Sahur On The Road (SOTR) Mengalami Pergerseran Nilai, Benarkah?
Sahur On The Road (Sumber:
trivia.id)
Ramadhan merupakan
bulan yang baik untuk berbagi. Mendulang pahala dan ampunan dosa dari Allah SWT
adalah salah satu alasan umat Islam sangat bergembira menyambut bulan yang suci
itu.
Banyak perbuatan
baik yang bisa mendapatkan pahala. Dari hal menyegerakan berbuka puasa hingga
mengakhiri waktu sahur adalah penting dilakukan bagi yang menjalankan ibadah
puasa.
Semakin
berkembangnya budaya manusia, maka sahur pun kini berubah menjadi lebih unik.
Untuk membangunkan orang melakukan santap sahur bisa menggunakan “woro-woro” (perhatian)
dari pengeras suara alias TOA masjid. Bisa juga dari bunyian tiang listrik yang
dipukul pakai batu. Bahkan, ada yang lebih menarik yaitu membnagunkan orang
untuk santap sahur dengan musik atau nyanyian.
Semua itu adalah
bentuk kepedulian umat Islam untuk saling “mengingatkan” melakukan santap
sahur. Dengan kata lain, di bulan Ramadhan siapapun bisa berbagi berkah dan
berbagi pahala. Karena, membangunkan orang untuk melakukan santap sahur adalah hal
baik yang bisa mendapatkan pahala.
Di luar itu, tahukah
anda bahwa saat anda dan keluarga, teman, sahabat atau kolega mampu menikmati
santap sahur, di luar sana masih banyak kaum dhuafa atau fakir miskin yang tidak mampu menikmati seperti
lezatnya menu sahur anda? Mereka hanya berharap keajaiban Tuhan Yang Maha Esa. Hari
ini bisa makan, esok belum tentu.
Mungkin, mereka
mampu menikmati makan menunggu uluran tangan para dermawan. Atau, mereka bisa
makan setelah mengais nasi bekas di tong-tong sampah. Miris, bukan?
Bagi mereka,
menikmati menu sahur seperti yang biasa anda makan setiap pagi bagai menghitung
kancing terlebih dahulu. Menikmati makan enak seperti berpuasa Senin dan Kamis
yang tiada berujung.
Itulah sebabnya,
perintah berpuasa adalah perintah langsung dari Allah SWT dan Allah SWT lah
yang akan memberikan ganjaran. Berapa
besarnya? Tak ada makhluk di dunia manapun yang mampu menghitung atau
menganalisa besaran pahala orang yang berpuasa. Pantas saja, puasa adalah
ibadah yang sangat misterius alias hanya Allah SWT Yang Maha Tahu.
Karena misteriusnya
ibadah puasa, maka umat Islam berlomba-lomba untuk mendulang kebaikan. Salah
satu ajang perlombaan ibadah adalah kepedulian umat Islam menjelang sahur.
Mereka melakukan
perjalanan untuk menjemput atau menunjukan rasa kepedulian kepada orang yang
membutuhkan uluran tangan. Dengan menggunakan mobil atau sepeda motor, mereka
bergerak bersama-sama melakukan sebuah kegiatan yang lebih dikenal dengan nama Sahur On The Road (SOTR).
Sahur
On The Road (SOTR) melibatkan banyak
sepeda
motor (Sumber: tribunnews)
Pro
Sahur On The Road (SOTR)
Sahur
On The Road (SOTR) kini menjadi sebuah tren untuk
menunjukan rasa kepedulian sosial terhadap orang lain yang membutuhkan. Tetapi, sekarang kegiatan Sahur On The
Road (SOTR) menimbulkan Pro dan Kontra dari berbagai kalangan.
Menurut saya, Pro
dan Kontra Sahur On The Road (SOTR)
timbul akibat dampak yang dihasilkan dari
kegiatan Sahur On The Road (SOTR) itu sendiri atau penilaian publik
terhadap proses jalannya Sahur On The Road (SOTR). Dengan kata lain, Pro dan
Kontra Sahur On The Road (SOTR) bisa timbul dari berbagai sudut pandang yang
berbeda.
