7 TEMPAT MENARIK DI MASA KECIL YANG SULIT TERLUPAKAN
7 Tempat menarik masa kecil yang
sulit terlupakan (Sumber google maps/screenshot)
Setiap
orang pasti mempunyai kenangan masa kecil. Meskipun, anda menjadi orang sukses
dan mempunyai jabatan yang tinggi. Bahkan, mampu melanglang buana atau hidup di
luar negeri hingga puluhan tahun. Tetapi, percayalah bahwa tempat-tempat yang menarik anda di masa kecil tidak akan mudah dilupakan.
Seperti
anda, saya pun mempunyai beberapa tempat menarik yang tidak akan saya lupakan
saat merenda kenangan masa kecil. Tempat-tempat tersebut bahkan selalu menjadi
pengingat saat dunia digital makin berkembang. Dan, usia kita makin bertambah
dewasa.
Sejatinya,
banyak tempat menarik di hati saya. Namun, setidaknya ada 7 tempat menarik yang
membuat saya senyum dan ketawa sendiri, saat mengingat kenangan tersebut.
Berikut, 7 tempat menarik di masa kecil versi saya.
RUMAH KELUARGA
Percayalah,
siapapun anda tidak akan pernah melupakan rumah, sebagai tempat di mana anda dilahirkan. Apalagi, rumah
tersebut kini menjadi rumah keluarga dan berubah wajahnya. Rumah yang akan
selalu dikenang seumur hidup. Tentu, ketika anda singgah ke rumah masa kecil, anda
seperti merangkai kenangan lama yang sulit untuk dilupakan.
Rumah
keluarga tempat masa kecil saya dulu, bermula dari rumah gedek atau
rumah yang berdinding bambu. Dan, dicat kapur warna putih. Secara berkala, biasanya
setahun sekali, bapak bersama saudara atau saya sendiri ikut membantu mengecat
dinding rumah dengan kapur tersebut.
Yang
selalu menjadi kenangan indah adalah bagian pojok halaman depan sebelah kiri,
dulu terdapat pohon jambu. Saya selalu gembira saat buah jambu tersebut mulai
berbunga. Seperti anak kecil yang baru mendapatkan mainan baru. Maka, setiap
hari saya memantau buah tersebut. Gila ya!
Sebelah
kanan pohon jambu tersebut, tumbuh satu pohon kelapa. Percaya atau tidak, pohon
kelapa yang tumbuhnya hingga 30 meter lebih tersebut, menjadi pemasukan ekonomi
keluarga. Seringkali, bapak menjual kelapa dan ibu membuat minyak kelapa
sendiri.
Saya
sempat meneteskan air mata, saat pohon kelapa tersebut ditebang sekitar tahun
90-an (mendekati tahun millennium). Ketika, rumah lama yang berdinding bambu
mengalami pemugaran. Karena, di pohon kelapa tersebut, saya belajar memanjat. Meskipun,
tidak selihai saudara yang memanjatnya bagai kera. Lincah sekali.
Dan,
sebelah kanan dan kiri pintu masuk halaman rumah, saya teringat sekali sebagai tempat
tumbuhnya jambu air Bangkok yang warnanya merah menyala. Sungguh, dulunya, bibit
jambu tersebut ditanam oleh Kepala Desa. Selanjutnya, sepupu saya yang rumahnya
di samping saya, menanamnya hingga buahnya bikin ngiler. Karena, saking
lebatnya dan berwarna merah menyala. Rasanya pun manis menggoda selera.
Saya
sendiri bela-belain mencangkok jambu elegan di saudara saya tersebut. Selanjutnya,
menanam cangkokan jambu tersebut di sebelah kanan dan kiri pintu masuk halaman rumah.
Saya lupa kapan jambu tersebut ditebang. Mungkin, di saat saya mulai merantau
menjelajah Jawa, Lombok dan Bali di awal tahun milenium. Pohon jambu tersebut
sungguh lebat. Hingga ranting dan daunnya menjangkau atas genting rumah.
