Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Mistis, Pengalaman Nyata Mengangkat Harta Alam Gaib

 

Harta Alam Gaib (ilustrasi/dakwahsunnah.com)

 

 

Percayakah anda dengan keberadaan Harta Alam Gaib?

 

Pertanyaan di atas bersifat relatif. Maksudnya, ada yang percaya, tetapi ada yang tidak percaya sama sekali dengan keberadaan Harta Alam Gaib. Karena, hal yang gaib tidak bisa dibuktikan secara ilmiah (baca: fisik). Tetapi, jika anda pernah mengalami proses pengangkatan Harta Alam Gaib, maka persepsi anda akan berubah. Karena, dalam pandangan agama Islam sendiri menyatakan bahwa salah satu keimanan kita adalah Percaya dengan Hal yang Gaib.

Mungkin, semula opini saya sama dengan anda. Yang tidak percaya dengan keberadaan Harta Alam Gaib. Karena, membutuhkan pembuktian secara kongkret. Namun, ketika saya menyaksikan dengan “mata kepala” sendiri. Saya baru percaya bahwa keberadaan Harta Alam Gaib memang benar adanya. Hal itu, semata-mata karena kekuasaan Allah SWT.

 

JUMAT KLIWON

 

Pengalaman mistis tentang keberadaan Harta Alam Gaib, saya alami sendiri sekitar tahun 2004-2005. Sebenarnya, keterlibatan pengalaman saya dalam mengangkat Harta Alam Gaib terjadi SECARA TIDAK SENGAJA. Karena, saya bukanlah orang yang mempelajari ilmu kanuragan atau tenaga dalam. Seperti, yang terjadi dalam sinetron-sinetron mistis di televisi.

Kejadian bermula, ketika saya berbincang-bincang santai dengan tim saya dalam pekerjaan kantor. Sebut saja namanya Anwar (tidak nama sebenarnya). Memang, asik sekali ketika kita ngobrol hal-hal yang berbau mistis. Bikin merinding tetapi menyenangkan.

Berlanjut, si Anwar ini “nyeletuk” bahwa dekat rumahnya ada sebuah kolam atau empang. Di mana, di empang tersebut ada kejadian mistis yang pernah dialami beberapa temannya.

Sejatinya, empang tersebut dijadikan tempat untuk memancing. Suatu hari menjelang maghrib, temannya melihat dengan jelas “penampakan” kereta kencana emas yang dikendarai seorang wanita cantik berpakaian ala kerajaan sunda tempo dulu. Kereta kencana tersebut perlahan-lahan memasuki empang.

Kejadian aneh tersebut menjadi pembicaraan hangat di kalangan teman-teman Anwar. Akhirnya menjadi sebuah kesimpulan, bahwa di empang tersebut merupakan sumber Harta Alam Gaib kerajaan gaib tempo dulu.

Banyak orang yang berusaha untuk mengangkat Harta Alam Gaib. Dengan syarat, tidak diketahui publik agar tidak menjadi geger. Tentu, hal seperti ini sangat sulit dilakukan. Karena, membutuhkan orang yang mempunyai ilmu kanuragan tingkat tinggi. Akhirnya, hal mistis tersebut menjadi “kenangan yang tak terlupakan”.

Nah, pembicaraan Harta Alam Gaib Anwar menarik perhatian saya. Semula, saya terkesan biasa dengan keberadaan Harta Alam Gaib. Namun, karena informasi yang dikatakan Anwar bahwa  Harta Alam Gaib hingan berton-ton beratnya. Maka, pikiran saya pun terusik.

 

“Kalau benar info Harta Alam Gaib itu benar adanya, Coba, nanti saya cari info, siapa tahu di Ngawi ada orang yang bisa ngangkat” kata saya pada Anwar.

