Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Jadilah Langit, Jangan Menjadi Sunset

Jadilah Langit, Jangan Menjadi Sunset (Sumber: dokumen pribadi)





        "Ada uang abang disayang, gak ada uang abang ditendang". Sebuah peribahasa yang sangat bijak. Dan, setiap orang perlu memegang teguh peribahasa itu, di mana pun dan kapan pun. Bukan mengartikan secara "saklek". Nanti, kalau memahami artinya secara apa adanya. Berarti, anda dianjurkan untuk memilih-milih orang atau teman dalam membina sebuah hubungan. 

       Tetapi, peribahasa itu mengajarkan kita bahwa sebuah hubungan bukan karena di saat banyak uang atau mempunyai kekuasaan. Atau, di saat sedang memegang sebuah jabatan. Tetapi, sebuah hubungan dilakukan berdasarkan saling mengerti, saling memahami dan saling berbagi. Karena, setiap orang diajarkan untuk Menjadi Langit, Bukan Menjadi Sunset.

      Langit mengajarkan kita bahwa manusia akan mengalami kondisi yang berubah-rubah. Itu alamiah, Langit mampu menciptakan pelangi yang indah dipandang mata. Yang merupakan hasil bayangan yang tercipta saat sinar matahari menyinari titi-titik air. Langit juga mampu membuat manusia dipenuhi kegelapan karena tertutup awan, yang akhirnya turun hujan. Atau, saat mengalami malam hari. Tetapi, di malam hari yang gelap gulita itu, manusia mampu bersyukur, karena bulan yang indah menyinari bumi.

        Langit juga mampu menyalurkan petir yang menyambar dan menggelegar. Banyak orang yang meninggal karena sambaran petirnya. Langit juga mampu menghadirkan miliaran bintang-bintang yang membuat manusia tidak mampu untuk menghitungnya. Serta, langit juga menghadirkan kecerahan di siang hari. Berbagai jenis awan tercipta di langit. Dari awan Stratus hingga awan Comulonimbus. Manusia terkagum-kagum ketika awan cerah. Kadangkala, tercipta lukisan awan yang mengessankan. 

       Apa saja bisa tercipta dari langit, dari yang menyenangkan manusia, hingga yang membuat manusia nestapa. Namun, apapun kondisi langit, ia akan selalu ditunggu kehadirannya oleh manusia, Kapan pun dan di manapun. Manusia akan selalu menyaksikan kondisi langit. Kadang langit dibenci, namun langit kadang dinanti. Dan, langit tetap menjadi teman sejati manusia. 

        Berbeda dengan sunset (matahari terbenam) di sore hari. Ia akan memberikan keindahan, saat menjelang senja. Memancarkan semburat ungu yang sangat ditunggu manusia. Manusia akan menyaksikan sunset, ketika tanpa penghalang. Manusia meski datang ke tanah lapang. Tetapi, manusia lebih senang datang ke pantai. Agar leluasa menikmati keindahannya.

         Sunset hanya mampu dinikmati tidak sampai satu jam. Setelah itu, bergantilah warna gelap, yang sebentar lagi akan berganti malam. Untuk menikmati sunset, manusia bersusah payah mencari tempat yang cocok untuk menikmatinya. Meskipun, ia memberikan keindadhan dalam waktu yang singkat. 

Jadilah Langit

        Sama halnya dengan manusia dalam menciptakan hubungan. Baik hubungan percintaan maupun hubungan pertemanan. Manusia mempunyai dua karakter di dunia. Ia bisa menjadi langit atau menjadi sunset

         Ketika menusia menjadi sunset, banyak orang yang mau membina hubungan hanya sesaat. Dia berteman dengan kita, karena ada hal yang ingin diambilnya atau ada maunya. Di saat sudah tidak ada kesempatan yang bisa diambil, maka hubungan tersebut terputus dengan sendirinya.

      Sebuah hubungan bukan hanya menerima hal baik antar sesama. Hubungan sejati adalah hubungan yang siap mengalami hal-hal yang menyedihkan. Saya sudah banyak mengalami pasang surut sebuah hubungan. Saya selalu menilai sebuah teman, di saat saya mengalami masa sulit. Apakah dia tetap menjadi teman yang mampu menjadi penolong saya? Dan, kejadian itu, akan saya rekam seumur hidup saya.

         "Karena harta, hubungan tiada". Ketika hubungan apapun menilainya dari kondisi kemampuan kita, maka hubungan tersebut akan putus di tengah jalan. Kita perlu memahami bahwa hubungan perlu menjadi langit. Setiap,orang akan mengalami masa jaya dan masa tiada. Ibarat kata, kehidupan itu seperti roda, kadang di atas dan juga kadang di bawah. Ketika membina hubungan maunya ketika roda di atas, maka sebuah hal yang tidak mungkin diwujudkan.

       Itulah sebabnya, saya (maaf) alergi ketika diajak untuk reunian dengan orang yang bertahun-tahun tidak pernah bertemu dengan saya. Ketika, kehadiran mereka hanya menonjolkan kelebihannya, saya merasa ditelanjangi. Kecuali, jika dia adalah sosok yang humble (rendah hati). Maka, saya semangat untuk bertemu agar berbagai ilmu. 

      "Dinas di mana Cas; pakai apa ke sini; mobilnya parkir di mana" merupakan beberapa pertanyaan yang membuat saya mengernyitkan dahi. Bagi yang sudah kenal lama dengan saya, maka saya akan menjawabnya dengan guyonan. Tetapi, ketika baru saja bertemu, maka pertanyaan itu seperti menampar pipiku. 

        Saya jadi teringat pertanyaan teman saya, "Cas, jadi manager berkali-kali kok gak punya mobil". Sebuah pertanyaan njlimet yang butuh perenungan tinggi. Saya pun jawab sekenanya saja. "ya, saya tidak mau banyak riba".  

       Kalau saya mau nakal, saya bisa memanfaatkan fasilitas kantor seenaknya, saat posisi saya sedang di atas angin. Tetapi, saya hanya ingin berusaha jujur dalam sebuah pekerjaan. Saya tidak mau mengambil uang sepeserpun atau fasilitas apapun yang bukan hak saya. Meskipun, menjadi kewenangan saya. Mendingan, saya hidup apa adanya. bagi saya hidup itu bukan gengsi, tetapi menggunakan hati. 

       Ketika orang memahami karakter saya apa adanya, maka mereka akan membina hubungan sampai kapan pun. Dan, hubungan itu akan saya bawa sampai mati. Namun, tidak sedikit yang perlahan menjauh, karena "mungkin" saya bukan level mereka. Saya bagai langit yang mengalirkan petir bagi mereka. Dan, mereka mulai menjauh. Dan, hubungan itu bagai sunset di senja hari.


           Oleh sebab itu, jadilah langit, jangan menjadi sunset. 
     

Post a Comment for "Jadilah Langit, Jangan Menjadi Sunset"