Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Pengalaman Mistis di Hutan Baluran


Jalan Hutan Baluran yang mempunyai aura mistis saat malam hari (Sumber : dokumen pribadi)




      Anda pernah bertemu pengalaman mistis saat melakukan perjalanan dengan sepeda motor? Ada yang menyenangkan, ada juga yang menakutkan. Tetapi, pengalaman mistis mayoritas berbau hal yang menakutkan. Saya pernah mengalami kejadian mistis di Jalan Hutan Baluran, perbatasan Kabupaten Banyuwangi dan Kabupaten Situbondo Jawa Timur. Sebenarnya, kejadian ini terjadi di bulan Agustus 2018 lalu. Namun, kejadian mistis yang membuat bulu kuduk merinding akan tetap terkenang seumur hidup saya.


Malam Jumat Kliwon

      Tidak semua orang hepi melakukan perjalanan malam hari melalui jalar darat. Apalagi, dengan menggunakan sepeda motor. Bukan hanya dampak ngantuk yang akan terjadi. Tetapi, rasa lelah yang bisa datang tiba-tiba. Hal ini  bisa berakibat fatal jika tetap mengendarai sepeda motor yaitu kecelakaan lalu lintas.

        Lebih dari 10 kali, saya pernah melakukan perjalanan darat dengan sepeda motor bebek kapasitas 125CC. Jarak tempuh pun tidak tanggung-tanggung. Yaitu, Denpasar Bali menuju Ngawi Jawa Timur. Bahkan, sekali melakukan perjalanan nonstop Denpassar Bali menuju Brebes Jawa Tengah. Jujur, setiap perjalanan panjang tersebut, pengalaman mistis sudah biasa. Namun, pengalaman mistis yang membuat terkenang seumur hidup adalah perjalanan Denpasar Bali menuju Ngawi Jawa Timur di bulan Agustus 2018 lalu.

     Bermaksud untuk menghadiri pernikahan keponakan, saya mempunyai tekad melakukan perjalanan agar sampai di Ngawi saat menjelang dhuhur. Oleh sebab itu, saya berangkat dari Denpasar Bali menjelang sehabis sholat dhuhur. Bahkan, saya menyempatkan istirahat sebentar di Masjid Kota Tabanan Bali. Sungguh, saya tidak merasa bahwa perjalanan saya akan melewati malam Jumat Kliwon. Yang menurut banyak orang adalah saat-saat malam yang penuh mistis.

       Sampai di penyeberangan pelabuhan Gilimanuk - Ketapang Banyuwangi menjelang maghrib. Saya menyempatkan diri untuk sholat Isya di Masjid langganan istirahat yang dekat dengan terminal Ketapang Banyuwangi. Setelah sholat, meskipun semua roda sepeda motor telah diisi angin yang cukup. Tetapi, baru kali ini saya seperti tidak percaya diri dengan kondisi angin yang terkandung di ban sepeda motor. Saya beberapa kali mengecek sambil memencet dengan tangan. Dan, kondisi angin ban normal-normal saja. Saya berpikir bahwa kondisi ban harus tetap stabil ketika melewati Hutan Baluran.

     Bagi anda yang suka motoran, maka melewati hutan Baluran bukanlah hal yang menarik. Mengapa? Jalan raya sepanjang kurang lebih 24 km tersebut mempunyai kontur jalan yang berkelok-kelok. Bukan itu saja, jalan raya sering mempunyai lubang yang besar, setiap saat bisa mencelakai pengguna jalan. Apalagi, suasana yang gelap gulita dan hujan deras, maka pengalaman melewati hutan Baluran akan menjadi kenangan indah dalam hidup anda.

        Hutan Baluran yang di samping kanan dan kirinya tumbuh pohon jati akan semakin menggenjot adrenalin anda. Ketika anda melewatinya malam hari, sendirian, tanpa ada mobil lain yang lewat dari depan atau belakang. Apalagi, saat hujan turun dengan deras dan jalan banyak yang berlubang. Modalnya hanya satu, waspada dan banyak berdoa. 