 

Gayung pun bersambut. Ketika, saya pulang ke Ngawi dari kantor saya di Purwakarta. Saya mendapatkan informasi tentang sosok orang (paranormal) yang bisa mengangkat Harta Alam Gaib dari jarak jauh. Ternyata, sosok paranormal itu tidak jauh dari tempat tinggal saya. Sebut saja namanya Mas Agus (bukan nama sebenarnya). Orangnya masih muda, pemimpin dari sebuah perguruan pencak silat dan tenaga dalam.

Ada syarat penting untuk mengangkat Harta Alam Gaib tersebut. Pertama, dibutuhkan tanah tempat Harta Alam Gaib berada. Saya dan Anwar pun bolak-balik Ngawi-Purwakarta untuk memenuhi syarat tanah liat tersebut. Saya ambil dua genggam tanah liat di pinggir empang tersebut. Dan, membungkusnya dalam kain putih ketika malam gelap. Dan, aura mistis pun menghinggapi badan.

Kedua, dibutuhkan bunga Pudak yang sudah mekar. Syarat kedua inilah yang membuat saya ketar-ketir. Karena, saya tidak tahu tempat dan wujudnya. Namun, kami diberi tahu paranormal Mas Agus akan bentuk dan tempatnya. Ternyata, bunga Pudak itu harus yang sudah mekar. Dan, bisa diperoleh di kawasan lereng Gunung Lawu. Ladalah!

Sehabis subuh, saya dan Anwar meluncur ke lereng Gunung Lawu. Jarak dengan tempat tinggal saya kurang lebih 80 km. Sesampainya di arah menanjak ke lereng Gunung Lawu. Kami kebingungan, mau mencari dari arah mana. Kami pun mencari secara random hingga memasuki hutan yang tidak pernah saya pikirkan. Jujur, rasa takut, merinding, mistis hilang seketika. Pikiran kami hanya satu, mendapatkan bunga Pudak yang sedang mekar.

Hingga menjelang maghrib, kami menemukan “yang menurut saya” bunga Pudak. Namun, kondisinya masih kuncup. Tanpa banyak kata, kami memotong 2 buah bunga Pudak tersebut. Dan, membawanya pulang. Di perjalanan, kami bertemu dengan kakek-kakek yang entah datang dari mana. Kami sempat berbincang-bincang sebentar. Inti pembicaraannya adalah kami perlu hati-hati karena kawasan ini sangat wingit (angker). Kami lupakan rasa takut. Tidak ada pikiran negatif sama sekali.  

Ketiga, keperluan wewangi-wangian. Dan, keperluan ini kami beli sendiri. Saya tak pernah memikirkan berapa pengeluaran kami. Terpenting, kami bisa membuktikan bahwa Harta Alam Gaib memang benar-benar ada. Akhirnya, di suatu malam Jumat Kliwon, ritual mengangkat Harta Alam Gaib dilakukan di tempat Mas Agus.

Kami menunggu hampir 3 jam, dari pukul 9 hingga pukul 12 malam. Mas Agus melakukan ritual dalam ruangan khusus dan gelap. Kamar itu berbatasan dengan ruang tunggu kami. Samar-samar, kami mendengar beberapa benda jatuh ke lantai. Saya benar-benar tidak tahu apa yang terjadi. Setelah ritual mengangkat Harta Alam Gaib selesai. Mas Agus berkata kepada kami.

 

“Mas Cas. Harta gaib di tempat ini banyak sekali. Ada berpeti-peti. Tetapi, kami baru bisa mengambil segini. Mungkin, jumat depan kita coba ambil kembali. Namun, ada satu permintaan mas dari sang penunggu harta gaib tersebut. Nanti, kalau sukses, jangan lupa buka usaha bahan bangunan dan bangun masjid” pesan Mas Agus.

 

Kami melihat dua lempengan emas yang masing-masing beratnya 1kg. Serta, emas berbentuk seperti jengkol dan sebuah emas berwujud ukiran tokoh Semar. Kami terperangah dengan kenyataan tersebut. Percaya atau tidak, saya pun masih antara percaya atau tidak. Jangan-jangan, ini hanya tipu-tipu sang paranormal.