Rumah keluarga saat masa kecil (Sumber google maps/screenshot)
MASJID TEMPAT MENGAJI
Tempat
menarik di masa kecil lainnya yang sulit terlupakan adalah masjd. Lokasi masjid
di pinggir jalan raya. Jarak masjid ke rumah saya kurang lebih 500 meter. Jadi,
kalau mau ke masjid cukup jalan kaki. Bukan karena ogah naik sepeda
motor atau sepeda. Tetapi, kedua jenis kendaraan tersebut belum memilikinya. Apalagi,
buat saya sebagai anak kecil.
Saya
justru memiliki sepeda sendiri, ketika menginjak duduk di kelas 3 SMP, tahun
91-92. Itu pun sepeda bekas yang belinya seharga Rp25 ribu. Uangnya pun didapat
dari pinjam tukang kredit harian.
Seperti
anak kecil lainnya, maka sehabis sholat maghrib, saya tidak langsung pulang.
Ada kewajiban yang tidak tercatat, yaitu anak kecil waktu itu harus belajar
mengaji. Gurunya pun bisa memilih. Karena, banyak guru ngaji atau ustadz yang dengan
ikhlas mengajari alip ba ta.
Masjid
ini juga menjadi tempat hotel dadakan. Karena, untuk menghindari sholat subuh telat. Maka, kebiasaan remaja
atau anak-anak saat itu untuk tidur atau menginap di masjid. Nah, untuk
mengisi waktu sebelum mengantuk, maka saya dan remaja lainnya sering menonton
TV hitam putih, di rumahnya pak Haji yang sering jadi imam. Letaknya di
seberang jalan protokol Pejagan-Ketanggungan Brebes Jawa Tengah.
Di masjid ini juga menjadi saksi bisu kenakalan anak-anak saat itu. Janggut saya hingga mengeluarkan banyak darah. Karena, saat menggoda teman agar badan saya digendong. Teman tersebut melepaskan pegangannya. Hingga janggut saya membentur lantai masjid. Bekas luka sepanjang 2 centimeter tersebut masih ada hingga sekarang.
Masjid tempat mengaji dan menginap (Sumber google maps/screenshot)
SD TEMPAT BELAJAR INI IBU
Tempat
menarik masa kecil yang tidak bisa terlupakan tentu SD (Sekolah Dasar). Jujur,
saya masih ingat gimana rasanya besok mau sekolah yang pertama kali. Malamnya,
saya dan teman-teman diajak bepergian sama orang terkaya waktu itu. Di mana,
sawah dan kebunnya ratusan hektar yang ditanam bawang merah dan cabe. Bapak saya
sendiri bertugas sebagai mandor.
Dengan
menggunakan truk engkel, saya dan 10 teman lainnya seperti tamasya jalan-jaan
di malam hari. Padahal, tujuannya hanya mengantar keperluan ke tempat pertanian,
yang jaraknya kurang lebih 30 km dari rumah. Namun, sebagai anak desa yang
jarang naik kendaraan, numpang di belakang truk tuh rasanya kayak dapat durian
runtuh.
Di
SD inilah, saya sebagai angkatan pertama bersama lebih dari 30 anak lainnya
hingga lulus SD. Padahal, saat kelas 1, angkatan saya lebih dari 40 orang.
Selebihnya terseleksi secara alam, tinggal kelas.
Ikut
bangga karena saya dan 2 orang lainnya mewakili Lomba Cerdas Cermat saat itu.
Padahal, saya kelas 5 SD, melawan puluhan sekolah yang wakilnya sudah kelas 6
SD. Hingga saya melenggang ke tingkat kecamatan, karena belajar secara intens
setiap harinya.
Yang
menarik saat SD adalah sakitnya dijodohin sama teman cewek sekelas atau cewek
adik kelas. Saya berontak karena tidak mau dijodohin, bahkan aksi mogok
sekolah. Lucunya lagi, saya kok jadi benci sama cewek yang dijodohin sama saya
yah. Padahal, setelah dewasa, 2 cewek yang dijodohin sama cewek tuh cantiknya
kebangetan. Eh, yang ngembat orang lain.
