Blogger Ingin Naik Kelas, Lupakan Domain Gratisan, Migrasi ke Berbayar
Ingin naik kelas seorang
blogger, migrasi dari domain
gratisan ke domain berbayar (Sumber: dokumen
pribadi)
“Pak,
pakai dong domain yang berbayar. Masa blogger hebat pakai yang gratisan”
Kalimat yang
membuat lidah saya mendadak kelu, dari seorang teman blogger. Antara marah dan
malu. Marah karena dia begitu entengnya mengatakan kalimat seperti itu.
Padahal, beberapa hari baru saya kenal. Malu karena mengatakan bukan pada
tempatnya. Ya, banyak orang yang memperhatikan saya. Tahu kan, bahwa menjaga
perasaan orang lain adalah mutlak. “Kenapa
gak ngobrol empat mata saja?” pikir saya. Saya paham jika blogger ingin
naik kelas maka harus migrasi dari domain gratisan ke domain berbayar.
Untungnya, saya
belajar banyak tentang arti kehidupan. Yaitu, bagaimana saya berusaha menahan rasa
amarah meski hal tersebut menyakitkan. Saya menjawabnya dengan senyuman. Kemudian,
saya renungi juga bahwa kalimat tersebut ada benarnya. Bahwa, “domain berbayar”
memang sangatlah penting bagi seorang blogger yang ingin “naik kelas”.
Domain Gratisan
Saya membuat
halaman blog secara resmi sejak bulan September 2013. Masih memakai domain
gratisan dari Mbah Google “Blogspot”. Percaya atau tidak, untuk membuat sebuah
blog, saya bermodalkan otodidak. Terlebih dahulu mencari referensi. Rajin ke
perpustakaan, Toko Buku Gramedia dan bertanya pada orang yang baru saya kenal.
Jika dia memahami tentang komputer. Selanjutnya,
saya nekad beli laptop dari hasil uang pinjaman “berbunga” dan berburu ke Hitech Mall Surabaya Jawa Timur.
Dan, menjadi
catatan penting buat anda, saya sungguh buta akan program komputer. Buta dan buta. Untungnya, “bahasa
Inggris” yang lumayan membuat saya “pelan-pelan” memahami program komputer. Asal
pencet saja. Kalaupun laptopnya rusak, masih punya sendiri, tidak merugikan
orang lain.
Kalau ada kalimat
yang bingung dalam program komputer maka jawabannya hanya satu bertanya pada
orang yang paham. Saat itu, saya belum memahami betapa saktinya “Mbah Google”
dalam menyajikan berbagai informasi. Juga belum memahami kata kunci untuk
mencari sebuah informasi penting.
Makanya, jangan
heran jika alasan mendasar saya membuat halaman blog adalah iseng-iseng berhadiah. Biar kelihatan
gaul. Padahal, program komputer benar-benar “NOL PUTUL”. Hanya modal tekad yang tak terkalahkan.
Setelah halaman
blog jadi dengan template yang
sederhana ala blogspot. Saya justru
makin bingung. Mau diapakan halaman itu? Menjadi kenangan saya, artikel yang
pertama kali saya upload adalah artikel tentang politik dalam bahasa Inggris.
Artikel yang pernah saya ikutsertakan dalam ajang lomba internasional secara
konvensional di Belanda.
Selanjutnya, saya
masih bingung. Akhirnya isi blog pun gado-gado. Saya isi blog seenaknya dengan
berbagai foto hasil jepretan hasil jalan-jalan. Tampilannya jadi “acakadut”.
Karena, tidak tahu, bagaimana mengatur letak kalimat dan gambar agar enak
dilihat.
Migrasi Domain Berbayar
Dari berbagai
pengalaman dan silaturahmi bersama blogger lain, membuat saya rajin menulis.
Terutama untuk mengikuti lomba. Gayung bersambut, saya beberapa kali menjuarai
lomba menulis. Hadiahnya bisa buat beli “beras”.
Menarik, hingga
artikel mencapai ratusan, saya belum memahami “apa makna penting sebuah domain
berbayar”. Saya selalu nyaman dengan domain gratisan. Belum tergerak hatinya
untuk membeli domain berbayar. “Buat apa
pakai domain berbayar jika yang gratisan pun bisa menghasilkan uang”,
jawaban yang selalu saya jawab saat teman blogger lain menyentil masalah
domain.