Sebelum kami pergi, kami berterima kasih pada Mas Agus. Anehnya, Mas Agus tidak minta jasa apapun dalam proses ritual tersebut. Untuk meyakinkan bahwa ritual tersebut, maka saya memohon kepada Mas Agus. Agar, berkenan untuk melakukan ritual mengangkat Harta Alam Gaib di tempat tinggal saya pada hari Jumat selanjutnya. Alhamdulillah, ia pun menyanggupinya.

 

TUMBAL

 

Proses mengangkat Harta Alam Gaib yang kedua makin seru. Kami persiapkan semua syarat-syaratnya. Dan, saya siapkan kamar tidur saya yang berada paling belakang rumah. Untuk melakukan ritual mengangkat Harta Alam Gaib. Saya perhatikan baik-baik kedatangan Mas Agus ke rumah saya. Pikiran saya timbul seketika, “jangan-jangan dia bawa harta yang akan diangkat dari rumah”.

Saya melihatnya aman-aman saja. Jika dia hendak mengelabui saya, pasti barang tersebut akan terlihat di dalam baju atau celananya. Apalagi, saat dia datang terlihat santai dan tidak membawa apa-apa. Berarti jujur apa adanya dia, pikir saya. Maafkan Mas Agus, jika saya berpikir “parno” terhadap anda.

Ritual pengangkatan Harta Alam Gaib menjadi perhatian khusus keluarga besar kami. Uniknya, bapak mertua yang hendak berangkat ke proyek Kalimantan pun ditunda. Beliau penasaran dengan adanya mengangkat Harta Alam Gaib. Kami (saya dan Anwar) beserta keluarga besar kami menunggu dengan rasa penasaran. Apakah, benar Harta Alam Gaib bisa diambil dari tempat tinggal saya. Kami menunggu kurang lebih 2 jam untuk memastikan hasil proses tersebut.

Mas Agus keluar dari kamar tidur saya. Dengan membawa sehelai kain putih yang telah kami siapkan sebelumnya. Namun, isi dari kain putih tersebut tampak berat dan membentuk bungkusan besar. Kami dan keluarga besar pun melihat dengan nyata beberapa Harta Alam Gaib di atas meja tamu. Kurang lebih 10 batang emas yang beratnya @1 kg. 5 batang emas yang beratnya @0,5 kg. 3 gelang emas yang beratnya @200 gram. 2 buah kepingan emas putih yang beratnya @300 gram.

 

Mas, harta gaib ini belum murni. Belum bisa dijual. Menunggu qodamnya hilang, Perlu disucikan dulu. Jangan sampai disentuh dengan tangan ya” pesan Mas Anwar.

“Jadi, belum bisa dijual ya mas?” tanya Anwar.

“Belum bisa. Nanti saya infokan selanjutnya jumat depan” jawab Mas Agus.

 

Sepulangnya Mas Agus, keluarga besar kami heboh. Semula mereka tidak percaya, akhirnya percaya. Bahwa, Harta Alam Gaib memang benar-benar ada.

Dan, Anwar pun dengan penasaran ingin membuktikan kondisi emas tersebut, apakah bisa dijual atau tidak di toko emas. Akhirnya, keesokan harinya, kami mengambil satu batang emas 1 kg. Dan, berusaha menjualnya di beberapa toko emas di pusat kota Madiun. Respon pemilik emas beragam, rerata mereka bingung, Kami pun memutuskan kembali ke rumah. Dan, menaruh emas batangan tersebut dalam satu bungkusan bersama emas lainnya.

Sebelum malam jumat ketiga, kami memberanikan diri untuk bertamu ke rumahnya Mas Agus. Kami mengutarakan masalah kondisi emas batangan yang tidak bisa dijual, dan membuat bingung para penjual emas.

