Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Mimpi Didatangi Almarhum Nenek. Ada Apakah?

 

Mimpi didatangi almarhum nenek (Sumber: shutterstock)

 

“Dia berjalan pelan. Kaget, karena dialah nenekku yang puluhan tahun lalu telah meninggal dunia. Senyumnya khas, menghampiriku. Tanpa sungkan, tangan kanannya memegang tangan kiriku dan meremasnya. Tanpa terasa, matanya berkaca-kaca dan akhirnya meneteskan air mata”

 

 

Hal yang paling menarik adalah kisah kecil kita. Sepertinya, tidak akan pernah habis untuk mengisahkannya dalam puluhan lembaran kertas. Namun, mengisahkan sekelumit masa kecil selalu menjadi menarik perhatian, termasuk saya. 

Beberapa hari yang lalu, saya bermimpi beberapa kali didatangi Almarhum nenek saya. Sepertinya, saya tersadar dari mimpi. Dan, menyaksikan dengan jelas nenek saya yang sudah meninggal dunia kurang lebih 10 tahun lalu, mendatangi saya dengan senyumnya yang khas. 

“Koen ora balik?” (Kamu gak pulang?) katanya dalam mimpi.

Saya pun tak kuasa untuk menjawabnya dengan jujur dalam mimpi, “durung duwe nduwit wa” (belum punya uang nek) jawab saya dengan polos. 

Dalam mimpi, saya merasa bahwa saya sedang berada di kampung saya sendiri, Brebes. Padahal, kondisi saya sekarang sedang ada di Denpasar Bali. Saya merasakan bahwa saya berada di kampung, rumah saya sendiri. Dengan kondisi rumah sebelum dipugar, seperti kondisi rumah sekarang. 

Kondisi Rumah Dulu  

Dalam mimpi, saya merasakan betul kondisi rumah dulu. Rumah dulu yang masih berdindingkan bambu, yang dicat dengan kapur yang mulai berubah warna putih kecoklatan. Di sana-sini kapur mulai mengelupas. Dan, dinding pun tampak berlubang. Jadi, orang dari luar bisa mengintip kondisi di dalam rumah. Begitu juga dengan orang di dalam rumah, bisa mengintip kondisi di luar rumah. 

Saya masih teringat, di depan rumah terdapat satu pohon kelapa. Yang tingginya kurang lebih 30 meter. Di samping pohon kelapa, terdapat pohon keluwih, pohon yang seperti Nangka. Tetapi, buahnya dibuat untuk sayur. Di samping pohon keluwih tersebut terdapat satu pohon jambu. Yang tingginya kurang lebih 2 meter. Baik pohon keluwih dan pohon jambu sedang berbuah dengan lebatnya. 

Sebelah rumah justru ditanami 2 rumpun pohon pisang klutuk dan pisang gede. Batang pisang yang besar konon dipercaya sebagai tempat ngumpetnya “kuntilanak”. Sewaktu kecil, saya beberapa kali mendengar cekikikan kuntilanak dari pohon pisang tersebut. Percaya atau tidak bahwa pohon pisang tersebut selalu menjadi ajang “petak umpet”. 

Saat petak umpet itulah, sepertinya kuntilanak yang takut sama saya. Karena, dengan gagah berani, saya ngumpet di antara pohon pisang tersebut agar tidak ketahuan temannya. Setelah saya pindah dari pohon pisang tersebut, kuntilanak malah semakin hepi cekikikan. Walah, dasar kuntilanak jago kandang. Saat itu, semuanya serba gelap. Karena, penerangan hanya lampu teplok, sekitar tahun 80an. 