Namun, karena
alasan pergaulan blogger dari berbagai kota. Serta, persyaratan lomba blog yang
mayoritas diharuskan memakai TLD (Top
Level Domain) atau domain berbayar. Maka, pikiran saya untuk bertahan
dengan domain gratisan perlahan mulai luntur. Apalagi, ada sentilan yang
menyakitkan dari blogger lainnya bahwa domain
gratisan adalah tanda blogger belum serius membuat tulisan. Wah, saya
berasa mau banting pintu. Kata orang Betawi, “eh lu tong, kalau ngomong jangan
sekate-kate ye”.
Sekali lagi,
kalimat tersebut sungguh terngiang di telinga dan menyakitkan. Tetapi, saya
kembali merenungi lagi bahwa banyak blogger hits yang memakai TLD. Lagi,
semakin banyak korporasi besar yang menggunakan jasa blogger untuk membuat review tentang produknya. Syaratnya,
blog harus menggunakan domain berbayar.
Dengan berbagai
pertimbangan di atas, dan rasa malu jika domainnya masih gratisan. Maka, dengan
yakin saya ingin migrasi ke domain berbayar. Sampai di sini saya masih bingung.
Mengapa? Mau beli domain berbayar di
mana?
Yang menjadi alasan
untuk membeli domain berbayar adalah saya bisa banyak bertanya dan
mengungkapkan keluhan. Jika terjadi sebuah masalah. Pertimbangan untuk membeli
domain berbayar membutuhkan beberapa hari.
Berdasarkan
pengalaman komunitas para blogger di Bali yang saya ikuti. Maka, saya
“memutuskan” untuk membeli domain berdasarkan REFERENSI yang bisa diandalkan. Oleh
sebab itu, dengan mengucapkan “bismillahirrahmanirrahim” dan niat baik semoga
berkah. Maka, saya memutuskan untuk membeli domain berbayar di BOC INDONESIA yang beralamat di jalan
Narakusuma Denpasar, Bali. Ya, sejak
tahun 2018 saya akhirnya bisa “Naik Kelas” menjadi seorang Blogger.
Saya berfoto bersama CEO BOC
Indonesia yang
berkantor di jalan Narakusuma Denpasar Bali,
Mas Hendra W.
Saputro (Sumber: dokumen pribadi)
Mengapa
naik kelas? Pertama,
saya bisa mengikuti setiap lomba blog yang memberikan persyaratan blog
berbayar; kedua, secara rutin bisa
mendapatkan job blogger dari
korporasi atau institusi besar; dan ketiga,
sebuah kebanggaan seorang blogger ketika mempunyai Domain Authority (DA)/Page
Authority (PA) tinggi dengan domain berbayar.
Meskipun, DA/PA
yang menunjukan kualitas sebuah blog bukanlah segalanya. Tetapi, DA/PA selalu
menjadi isu menarik. Seringkali, DA/PA bisa menjadi rujukan seorang blogger dan
korporasi atau institusi untuk membuat sebuat “rate” berbayar sebuah jasa
menulis.
Di akhir tulisan
ini, saya hanya ingin berbagi informasi bahwa “naik kelas” seorang blogger,
sering dipengaruhi dari sebuah domain blognya. Oleh sebab itu, menyisihkan
penghasilan anda untuk membeli domain berbayar adalah sebuah keniscayaan. Saya
sendiri sungguh menyesal karena membeli domain berbayar saat artikel sudah mencapai
ratusan artikel dengan DA/PA = 38/59.
Jika anda fokus
dalam dunia blogging maka DA/PA secara
otomatis menjadi turun ke nilai 0 saat
migrasi ke domain berbayar. Menyesal? tidak. Karena, itulah risiko yang harus diambil, di mana DA/PA menjadi 0/0. Jadi, jika anda mengawali menjadi seorang blogger
atau domain blog anda masih gratisan, maka secepatnya berubah ke domain
berbayar. Ciyus!
Dan, BOC Indonesia bisa menjadi rekomendasi
anda. Karena, saya sudah merasakannya. Anda? Yuk, buruan!
Post a Comment for "Blogger Ingin Naik Kelas, Lupakan Domain Gratisan, Migrasi ke Berbayar"