Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Ramadhan Dalam Keprihatinan

Marhaban Ya Ramadhan Dalam Keprihatinan (Sumber : dialeksis.com)






             Marhaban Yaa Ramadhan. Selamat datang bulan yang Mulia. Bulan yang Penuh Keagungan. Setelah mencermati Sidang Isbath yang dilakukan oleh Kementerian Agama RI. Maka, Insya Allah, seluruh umat Islam akan mulai melaksanakan ibadah puasa Ramadhan mulai Hari Jumat tanggal 24 April 2020 besok. 

           Bulan Ramadhan 1441 H ini akan menjadi sejarah. Di mana, bulan Ramadhan yang dilakukan di era milenium. Dan, bulan Ramadhan Dalam Keprihatinan di tengah Pandemi VIrus Corona


Dilarang Mudik

            Seperti biasanya, menjelang bulan Ramadhan, umat Islam akan berziarah ke makan leluhur, keluarga, kerabat dan teman yang telah meninggal dunia. Bagi para perantau, maka mereka akan meluangkan waktunya untuk mudik tahap awal. Mereka akan bernostalgia dengan keluarga bersarnya. Namun, tujuan utamanya adalah berziarah. Agar, mereka selalu mengingat kematian. Juga, mendoakan secara langsung keluarga mereka di makamnya. Sehabis itu, mereka akan balik ke kota lagi. Melakukan puasa Ramadhan di kota (perantauan).

            Sayangnya, saat Pandemi Virus Corona, maka ritual ziarah kubur di makam keluarga yang sudah meninggal menjadi hal yang tidak boleh dilakukan. Mengapa? Pemerintah telah mengeluarkan kebijakan bahwa para perantau DILARANG MUDIK. Dengan tujuan utamanya, untuk menekan penyebaran virus Corona lebih luas. Bahkan, mulai tanggal 24 April 2020, Pemerintah akan menerapkan hukuman bagi perantau yang membandel untuk mudik.

             Mereka yang terpaksa atau bandel untuk mudik, setelah ada larangan mudik atas kebijakan Pemerintah. Maka, Pemerintah tidak akan segan-segan untuk mengembalikan mereka ke kota awal perjalanan. Bukan itu saja, di beberapa kota tujuan mudik telah disediakan Check Point untuk mengecek kondisi perantau secara ketat. Tidak ada ampun lagi, bagi mereka yang memaksa mudik, langsung akan ditetapkan sebagai ODP (Orang Dalam Pemantauan). Serta, akan melakukan isolasi selama 14 hari lamanya. 

             Menurut  Presiden RI Jokowi dalam laporan persnya di media televisi menyatakan bahwa ada sekitar 68% perantau yang tidak mudik. Kemudian ada 24% perantau yang memaksa mudik, serta ada 7% perantau yang terlanjur mudik. 

           Adanya larangan mudik tentu menghilangkan ritual umat Islam untuk ziarah kubur, yang telah dilakukan sejak dulu. Bukan itu saja, di saat Pandemi Virus Corona juga adanya larangan untuk berziarah. Karena, berpeluang besar menimbulkan kerumunan. Oleh sebab itu, bagi perantau yang tidak bisa pulang ke kampung halamannya, maka hanya mendoakan dari rumah, untuk keluarga yang sudah meninggal dunia. Sementara, bagi peziarah yang makam keluarganya di perkotaan, maka ritual ziarah kubur sangat dilarang.   


Ramadhan Di Rumah Saja

            Setelah adanya larangan mudik dan berziarah. Maka, umat Islam juga dilarang untuk melakukan sholat berjamaah dan Tarawih dan kegiatan Ramadhan lainnya. Dengan tidak adanya kegiatan tersebut, maka tidak memgurangi kekhusuan beribadah puasa. 

             Imam Besar Masjid Istiqlal, Prof. DR. Nasarudin Umar dalam pernyataannya di media televisi memberikan oase. Meskipun, pada dasarnya, umat Islam ingin menyambut bulan Ramadhan dengan suka cita. Namun, dengan adanya Pandemi Virus Corona, maka umat Islam dianjurkan untuk beribadah bulan Ramadhan di rumah saja. 

            Percayalah, doa-doa yang diucapkan dari umat yang beribadah akan diijabah oleh Allah SWT. Juga, dengan kekhusuan beribadah di bulan Ramadhan, maka tidak akan mengurangi nilai. Dibandingkan, dengan ibadah di bulan Ramadhan sebelumnya. Kita semua ingin merayakan bulan Ramadhan tahun 2020 dengan suka cita. Namun kita meski mematuhi kebijakan Protokol Kesehatan yang diterapkan oleh Pemerintah dan Majelis Ulama Indonesia (MUI). Hal ini dilakukan untuk kebaikan bersama. Agar, Pandemi Virus Corona cepat berakhir.

                 Kita menyadari bahwa Bulan Ramadhan tahun 2020 dilakukan dalam keprihatinan. Prihatin karena kita tidak bisa merayakan dengan suka cita, seperti bulan Ramadhan sebelumnya. Tetapi, kita priharin karena kita lebih peduli akan kesehatan bersama. Tiada gunanya kita merayakan Ramadhan dengan suka cita, tetapi menggadaikan kesehatan kita. Allah SWT Maha Mengetahui bahwa kita melakukan bulan Ramadhan dengan khusu dan ikhlas. Meski, dalam serba kekurangan. Namun, nilai Bulan Ramadhan akan tetap indah.

Selamat menunaikan bulan puasa di bulan Ramadhan. 

Post a Comment for "Ramadhan Dalam Keprihatinan"