Lagi,
saat SD inilah, saya paling rajin, jika disuruh salah satau ibu guru mengambil
air teh di rumahnya. Juga, disuruh beresin ruang guru. Sisa-sisa minuman teh manis
dari para guru menjadi minuman berharga saat itu. Langsung minum semuanya sampai
kekenyangan.
Dan,
yang masih saya ingat adalah guru yang menjadi wali kelas 5 sampai 6. Namanya,
Bapak Supriyadi dan wajahnya persis kayak pahlawan Supriyadi yang misterius.
Beliau rajin mengajar dan memberikan les rutin ketika saya dan teman-teman
hendak EBTANAS. Kalimat yang saya ingat sampai sekarang.
“Cas, belajar yang rajin ya semoga jadi
orang besar. Saya sangat bangga jika kamu jadi orang sukses”.
SD di masa kecil (Sumber google maps/screenshot)
PESAREAN DAN PEMAKAMAN UMUM
Beruntung,
saat itu belum ada gadget. Maka, tempat idola saya dan teman-teman untuk
menghabiskan masa kecil, salah satunya adalah Pesarean dan pekuburan umum. Pesarean
ini untuk tempat mencari asam Jawa. Saya pernah membahasnya di Kompasiana.
Serta, belajar olahraga senam lantai. Bahkan, di pesarean yang hening inilah menjadi
tempat idola belajar saat hendak ujian, hingga saya menginjak SMA.
Sedangkan,
pekuburan atau pemakamaan umum ini biasanya menjadi tempat ngebolang
saya dan teman-teman kecilnya. Tujuannya pun beragam, kadang sebagai tempat
untuk belajar menjadi pemanjat pohon. Hingga mencari biji asam kranji yang
rasanya asam-asam legit. Lucunya lagi, pemakaman umum ini sering menjadi tempat
untuk mencari uang pecahan 50-100 rupiah di atas tanah makam yang masih baru.
Biasanya, uang tersebut sebagai syarat sesaji atau ube rampai.
Pesarean tempat main dan mencari asam Jawa di masa kecil (Sumber google maps/screenshot)
Pemakaman umum (Sumber google maps/screenshot)
SUNGAI BUAT MANDI DAN MENCARI IKAN
Sungguh,
tempat mainan yang menjadi idola anak kecil adalah yang mengandung unsur air.
Maka, sebagai anak kampung, sungai dekat dengan tempat tinggal menjadi tempat
menarik untuk bermain. Sewaktu pulang sekolah (SD). saya dan teman seringkali
langsung berlarian ke sungai untuk langsung mandi. Bukannya pulang terlebih
dahulu, tetapi sungai menjadi perangsang semangat untuk menguji nyali.
Biasanya
mandi hanya 1 jam-2 jam, pulang ke rumah, habis itu main ke sungai untuk mandi
lagi hingga matahari menjelang sunset. Atau, karena makian pak Haji
pemilik sawah pinggir sungai yang merasa dirugikan anak-anak, Karena, tanaman
padi atau lainnya banyak yang rusak terinjak-injak. Kemarahan pak Haji dengan membawa tongkat kayu
menjadi alarm. Bahwa, saya dan teman-teman harus mengakhiri acara bermain dan
pulang lebih awal.
Sungguh,
saya kaget saat melihat penampakan jepretan dari Google. Karena, saya mengira
bahwa lebar sungai tersebut sekitar 3 meter dan dalamnya 1,5 meter. Padahal,
kondisi sungai tersebut saat masa kecil mempunyai lebar lebih dari 10 meter dan
kedalaman hingga 7 meter. Perkembangan jaman dan ulah manusia yang menyebabkan
kondisi sungai tersebut makin menciut.
Apalagi,
yang bertanda panah kuning, di sebelah selatan jembatan (yang dulu hanya bambu)
merupakan tempat idola bersama teman-teman kecil lainnya. Untuk menghabiskan waktu
seharian mandi di sungai. Saat itu, cewek dan cowok dalam kondisi tanpa busana bisa
bercampur bersama-sama tanpa malu. Dan, tidak ada pikiran negatif sama sekali.