 

“Mas, emas gaib tersebut harus disucikan dulu, baru bisa dijual. Saya punya teman yang bisa sucikan emas ini. Kalau gak salah tinggalnya di daerah Magetan” jawab Mas Agus.

 

Minggu ketiga, kami mengundang Mas Agus kembali ke tempat tinggal saya. Seperti biasa, semua persyaratan ritual mengangkat Harta Alam Gaib kami persiapkan. Namun, malam Jumat kali ini sungguh berbeda. Setelah menunggu kurang lebih 2 jam, Mas Agus tidak bisa mendapatkan apa-apa.

Justru, memberikan informasi yang mengejutkan. Dia ngobrol sama saya secara empat mata. Karena, kebetulan Anwar pulang dulu ke Purwakarta.

 

“Mas, saya dapat pesan dari penunggu harta gaib. Bahwa, syarat agar Harta Alam Gaib bisa diuangkan dengan cara menyiapkan seekor kambing warna hitam kelam. Penunggu juga berpesan kepada saya bahwa mas-nya harus menyayangi betul-betul anaknya. Semua permintaannya diusahakan dituruti” pesan Mas Agus.

“Jadi harus ada semacam tumbal gitu mas?” jawab saya penasaran.

“Semacam permintaan mas. Itu pesan mbahnya” jawab Mas Agus meyakinkan.

 

Sepulang Mas Agus, saya merenungi kalimat tersebut. Dan, memberikan kesimpulan bahwa Harta Alam Gaib tersebut membutuhkan tumbal. Seperti, apa yang terjadi dalam proses pesugihan. Pikiran saya pun langsung kuat, bahwa saya tidak akan melanjutkan masalah ritual mengangkat dan pemurnian Harta Alam Gaib tersebut. Takut terjadi apa-apa.

Saya menginformasikan kepada Anwar yang masih di Purwakarta. Bahwa, tidak perlu lagi melanjutkan proses pengangkatan Harta Alam Gaib. Atau, proses pemurnian Harta Alam Gaib yang sudah diperoleh. Karena, kelanjutannya semakin berbahaya laksana ritual pesugihan. Anwar pun berpesan agar Harta Alam Gaib dismpan saja sebagai kenang-kenangan.

Namun, sejak saya menyimpan Harta Alam Gaib dalam lemari. Saya mengalami kejadian aneh tak terduga. Saya beberapa kali menemukan keberadaan ular di dalam rumah. Yang mengerikan adalah ketika saya sedang tidur siang bersama anak saya yang masih kecil. Saya melihat ular datang seketika dari jendela kaca.

Saya kaget dan membopong anak saya yang masih tidur. Sejak saat itu, saya menulis doa-doa pengusir ular di dinding kamar saya. Lambat laun pengalaman mistis itu hilang.

Apalagi, sejak Harta Alam Gaib diminta saudara saya di Brebes. Saudara saya tersebut yakin bahwa Harta Alam Gaib bisa disucikan. Dan, dijadikan uang. Informasi kelanjutannya, saya tidak tahu sama sekali. Karena, saya tidak mau lagi terlibat dalam hal-hal mistis tersebut. Biarlah pengalaman nyata mengangkat  Harta Alam Gaib menjadi bumbu-bumbu perjalanan hidup.

Untuk mendapatkan informasi tentang pengalaman saya selanjutnya lebih lengkap. Brosis, bisa melihat video saya secara berseri di kanal Youtube saya di beberapa link berikut.

 

 

Mengangkat Harta Alam Gaib

 

 

Mengangkat Harta Alam Gaib (Part 2)

 

 

Mengangkat Harta Alam Gaib (Part 3)

 

 

Mengangkat Harta Alam Gaib (Part 4)

 

 

Mengangkat Harta Alam Gaib (Part 5)


Post a Comment for "Mistis, Pengalaman Nyata Mengangkat Harta Alam Gaib"