Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Target Puasa Ramadhan, dari Khatam Al Qur’an Hingga Tingkatan Puasa Khsusus


Memburu target terbaik saat puasa di bulan Ramadhan 
(Sumber: dokumen pribadi)




“Iso dilakoni, nggak iso tinggal ngopi”  merupakan gaya bahasa semiotika yang sering nangkring di bagian belakang truk. Kalimat singkat yang mengandung segudang arti sangat menggelitik bagi siapa saja yang membacanya. Bahasa Jawa yang mengandung arti bahwa bisa dilakukan, kalau tidak bisa yang pergi minum kopi. Makna yang memberikan arti bahwa setiap pekerjaan jangan dipikir terlalu serius alias santai. Tetapi, makna lain juga memberikan arti bahwa setiap pekerjaan hendaknya dilakukan penuh tanggung jawab.
Sama halnya saat bulan Ramadhan, bulan yang penuh ampunan di mana  setiap umat Islam yang beriman  wajib melakukan ibadah puasa. Seperti apa yang disabdakan oleh Baginda Rasulullah SAW, yang artinya:

“Islam dibangun di atas 5 (lima) perkara: kesaksian bahwa tiada tuhan selain Allah dan bahwa Muhammad adalah utusan Allah, mendirikan shalat, membayar zakat, melaksanakan haji, dan berpuasa Ramadhan.”
(HR. Bukhari dan Muslim).

Oleh sebab itu, setiap Muslim yang beriman diwajibkan untuk melakukan ibadah puasa dengan penuh tanggung jawab sesuai dengan firman Allah SWT yang artinya:

“Wahai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kalian berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kalian agar kalian bertakwa.” (QS. Al-Baqarah: 183)

Dalam surat tersebut menyatakan bahwa kewajiban melakukan ibadah puasa juga diwajibkan bagi umat-umat terdahulu. Tujuannya cuma satu adalah menjadikan manusia yang beriman dan bertakwa. Menarik, nama “Ramadhan” merupakan nama bulan bangsa Arab yang kesembilan. Mengapa dinamakan “Ramadhan”? Karena saat bangsa Arab menetapkan nama untuk bulan tersebut bertepatan dengan suasana yang sangat panas. Kata “Ramadhan” sendiri berasal dari kata ramdhâ’ yang mempunyai arti “sangat panas”. Bulan Ramadhan juga merupakan bulan yang agung karena mampu membakar dosa-dosa manusia.

Target dari Diri Sendri
Bulan Ramadhan adalah bulan yang selalu ditunggu-tunggu seluruh umat Islam karena di dalamnya ada malam yang sungguh mulia, malam yang lebih baik dari 1000 bulan. Dan, bulan Ramadhan adalah bulan berkah karena ada kewajiban untuk melakukan ibadah puasa sebulan penuh. Dan, setiap memasuki bulan Ramadhan, saya selalu teringat kenangan manis saat kelas 3 SD.
Usia 10 tahun, saat di mana saya mulai bertekad dan berjanji pada diri sendiri untuk mencapai target. Target agar tidak membatalkan puasa 1 hari pun. Meskipun, kalimat orang tua dalam bhasa khas Brebes Jawa Tengah yang selalu memberikan kebebasan dan melegakan hati saya untuk berpuasa,  Tong, ari kuat puasa ya syukur, ari ora kuat ya buka bae” (Nak, kalau kuat puasa ya syukur, kalau tidak kuat ya berbuka saja).
Meskipun gaya puasa masa kecil dari SD hingga SMP diisi dengan belajar mengaji kitab kuning di sebuah majelis taklim, mencari ikan di sawah, mencari asam matang di kuburan, panen padi di sawah hingga mencari ikan di sungai dengan tangan langsung. Sejarah mencatat bahwa saya tidak pernah membatalkan puasa 1 hari pun meskipun panas terik menyengat. Sungguh, sebuah perjuangan yang luar biasa. Dan, tidak membatalkan puasa berlanjut hingga kini, saat usia lebih dari 40 tahun. Alhamdulillah, saya belum pernah membatalkan puasa lebih dari  30 tahun lamanya. Anugerah Allah mana yang kalian dustakan. 
Dan, di tahun 2018 sekarang ketika saya sudah mempunyai anak remaja maka target puasa di bulan Ramadhan tidak berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya. Saya tidak ingin membatalkan puasa 1 hari pun dan bisa mengkhatamkan Al-qur’an  30 juz. Jika Allah SWT memberikan rejeki lebih, maka saya ingin melakukan puasa Ramadhan di negeri orang.
Tetapi, hal terpenting adalah saya sangat bersyukur kepada Allah SWT karena masih diberi kesempatan (umur panjang) oleh Yang Maha Kuasa untuk bertemu kembali dengan bulan yang indah, Ramadhan. Bulan yang selalu diagungkan oleh seluruh umat Islam di dunia.  Sungguh bahagia yang tiada terkira. Karena, umur setiap makhluk yang bernyawa ada dalam genggaman-NYA.

