Demi Konten Video, Jelajah 130 km Bali Utara
Salah satu kondisi di Kawasan Kubu Karangasem Bali. Hujan mulai jarang turun. Dan, tumbuhan yang bertahan didominasi oleh pohon palem (Sumber: dokumen pribadi)
Kemarin (19 November 2020), saya
tergelitik untuk menjelajah Bali Utara kembali. Rasa ingin itu mendadak muncul.
Dan, mengajak “mantan pacar” untuk meluncur ke Bali Utara. Tepatnya di Kawasan Tianyar
Kubu Karangasem Bali.
Niat pertama “sih” hanya sekedar
untuk jalan-jalan. Namun, pada perjalanannya, justru mempunyai keinginan untuk
membuat konten video yang unik.
Pukul 9 pagi, kami meluncur ke
Tianyar dari Denpasar. Perjalanan yang membutuhkan waktu kurang lebih 3,5 jam.
Kami harus melewati Kota Karangasem, Culik dan Tianyar. Jarak perjalanan kurang
lebih 130 km. Sama jaraknya antara Denpasar hingga Gilimanuk.
Perjalanan antara Abang hingga
Tianyar memberikan pesona yang berbeda. Karena, kondisi cuaca sedang berkurang
curah hujannya. Dan, kondisi Kawasan tersebut mulai botak. Karena,
rumpur-rumput yang tinggi mulai berguguran. Yang ada hanyalah pohon palem yang
menjulang tinggi.
Sungai-sungai pun mulai mongering. Tak ada air setetes pun. Yang terlihat hanyalah sungai kering yang berbatu dengan latar belakang Gunung Agung yang berawan.
Kondisi sungai yang kering berlatar belakang Gunung Agung di Kawasan Kubu Karangasem (Sumber: dokumen pribadi)
Sepanjang perjalanan, kami
melihat perbukitan yang gundul dan dipenuhi dengan bebatuan besar. Rasa panas
pun menyengat, karena aura hijau telah menghilang. Bahkan, sepanjang perjalanan
juga harus berjuang dengan debu-debu jalanan yang ganas.
Pantai
Tianyar
Sebenarnya, kami hendak singgah
untuk meihat kondisi terkini dari kawasan Munti Gunung yang pernah saya tulis
di blog ini. Namun, karena kami sudah memutuskan untuk membuat konten yang
mengandung unsur air. Maka, kami melupakan masalah Munti Gunung.
Kami pun berbelok di kawasan pantai
Tianyar yang dipenuhi dengan gundukan pasir untuk berbagai proyek. Tidak jauh
dari gundukan pair tersebut, terdapat banyak perahu nelayan yang tertambat.
Tiduran santai di salah satu perahu di Pantai Tianyar Kubu Karangasem (Sumber: dokumen pribadi)
Jujur, pantainya sangat bersih.
Mengapa? Karena, pantai Tianyar Kubu Karangasem justru dipenuhi dengan bebatuan
kecil. Airnya sangat bening. Dalam hati, saya ingin mandi dan bermain dengan
air pantai tersebut. Namun, “mantan pacar” mengingatkan bahwa nanti mandi bilasnya
di mana?
Akhirnya, di Pantai Tianyar
inilah, saya memulai membuat konten yang mengandung unsur air atau pantai
bertema ‘Jumper Three Beaches” (Pelompat 3 pantai).
Yang menarik di Pantai Tianyar
ini adalah banyaknya Jambu Mete atau Jambu Monyet yang telah matang. Dan,
buahnya yang merah berjatuhan. Sangat menggoda saya untuk mencicipinya. Namun, sekali
lagi “mantan pacar” mencegahnya.
“Pa, jangan dimakan, gatel nanti”
cegahnya.
“Masa sih? Emang mama pernah nyoba?” tanyaku
penasaran.
“Pernah. Dulu” jawabnya enteng.
Kami pun mengambil beberapa
jepretan konten di Pantai Tianyar ini. Percaya atau tidak, lokasi ini menjadi
lokasi napak tilas atau balas dendam sang “mantan pacar”. Karena, kurang lebih setahun
yang lalu (sebelum Pandemi), kami berniat istirahat di sini. Sambil menikmati
indahnya pantai.
Dan, menikmati kuliner yang kami
bawa dari rumah. Namun, karena kuliner yang kami bawa tumpah berserakan, maka acara
santai pun “bubar jalan”. Kami tidak jadi menikmati keindahan pantai yang kami
rencanakan sebelumnya.