Dalam mimpinya, saya juga merasa kaget bahwa saya sendiri sudah berada di kampung sendiri. Namun, sang nenek justru menanyakan “kapan saya pulang ke Brebes”. Mungkin, kata orang Jawa, ini pertanda bahwa saya meski sowan ke makamnya. Jujur, saya pun tak berada atau ikut takziah, saat nenek saya meninggal dunia. Sosok nenek yang paling banyak diam. Tetapi, rajin bekerja sewaktu hidupnya. Saya pun berkirim “Al Fatihah” semoga dilapangkan kuburnya. Dan, diberikan tempat yang terbaik di sisi Allah SWT. 

Gendong 

Saya kangen, saat beliau mengantar jemput saya main ke rumahnya. Rumah saya dan rumah beliau jaraknya satu gang. Atau, sekitar 300 meter. Setiap sore menjelang maghrib, beliau akan main ke rumah saya. Sehabis maghrib, saya digendong ke rumahnya. Setelah menjelang jam 09 malam, saya pun digendong lagi untuk diantar pulang. Mungkin, sayalah cucu yang paling akrab dan disayang sang Almarhum nenek. 

Saya benar-benar mengalami masa kecil yang bahagia. Meski, bapak jarang di rumah, karena menjadi mandor di perkebunan bawang merah dan cabe orang lain. Di mana, pulangnya kadang seminggu atau sebulan sekali. Namun, kedekatan saya dengan nenek menjadi masa kecil makin berwarna. Pantas saja, jika kehadiran nenek dalam mimpi saya serasa nyata. Meski, mimpi adalah bunganya tidur. 

Namun, dengan kehadiran nenek dalam mimpi beberapa hari yang lalu. Justru membuat saya semakin kangen. Kangen ingin menyambangi makamnya. Insya Allah jika kondisi Covid-10 sudah mereda. Saya mempunyai tekad untuk pulang kampung ke Brebes. 

Kehadiran nenek juga membuat kita meski ingat akan kematian. Bahwa, “segala sesuatu yang bernyawa akan mengalami kematian”. Pertanyaannya, sudah siapkah kita akan hal tersebut. Karena, kematian akan datang kapan saja. Hanya bekal amal dan kebaikan yang bisa kita persiapkan untuk bekal yang Maha Panjang di akhirat nanti. 

Kehadiran nenek dalam mimpi juga semakin membuat kangen ingin berjumpa keluarga. Keinginan yang tertahan karena Pandemi Covid-19. Kita semua berharap agar Pandemi ini mereda secepatnya. Agar, masyarakat bisa beraktifitas secara normal seperti dulu. Mengapa? Karena kondisi New Normal membuat kegiatan masyarakat tetap memperhatikan Protokol Kesehatan (Prokes). 

Kehadiran nenek dengan wajah keriputnya sungguh bersahaja. Sebelum beliau meninggalkan saya, beliau sempat mengatakan sesuatu yang membuat saya bangun dari tidurnya. “Koen wis ora eling karo keluargane ning Brebes? (Kamu sudah gak ingat dengan keluarganya di Brebes?). Makjleb, kalimat pamungkas yang membuat saya meneteskan air mata saat bangun dari tidur. 

Mimpi beberapa hari bersama nenek terasa nyata. Banyak pesan yang tersirat dan menjadi renungan saya. Saya ingin menyambangi orang tua, jika kondisi Pandemi sudah reda. Menyempatkan diri ziarah ke makam nenek. Dan, tentu, saya ingin bernostalgia mengenang masa-masa kecil kembali.


“Nenekku yang sangat kusayangi, Surki Binti Muntaad (aka. Wa Tuwa Kembu). Maafkan cucumu, jika tak pernah bertandang ke pusaramu. Semoga dilapangkan kuburnya, dan ditempatkan di sisi Allah SWT. Semoga Allah SWT memberikan umur panjang pada cucumu ini. Insya Allah akan sowan di pusaramu. Terima kasih telah hadir dalam mimpiku untuk beberapa hari. Aku benar-benar kangen keluarga di Brebes. Aku ingin menyambanginya ..”  


Post a Comment for "Mimpi Didatangi Almarhum Nenek. Ada Apakah?"