Mencapai Tingkatan Puasa Khusus
Setiap muslim ingin melaksanakan puasa Ramadhan sebaik-baiknya dengan harapan mendapatkan ridho Allah SWT. Bahkan, saat berpuasa juga bukan hanya sekedar menahan makan dan minum saja tetapi bisa terhindar  dari hal-hal yang buruk melalui ucapan, pandangan, maupun pikiran. Seperti apa yang disabdakan oleh Rasulullah SAW bahwa banyak orang yang berpuasa hanya mendapatkan rasa lapar dan dahaga saja. Padahal, banyak pahala yang akan diperoleh jika mampu melakukan yang terbaik.   
Oleh sebab itu, tingkatan puasa menurut Imam Al Ghazali dalam kitabnya “Ihya Ulumuddin” menerangkan bahwa tingkatkan puasa adalah 1) Shaumul umum, 2) Shaumul khusus, dan 3) Shaumul khususil khusus. Tingkatan puasa tersebut juga memberikan petunjuk sejauh mana kekhusuan anda dalam berpuasa. Bukan itu saja, tingkatan puasa merupakan indikator tingkatan iman dalam menjalankan puasa Ramadhan.  
Pertama, puasa orang awam (orang kebanyakan), Puasa orang awam adalah menahan makan, minum dan menjaga kemaluan dari godaan syahwat.  Tingkatan puasa ini menurut Al-Ghazali adalah tingkatan puasa yang paling rendah karena hanyalah menahan dari makan, minum, dan godaan  syahwat.
Kedua, Puasanya orang khusus adalah selain menahan makan dan minum serta syahwat juga menahan pendengaran, pandangan, ucapan, gerakan tangan dan kaki dari segala macam bentuk dosa. Ini adalah tingkatan puasa untuk para Shalihin (orang-orang saleh). Nah, saya mempunyai target puasa tahun 2018 ini pada level Puasanya orang khusus. Saya memahami sangat berat untuk mencapai tingkatan ini. Tetapi, tidak ada salahnya jika saya berusaha untuk mencapainya.
Ketiga, puasa khususnya orang yang khusus adalah puasanya hati dari kepentingan jangka pendek dan pikiran-pikiran duniawi serta menahan segala hal yang dapat memalingkan dirinya pada selain Allah SWT. Menurut Imam Al-Ghazali, tingkatan puasa yang ketiga ini adalah tingkatan puasanya para nabi, Shiddiqqiin, dan Muqarrabin.

Tahun 2018 adalah tahun ke-9 saya melakukan ibadah puasa Ramadhan di pulau Bali. Di mana, umat Islam adalah golongan minoritas. Bagi anda yang pernah atau tinggal di Bali maka aura puasa Ramadhan benar-benar seperti hari biasa. Maka, untuk mencapai target Puasa Khusus membutuhkan perjuangan yang berat. Anda akan berjuang mati-matian menahan pandangan mata saat berpuasa di Pulau Bali karena gaya dandanan para turis mancanegara yang bisa muncul tiba-tiba di hadapan anda. Anda pasti tahu apa yang saya maksudkan bukan?
Tetapi, jika genderang niat untuk mencapai tingkatkan Puasa Khusus  sudah ditabuh dan atas ijin Allah SWT maka mencapai Puasa Khusus bukanlah hal yang sulit. Tentu, perlu perjuangan yang berat untuk mencapai tingkatan tersebut. Karena, tingkatan Puasa Khusus adalah harapan setiap umat Islam saat melakukan ibadah puasa Ramadhan. Dan, Allah SWT yang memberikan ganjaran langsung kepada hambanya yang sedang berpuasa.

Selamat Menunaikan ibadah Puasa.


Artikel ini juga tayang di Kompasiana 


Post a Comment for "Target Puasa Ramadhan, dari Khatam Al Qur’an Hingga Tingkatan Puasa Khsusus "