Habis dari Pantai Tianyar, kami
pun meluncur arah pulang ke kawasan Pantai Tulamben. Yang arahnya kurang lebih
15 km. Seperti biasa, perjalanan makin ganas karena debu jalanan. Dan, sinar
matahari yang makin menyengat.
Pantai
Tulamben
Perlu diketahui bahwa Tulamben
menjadi kawasan favorit atau destinasi wisata idaman untuk menyelam di Bali. Kondisi
kawasan Tulamben tidak seperti biasanya. Di mana, kita bisa melihat wisatawan lokal
atau mancanegara yang lalu-lalang hendak menyelam.
Namun, sepanjang perjalanan, kami
melihat hanyalah jejeran usaha menyelam yang tutup. Hanya beberapa yang
terpaksa buka. Tidak dapat dipungkiri, Pandemi memang berdampak signifikan
terhadap usaha menyelam.
Kami pun berbelok di jalan kecil
yang menuju ke pantai. Jaraknya kurang lebih 200 meter. Dan, berhenti persis
berbatasan dengan pantai. Pantai Tulamben berpasir hitam. Namun, yang menarik
adalah spot pantai yang dipenuhi dengan bebatuan besar.
Jadi teringat dengan pantai yang
ada dalam Film Laskar Pelangi. Hanya besaran bebatuan di sini lebih kecil. Dan,
bisa menjadi spot yang sangat menarik di media sosial.
Di Pantai Tulamben inilah, saya
membuat konten video kedua untuk tema Jumper Three Beaches. Pantai yang
indah dan seperti di Pantai Tianyar. Di penuhi dengan bebatuan kecil. Jujur, di
Pantai Tulamben ini, nyali saya untuk mandi pantai semakin besar. Tetapi, niat
besar tersebut menjadi urung, jika memikirkan mandi bilasnya di mana?
Akhirnya, kami pun membuat
jepretan foto sepuasnya. Andai saja lokasi Pantai Tulamben dekat dengan tenpat tinggal
saya di Denpasar. Maka, tak akan bosan mandi pantai di sini. Swear
kewer-kewer.
Mencoba terbang di atas batu besar di kawasan Pantai Tulamben Karangasem (Sumber: dokumen pribadi)
Dari Pantai Tulamben, kami pun
memutuskan untuk meluncur arah pulang kembali. Saya memutuskan untuk membuat
konten video terakhir di Pantai Candidasa. Namun, karena kondisi tidak memungkinkan,
maka niat berhenti di Pantai Candidasa Karangasem pun dibatalkan.
Pantai
Pura Dalem
Kami pun meluncur arah pulang. Belum
ada keputusan yang tepat untuk membuat video ketiga bertema Jumper Three
Beaches. Setelah menempuh kurang lebih 90 km, tepatnya sebelum kota
Klungkung. Kami tergelitik untuk membelokkan sepeda motor di Pantai Pura Dalem.
Perjalanan untuk sampai ke Pantai
kurang lebih 500 meter. Ternyata, keputusan saya tidak salah. Jalan ke pantai
dipenuhi dengan tumbuhan hijau di kanan kirinya. Banyak orang yang melakukan jogging.
Sepertinya, jalan ke Pantai Pura Dalem menjadi tempat favorit untuk lari-lari.
Kawasan parkir yang luas membuat
kami leluassa untuk memarkir sepeda motornya. Kami pun harus melewati samping
Pura Dalem untuk sampai ke pantai. Ternyata, kondisi pantainya ramai banget.
Banyak masyarakat yang nongkrong sambil menunggu “sunset” tenggelam.
Menjelang sunset tenggelam di Kawasan Pantai Pura Dalem Klungkung (Sumber: dokumen pribadi)
Dan, saya membuat konten video
ketiga persis sunset mau tenggelam. Sebenarnya, saya mau berlama-lama di
Pantai Pura Dalem. Namun, saya harus melanjutkan perjalanan pulang. Waktu hampir
menjelang maghrib. Kami pun masih menempuh perjalanan kurang lebih 50 km untuk
sampai di tempat tinggal.
Itulah pengalaman “nekad” yang meski saya lakukan untuk membuat konten video yang saya posting di Instagram @casmudi.vb Pantai itu benar-benar diambil dalam radius ratusan kilometer. Andai saja kita bisa menjadi tokoh kayak film The Jumper. Asik ya. Hepi traveling, dan jelajah Bali. Jangan lupa jaga kesehatan ya.
Post a Comment for "Demi Konten Video, Jelajah 130 km Bali Utara"