Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Membersihkan Sampah Plastik Pantai di Pulau Impian



Membawa alat pencapit dan karung untuk mengambil sampah plastik Pulau Impian Pantai Mertasari Bali / Dokpri




Pukul 06.00 WITA. Suasana masih pagi dan udara terasa segar. Tetapi, mobil rombongan Danone Aqua bergerak lincah, dari Hotel Best Western Kuta Beach menuju kawasan Sanur. Dua mobil HIACE putih yang membawa peserta Danone Blogger Academy (DBA) Batch 3 melintasi jalan raya By Pass Ngurah Rai. Setelah sampai di jalan arah Pantai Mertasari, rombongan berbelok ke kiri. Menyusuri jalan yang di sebelah kanannya dipenuhi hutan mangrove (bakau). Menuju Pulau Impian (Dream Island).  
Taman Inspirasi
Matahari mulai beranjak naik. Warna lembayung senja mulai pudar. Berganti putih kekuning-kuningan. Rombongan mulai perlahan melewati sebuah jembatan kayu. Saya melihat sungai besar yang bersih dari sampah plastik. Dan, disambut oleh penjaga pulau berbentuk gambar tokoh bajak laut seperti dalam film “Pirates of the Caribian”.
Tulisan “Selamat Datang di Taman Inspirasi Dream Island Desa pekraman Intaran” membuat saya bersemangat untuk menjelajahinya. Di seberang jembatan, terlihat Pulau Impian. Saya pun menelusuri jalan setapak yang sudah di-paving. Di sebelah kanan dan kirinya tertata rapi pohon khas pantai yang tumbuh tinggi. Saya melihat kawasan hampir seluas separo lapangan bola itu benar-benar bersih dari sampah plastik.  


Jembatan menuju Pulau Impian di Pantai Mertasari Sanur Bali / Dokpri


Pantai Mertasari dikenal sebagai pantai yang baik untuk menaikan layang-layang khas Bali. Layang-layang ukuran kecil hingga raksasa mempunyai tempat yang cocok untuk terbang. Karena, kondisi angin yang stabil di sore hari.
Sekitar radius 1 km dari pantai utama pantai Mertasari ternyata mempunyai kawasan menarik. Taman inspirasi yang dipenuhi dengan simbol khas bajak laut itu membuat nyaman siapapun. Kawasan pantai dengan tumbuhan tinggi menjadi pemandangan yang tidak boleh dilewatkan.
Puluhan bale bengong berlantai tinggi dan berbahan kayu berjajar rapi. Berbalut atap daun rumbia melengkung bagai rumah honai khas Papua. Menambah suasana tradisional kawasan itu. Di depannya, pohon kelapa   berselimut lapangan pasir yang bersentuhan dengan bibir pantai. Menambah suasana asri.
Sejauh mata memandang, birunya air laut dengan ombak kecil membuat damai di hati. Tidak jauh dari Pulau Impian, terlihat para penumpang mengantri untuk masuk kapal cepat, menuju Nusa Lembongan, Nusa Ceningan, Nusa Penida maupun Pulau Gili.


Bale Bengong berjajar rapi menambah suasana asri di Pulau Impian / Dokpri


Beach Clean
“Pantainya sudah bersih, karena kemarin mungkin ada aksi jumat bersih-bersih pantai”. Suara dari seorang ibu yang memandu rombongan kami memecah keheningan. “Berarti, apakah aksi bersih-bersih pantai (beach clean) tidak jadi dilakukan?” tanya saya dalam hati.
Kenyataannya, aksi bersih-bersih pantai tidak menyurutkan niat kami. Justru, ibu pemandu meyakinkan kami bahwa aksi “beach clean” tetap dilakukan. Jujur, ketika memandang  sekilas kawasan bibir pantai, terlihat hanyalah rumput pantai yang hanyut terbawa air dan kemudian mongering.



