peradaban Islam Andalusia juga meninggalkan model
arsitektur rumah atau kawasan perkampungan yang unik. Tersebutlah kawasan Albayzin (Albaicin)
merupakan salah satu distrik di Granada yang dipenuhi oleh arsitektur
rumah-rumah penduduk dengan lorong-lorong kecil yang merupakan ciri khas
pemukiman bangsa Moor seperti pemukiman Old
Town Medina di Marrakesh,
Maroko. Albayzin dimasukkan ke dalam UNESCO sebagai World Heritage Site pada tahun 1994 karena eksistensinya yang
berdekatan dengan Al-Hamra.
Albayzin
(Albayzín) (Sumber: catatantraveling.com)
Menapaki jejak
peradaban Islam di Andalusia bagai terlempar ke masa silam di mana Islam
menjadi bahan studi banding bagi negara-negara Eropa. Delapan abad bukan waktu
yang singkat. Islam telah menorehkan sejarah yang gemilang yang bisa kita lihat
bukti-buktinya hingga kini. Jadi, saat guru, Kyai atau ustad mengatakan kepada
muridnya bahwa dulu di Andalusia telah mengibarkan kejayaan Islam di benua
Eropa maka semestinya generasi sekarang bisa meraih cerita indah tersebut
dengan menelesuri jejak peradaban yang tetap ada hingga sekarang.
Jadi, saat saya
melihat Lionel Messi atau Christiano Ronaldo mengocek si kulit bundar di lapangan
rumput yang hijau Camp Nou atau Santiago Bernabeu maka saya seperti melihat
mereka sedang bermain cantik di antara para pejuang Islam di bawah pimpinan Khalifah
Abdurrahman Ad-Dakhil. Andaikata
waktu bisa dibalik, maka saya seperti merasakan para kyai atau ustad sedang
mengajarkan ilmu Hadits, Tauhid dan sebagainya. Sayang, waktu tetaplah bergerak
ke masa depan. Kini, kaum muslim dunia hanya bisa meraih cerita indah dengan menikmati
jejak peradaban Islam Andalusia yang tetap terjaga hingga kini. Wassalam.
Jika anda ingin melakukan pendaftaran
paket tour ke seluruh negara, khususnya Benua Eropa, bisa hubungi langsung ke:
Kantor Pusat
Adinda
Azzahra Tour & Travel
Jalan Selat Bali No. 5 Blok E
11 Kavling AL
Duren Sawit, Jakarta Timur –
Indonesia.
021-8660 5394 0818 753 826
0812 9563 6373 / 0813 8512 7171
Email: contact@adindaazzahra.com
Follow Sosial Media (Sosmed)
FB : Adinda Azzahra Tour
IG : adindaazzahra_tour
Referensi:
6 comments for "Meraih Cerita Indah Peradaban Islam di Andalusia for Adinda Azzahra Tour"