     Saya memasuki hujan Baluran pukul 11 malam. Jalan penuh lubang karena sering dilewati kendaraan monster ala truk gandeng, tronton atau bus malam. Ritual yang selalu saya lakukan menjelang memasuki hutan baluran adalan mengecek kondisi BBM. Setelah dirasa cukup, maka saya akan melihat speedometer, di angka berapakah saya mulai memasuki kawasan yang membuat bulu  kuduk merinding. Karena, dengan melihat angka di speedometer, maka saya tahu berapa kilometer lagi yang akan saya tempuh di depan.    

      Perjalanan benar benar sepi karena belum ada kendaraan yang lewat dari depan atau dari belakang. Menjelang 10 km lagi melewati track yang membuat degup jantung berdetak ini, saya melihat dua truk tronton yang dikuntit oleh 2 bus malam. Setelahnya, 2 bus malam tersebut menyalip kencang. Setelah itu, saya pun berusaha menyalip dua kendaraan tersebut. Kurang lebih 2 km dari jarak dua truk yang jaraknya semakin menjauh. Dan, suasana semakin gelap, pandangan saya sungguh dikagetkan dengan keberadaan seorang nenek yang menyeberang jalan di kegelapan malam. 

        Saya benar-benar kaget, saya pikir positif saja. Meskipun, nenek itu langsung hilang ditelan angin malam. Anda pasti tahu apa yang saya maksud, bukan? Tanpa terasa, saya melewati sebuah lubang  yang membuat ban depan sepeda motor saya meledak tiba-tiba. Ya, saya mengalami pecah ban. Antara sadar dan tidak, saya kehilangan keseimbangan. Saya seketika mengucapkan "Allahu Akbar" beberapa kali. Sudah pasrah apa yang terjadi. Namun, saya berusaha untuk mengerem sebisanya. Istri saya yang ada di belakang teriak beberapa kali. 

        Saat sepeda motor mulai oleng ke kiri menuju jurang batu, pikiran saya cuma satu, "Ya Allah, mohon hentikan sepeda motor saya". Dan, persis menjelang tepi jurang batu, sepeda motor itu berhenti. Kami sujud syukur karena terlepas dari marabahaya. Meskipun, tugas berat lagi ada di depan mata. Kami, harus mendorong motor kurang lebih 9 km untuk sampai di pemukiman warga.     

Perkampungan Gaib

         Kini, tugas berat harus dilakukan. Mendorong motor di kegelapan malam. Jika, pecah ban bagian belakang, mungkin tugas tidak begitu berat. Tetapi, pecah ban depan sungguh menguras energi. Melewati jalan berkelok dan turun naik, kami harus beradu dengan dinginnya angin di kegelapan malam. 

       Di saat saya sedang mendorong motor, saya pun dikagetkan suara orang yang mengendarai sepeda motor tanpa lampu. "Nyapo mas? bane bocaor ya. Wis, mesakno bojomu mlaku keselen. Melu aku ae, mengko awakmu ndorong motor tekan tukang tambal ban" (Kenapa mas? bannya bocor ya. Sudah, kasihan istrimu jalan kecapaian. Ikut saya saja, nanti kamu jalan dorong motor sampai ada tukang tambal ban). Sungguh, saya kaget sekali, karena orang tersebut misterius, entah datang dari mana. Saya pun menolak halus, "matur suwun pak. Kulo mlampah mawon" (terima kasih pak, saya jalan saja).

         Sehabis saya tolak ajakan tersebut, suara sepeda motor yang tak berlampu itu mendadak hilang di kegelapan malam, Bulu kuduk saya makin merinding. Tettapi, demi membawa motor hingga tukang tambal ban, rasa takut saya hilangkan jauh-jauh. Menjelang 2 km di perbatasan jalan hutan Baluran, saya sudah kecapaian. Badan seperti mau pingsan. Otot-otot kaki menegang. Bahkan, sekujur tubuh serasa habis sauna. Meski, jaket pelindung rangkap dua, tetapi basahnya keringat mampu menembus jaket bagian luar.  