Salah satu sisi bibir pantai di Pulau Impian yang terlihat indah /Dokpri



Rombongan kami dibagi kurang  lebih 10 kelompok. Setiap kelompok berjumlah 2 orang atau berpasangan. Dan dibekali masing-masing orang, 1 karung dan satu pencapit (alat untuk mengambil sampah) yang terbuat dari bambu. Dua karung mempunyai tanda dari spidol berbentuk silang (X) dan segitiga. Tanda silang berguna untuk menampung sampah anorganik (yang tidak bisa didaur ulang, seperti kain). Dan, tanda segitiga untuk menampung sampah organik (yang bisa didaur ulang, seperti sampah plastik, kaca dan lain-lain).  
Saya berpasangan dengan salah satu alumni Danone Blogger Academy (DBA) Batch 2 Pringadi Abdi Surya. Dan, mendapatkan bagian karung bertanda segitiga. Oleh karena itu, saya berusaha mencari sampah plastik yang ada di bibir pantai.
Bibir pantai di hadapan saya terlihat bersih, memukau siapa saja. Namun, kenyataan berbeda dengan pikiran banyak orang. Ketika saya mengikuti setiap langkah kaki, maka sampah plastik terlihat di depan mata. Dan, alat pencapit pun bergerak dengan sigapnya. 
Saya mencoba mengorek-orek rumput laut yang telah mengering. Di mana, sebagian dari sampah plastik, seperti pembungkus bumbu dapur, sabun mandi, pencuci rambut dan lain-lain terlihat menyembul. Bukan hanya itu, setiap saya hendak melangkahkan kaki, maka sampah plastik lain tiba-tiba muncul di hadapan saya. Karena, terbawa air laut dan terlempar hingga ke bibir pantai. Sesekali air laut pun membasahi dan memenuhi sepatu yang saya pakai.
Sebenarnya saya berniat agak ke tengah dari bibir pantai. Dengan maksud  untuk mengambil sampah plastik yang mengambang. Tetapi, sarana dan waktu yang tidak memungkinkan. Saya berusaha untuk membersihkan sampah plastik sebisanya.    
Setelah kurang lebih satu jam kami berjibaku dengan capit dan karung sampah, maka semua sampah yang dihasilkan rombongan kami ditimbang dengan alat timbang digital. Petugas kebersihan yang beroperasi di Pulau Impian dengan cekatan membawa gerobak sampah dan membawa alat timbang digital.
Petugas kebersihan berbaju biru mengumpulkan karung-karung plastik putih bertanda silang untuk ditimbang.  Dan, timbangan digital menunjukan angka 12,8 kg untuk karung-karung yang didominasi berisi kain. Selanjutnya, karung-karung putih yang bertanda segitiga mendapatkan giliran ditimbang. Angka 12,0 menunjukan beban berat timbangan tersebut. Selanjutnya, sampah tersebut akan menuju ke tempat daur ulang.
  

Di Pulau Impian, sampah plastik ditimbang untuk diangkut ke tempat daur ulang /Dokpri


Inspirasi #BijakBerplastik
Dari dua kali timbangan sampah yang dihasilkan rombongan kami memberikan gambaran miris tentang kondisi pantai. Ibarat kata, “tampak muka bolehlah indah, tetapi tampak dalam siapa tahu”. Kawasan pantai di Pulau Impian itu merupakan secuil panjang pantai dari ratusan kilometer pantai di Bali.
Perlu diketahui bahwa rombongan kami membersihkan sampah hanya pada radius sepanjang lapangan sepak  bola. Berapa ton sampah jika dengan sabar menjelajah pantai di sekeliling Bali? Padahal, menurut penelitian sampah yang dilakukan oleh dosen dan peneliti dari Teknik Lingkungan ITB DR. I Made Wahyu Widayarsana, ST, MT, IPM menunjukan bahwa sampah yang dihasilkan pulau Bali sebesar 2.253,6 ton setiap harinya. Fantastis, bukan?
Dari ajang mencapit sampah plastik di pulau Impian itu memberikan inspirasi buat kami. Betapa pentingnya #BijakBerplastik. Perlunya membuang sampah pada tempatnya. Serta, pentingnya mengelola sampah dengan baik seperti melakukan proses daur ulang. Agar bisa mengurangi kandungan sampah plastik yang sampai ke laut.
Aksi mencapit sampah plastik di pulau Impian memberikan pemahaman besar. Bahwa, ketika sampah tidak dikelola dengan baik maka akan bermuara ke laut. Dan, di sinilah dampak berbahaya akan kembali ke manusia. Hewan laut akan mengkonsumsi sampah plastik yang kita buang. Selanjutnnya, hewan laut tersebut kita konsumsi. Anda bisa melihat video berikut ini:


Pantai Mertasari seharusnya tanpa sampah plastik / Dokpri


Oleh sebab itu, pantai yang kita punya hendaknya bersih dari sampah plastik. Karena, saat anda tidak mampu mengelola sampah dengan baik di tingkat hulu maka berakibat fatal di tingkat hilir (laut). Dampaknya, sangat berbahaya. Bukan hanya merusak ekosistem laut, tetapi bisa merusak citra pariwisata seperti Bali.  
Jika saya dan rombongan lainnya di peserta Danone Blogger Academy (DBA) Batch 3 begitu peduli akan sampah plastik. Dan, mendapatkan banyak inspirasi dari pulau Impian untuk mengelola sampah dengan baik. Maka, anda juga mampu melakukan hal yang sama. Karena, saat laut bersih maka anda sudah berperan besar dalam menciptakan ONE PLANET, ONE HEALTH.
Kesadaran tinggi dibutuhkan untuk membuat lingkungan khususnya pantai bisa bersih dari sampah plastik. Bermula dari diri sendiri maka mengurangi sampah plastik adalah hal mudah. Tentu, dengan keyakinan untuk membuat lingkungan sehat untuk semua. Salam sehat.

 Artikel ini juga tayang di Kompasiana



Post a Comment for "Membersihkan Sampah Plastik Pantai di Pulau Impian"