Kalangan
yang Pro dengan kegiatan Sahur On The Road (SOTR)
dikarenakan kegiatan tersebut mampu menebarkan manfaat buat banyak orang. Rasa
kepedulian yang tinggi terhadap orang yang membutuhkan adalah tujuan utama
tanpa diembel-embeli dengan tujuan lain.
Sahur On The Road
(SOTR) ini dilakukan ibarat pepatah hewan bebek, terlihat dari luar tanpa
terlihat apa-apa, tetapi kaki yang di dalam air bergerak sekuat tenaga. Sahur On The Road (SOTR) dilakukan bukan
karena mengharapkan pamer, dipuji orang atau diekspos media agar dicap sebagai
“orang yang dermawan”.
Sahur On The Road
(SOTR) yang menebarkan barokah biasanya tanpa melibatkan pemberitaan media. Tetapi,
jika media mengikuti acara tersebut, biarkan media memberikan penilain
tersendir.
Kegiatan Sahur On
The Road (SOTR) bukan hanya membangunkan orang lain untuk melakukan santap
sahur tetapi mereka juga ikut berbagi rejeki kepada orang lain. Banyak
anak-anak muda yang kreatif membangunkan orang-orang untuk santap sahur tanpa
mengharapakan imbalan jasa.
Kebersamaan dalam Sahur On The Road
(SOTR)
(Sumber: dailymoslem.com)
Mereka berbagi
kegembiraan dengan berbagai cara seperti membuat band musik. Orang-orang sangat
mengapresiasi dan terbantu untuk melakukan santap sahur tepat waktu. Dan,
merasa terhibur dengan musik yang ditampilkan ala tayangan televisi swasta.
Dalam acara Sahur
On The Road (SOTR), mereka bekerja dalam sebuah kelompok atau grup seperti klub
motor atau Ormas (Organisasi Masyarakat) dan bergerak ke lokasi yang telah
direncanakan untuk berbagi berkah kepada orang membutuhkan seperti berbagi nasi
bungkus atau kotak. Mereka mempunyai niat dari awal adalah memberikan rasa
peduli kepada orang lain agar bisa menikmati menu sahur seperti yang mereka
nikmati.
Jujur, dengan
adanya acara Sahur On The Road (SOTR), banyak pihak yang merasa terbantu untuk
melakukan santap sahur. Bukan hanya orang yang berkucukupan, tetapi orang dalam
kondisi kekurangan juga bisa menikmati indahnya makan sahur di bulan Ramadhan.
Kontra
Sahur On The Road (SOTR)
Selain kebaikan
yang ditebarkan dalam acara Sahur On The
Road (SOTR), tetapi pada kenyataannya masih banyak kalangan yang Kontra dengan
adanya acara tersebut. Timbulnya perasaan Kontra tentu disebabkan karena dampak
yang terjadi saat atau setelah acara Sahur
On The Road (SOTR) berjalan.
Banyak hal negatif
yang ditimbulkan dari acara Sahur On The Road (SOTR) tersebut. Seperti timbul
tawuran saat Sahur On The Road (SOTR), peserta Sahur On The Road (SOTR) menggunakan
kendaraan yang bisa mengganggu ketenangan orang lain (suara knalpot yang sangat
bising atau knalpot brong), tidak menggunakan kendaraan yang diijinkan
lalu lintas (tidak mempunyai surat-surat kendaraan lengkap) serta sering
melanggar peraturan lalu lintas.
Banyak dari mereka
yang melakukan acara Sahur On The Road
(SOTR) justru orang yang tidak memahami betul esensi dari berpuasa. Banyak Sahur
On The Road (SOTR) dilakukan oleh klub-klub motor, Ormas atau grup dadakan dengan
tujuan untuk menunjukan eksistensi diri.
Sahur On The Road
(SOTR) juga sering dilakukan oleh anak-anak muda yang masih labil dan tidak
mampu mengendalikan emosi diri. Ketika mereka melakukan konvoi dengan suara
knalpot sepeda motor yang membuat bising telinga dan bertemu dengan klub motor
lain dengan melakukan hal yang sama maka
berpeluang besar menimbulkan tawuran.
Sahur On The Road (SOTR) yang
tidak bertanggung
jawab dan memahami esensi puasa bisa menimbulkan
tawuran
(Sumber: simomot.com)
Banyak juga konvoi
sepeda motor yang melakukan acara Sahur On The Road (SOTR) mengenakan atribut
atau bendera berisi tulisan yang menyinggung perasaan orang atau pihak lain.