         Bukan hanya itu, karena rasa ingin buang air kecil yang tak tertahankan, maka saya pun berusaha untuk istirahat kembali. Di dekat pohon jati yang besar saya buru-buru untuk buang air besar. Sebanarnya, istri sudah mengingatkan agar saya tidak sembarangan untuk buang air. Tetapi, rasa sakit menahan air kencing, maka larangan istri saya tak digubris.

        Perlu diketahui bahwa saya selalu meminta ijin ketika saya mau buang air kencing di perjalanan. "Mbah, nyuwun sewu mbah, Putumu bade ganggu panjenengan. Numpang kencing sekedap nggih". (Mbah, minta maaf mbah. Cucumu mau ganggu anda sebentar. Numpang buang air kecil ya). Di lanjut dengan ucapan basmallah dalam hati agar tidak ada kejadian yang tak di luar dugaan.

        Jarak saya buang air kecil dengan istri saya kurang lebih 20 meter. Pengalaman mistis lagi yang saya alami adalah saya melihat seperti ada perkampungan yang banyak orang. Padahal, di sekitarnya benar-benar gelap. Mustahil, jika di dalam hutan banyak orang lalu-lalang di kegelapan malam. Sambil menyebut Subahanallah dan La khaula wal quwwata illa billah berkali-kali, saya bergegas menuju istri saya yang sedang menunggu.    

        Saya pun bertanya sama istri saya. "Ma, sekarang jam berapa?". Istri saya pun menjawab setelah melihat jam di smartphonenya. "Pa, tahu nggak. Sekarang tepat jam 12 malam. Dan, ini malam Jumat Kliwon". Saya pun langsung merinding, dan mendorong sepeda motor kembali. "Nanti, saya ceritain kalau sudah istirahat ketemu tukang tambal ban".

        Istri saya penasaran, "emangnya ada apa pak". Ketika bertemu tukang tambal ban menjelang pukul 2 malam hari. Basahnya tubuh sudah tiada terkira. Mencari tukang tambal ban sebuah kejadian yang langka. Semua tutup, bahkan saya disuruh ke rumahnya untuk ketok pintu. Namun, hal itu tidak mungkin saya lakukan. Tiga kali pangkalan tukang tambal ban saya datangi, semuanya tutup. Sebuah keajaiban pun muncul. Ketika, kaki lemas hendak pingsan. Saya melihat tukang tambal ban yang sudah tutup. Tetapi, sang pemilik tertidur di bengekelnya.

     Saya memaksa untuk membangunkannya. Bak, malaikat penolong, beliau langsung sigap membongkar roda depan saya. Ternyata, ban bocor sepanjang 20 cm. Sebagai manusia biasa, saya berkata dalam hati, "semoga tidak diketok harga". Doa saya pun terkabulkan. Seharusnya, saya disuruh beli ban dalam lagi, tetapi beliau ternyata membantu dengan mengganti ban dalam bekas. Takjub, saya hanya ditarik bayaran 5 ribu rupiah. Tak henti-hentinya saya bersyukur dalam hati. Saya salami bapak tukang tambal ban. Lucunya, sehabis membantu saya, sang tukang tambal ban mendadak tidur lagi. Saya pun pamit pergi.

       Setelah berjalan beberapa kilometer, saya berusaha berhenti kembali. Karena, istri saya penasaran apa yang saya janjikan. Di sebuah warung kosong pinggir jalan, saya berkata pada istri saya, "Ma, tahu gak waktu saya kencing di hutan Baluran. Saya melihat perkampungan ramai". Mendadak istri saya terucap, "Ya Allah pa. Untung, tidak terbawa ke alam mereka". 

        Dalam perjalanan menuju Ngawi Jawa Timur tersebut, benar-benar membuat saya mendadak cepat lelah. Saya pun memaksa untuk beristirahat dan sholat subuh di sebuah masjid tempat langganan saya. Masjid yang terletak di dekat Kota Situbondo, hingga pukul 8 pagi. Benar-benar lelah. Bukan hanya karena semalam mendorong sepeda motor. Tetapi, pengalaman mistis yang menakutkan. Semoga menjadi pelajaran berharga. 

Salam Satu Aspal! 

Post a Comment for "Pengalaman Mistis di Hutan Baluran"