Bukan rasa simpati yang diperoleh tetapi justru akan mendapatkan rasa “nyinyir”
dari orang lain.
Melakukan Sahur On
The Road (SOTR) dengan gaya atau sifat yang urakan atau menyinggung perasaan
orang lain juga akan menimbulkan rasa antipati orang lain. Seperti, konvoi Sahur
On The Road (SOTR) menyalip kendaraan lain seenaknya tanpa ada signal lampu
kendaraan sebelumnya. Ketika orang lain yang disalip tersinggung maka bisa menimbulkan
pertengkaran mulut atau percekcokan.
Banyak juga konvoi Sahur
On The Road (SOTR) yang memberikan bantuan seperti nasi bungkus atau kotak
justru kepada orang lain yang tidak tepat sasaran. Sementara, orang yang
membutuhkan uluran tangan justru dibiarkan menanggung beban hidup yang kian mencekik
leher.
Memberikan bantuan kepada orang
yang membutuhkan
saat Sahur On The Road (SOTR) (Sumber: kbknews.id)
Banyak juga, Sahur
On The Road (SOTR) memberikan bantuan hanya diberikan sebagai formalitas atau
mendulang suara pemilih di tahun politik. Lebih ngerinya lagi, di kotak atau
bungkus nasi masih diberi label atau stempel nama partai atau calon yang harus
dipilih. Sahur On The Road (SOTR) model begini bukan hanya menimbulkan fitnah
tetapi bisa menjadi ajang adu domba politik.
Di tingkat elit
politik atau kalangan selebriti, Sahur
On The Road (SOTR) juga menjadi ajang pencitraan diri. Mereka membawa media
untuk menunjukan kepada publik bahwa mereka adalah sosok yang peduli kepada
orang lain dan pantas untuk dipilih pada kontestasi politik.
Di era digital
sekarang ini, banyak para elit politik atau selebriti yang mendadak insyaf atau
berhijab untuk mendapatkan simpati banyak orang. Biasanya aksi mereka di acara Sahur
On The Road (SOTR) akan diposting di akun media sosial (medsos) mereka.
Berharap banyak like atau love dan komentar. Tetapi, pujian atau sanjungan
dan nyinyir atau caci maki justru
jumlahnya saling berkejar-kejaran.
Hindari
Pergeseran Nilai
Jadi, melakukan
acara Sahur On The Road (SOTR) tetaplah
akan menimbulkan Pro dan Kontra. Niat, cara atau proses dan akibat yang timbul
dari Sahur On The Road (SOTR) yang akan mengakibatkan Pro dan Kontra di
kalangan masyarakat. Kini, masyarakat lebih memahami mana Sahur On The Road (SOTR) yang dilandasi
keimanan atau niat yang baik dan mana yang dilandasi dengan niat yang tidak
baik atau berharap pamrih dari orang lain.
Maka, awali
niat Sahur On The Road (SOTR) dengan hal
yang baik maka Allah SWT akan memberikan rahmat dan hidayah-NYA. Dan, banyak
orang yang pro dengan tindakan anda dengan pujian dan doa. Tetapi, jika niat
awal Sahur On The Road (SOTR) mengharapkan
balasan dari orang lain maka sesungguhnya Allah SWT Maha Tahu apa yang anda
lakukan.
Sahur On The Road
(SOTR) sejatinya membantu dan berbagi keberkahan buat sesama. Oleh sebab
itu, Sahur On The Road (SOTR) hendaknya
jangan sampai mengalami pergeseran nilai berpuasa di bulan Ramadhan. Karena,
sekali mengalami pergeseran nilai maka bukan pro yang diperoleh tetapi kontra
yang akan didapat dari banyak orang.
Melakukan Sahur On
The Road (SOTR) perlu dilandasi keimanan yang tinggi. Junjung esensi berpuasa
agar mendapatkan indahnya sahur di malam bulan Ramadhan. Karena, Islam selalu
menebarkan manfaat di manapun dan Islam adalah Rahmatan Lil ‘Aalamin.
Artikel ini juga tayang di Kompasiana
Post a Comment for "Sahur On The Road (SOTR) Mengalami Pergerseran Nilai, Benarkah? "