Tempat
itu dulu banyak ditumbuhi pohon akasia, yang dahannya hingga menjuntai ke
sungai. Saya dan teman-teman sering uji nyali memanjat pohon akasia yang
tingginya hingga 10 meter dan terjun ke tengah sungai. Dan, kejadian yang
mengerikan pun pernah terjadi.
Peristiwa
yang tidak pernah terlupakan yaitu teman cewek yang terjun ke sungai. Dan, telapak
kaki kanannya tertancap potongan bambu. Hingga tembus ke bagian atas telapak
kaki. Hingga mengeluarkan darah segar dan memerahkan air sungai. Sejak saat
itu, kami dilarang main di sekitar pinggir sungai itu.
Sungai
itu juga menjadi berkah buat saya dan teman-teman. Bukan hanya tempat memancing
ikan. Juga, menjadi tempat yang asik untuk mencari ikan dengan tangan langsung (Jawa:
gogoh). Dari sebelah selatan jembatan sampai sebelah utara jembatan
(hingga melewati pekuburan umum), menjadi tempat favorit menangkap ikan. Hasil
ikan tersebut buat lauk pauk sehari-hari. Dan, jika mendapatkan lebih banyak,
bisa menjualnya sebagian untuk membeli alat-alat tulis dan uang jajan.
Sungai untuk mandi dan mencari ikan (Sumber google maps/screenshot)
TEMPAT KECELAKAAN TRAGIS
Tempat
menarik masa kecil yang terakhir yang tidak terlupakan adalah tempat kecelakaan
tragis. Tempat ini, (kalau tidak salah) terletak di seberang gang. Sementara,
gang tersebut terletak di sebelah utara gang tempat tinggal saya.
Lokasi
kecelakaan tragis tersebut berjarak kurang lebih 500 meter dari tempat saya
tinggal. Lokasi kecelakaan berada di pinggir jalan yang biasanya menjadi tempat
menjemur bawang merah (tanda panah merah).
Seperti
biasanya, ibu-ibu yang bekerja sebagai buruh tani berjalan menuju sawah yang
letaknya sekitar utara jalan protokol Pejagan-Brebes. Daerah tersebut dikenal
sebagai kawasan pertanian luas hingga pantai utara Jawa. Saat itu, sepeda masih
menjadi barang yang mahal. Maka, agar bisa datang ke tempat kerja atau sawah
tepat waktu, berangkat lebih awal dengan jalan kaki adalah sebuah keharusan. Bahkan,
iring-iringan orang hingga 20 orang, menembus gelapnya jalan.
Nah,
yang menarik adalah seberang lokasi kecelakaan tersebut (pojok perempatan gang,
tanda panah kuning) terdapat sebuah pos atau gardu. Saat itu, banyak orang
menganggap bahwa tempatnya sangat angker. Hingga kini, saya belum tahu pasti
alasannya kenapa tempatnya angker. Namun, menurut pengalaman saya waktu itu, karena
pernah kejadian kecelakaan tragis dekat pos tersebut.
Anehnya,
sekitar pos tersebut telah dua kali terjadi kecelakaan yang membuat bulu saya
bergidik. Pertama, kekira tahun 1989, seorang pengendara sedan mengalami
halusinasi pandangan. Waktunya pun menjelang subuh. Katanya, dia melihat
rombongan anak kecil main-main di tengah jalan. Spontan, sang pengendara
membanting setir ke kanan dan menabrak (seingat saya) orang yang sedang naik
sepeda. Dan, pesepeda tersebut langsung meninggal di tempat. Pengendara sedan
langsung mengamankan diri ke rumah warga terdekat.
Kedua,
tempat kejadian di lokasi yang bertanda panah itu. Waktu kejadian sebelum waktu
subuh kekira tahun 1991. Sama seperti kejadian mengerikan pertama. Seorang
pengendara sedan pun silap mata atau mengalami halusinasi karena pengaruh
makhluk astral. Dia melihat hal yang sama yaitu banyak anak kecil bermain di
tengah jalan. Sontak, dia membanting setir ke kiri.
Sungguh
tragis, di pinggir jalan tersebut sedang beriring-iringan ibu-ibu memakai topi
petani yang berjalan menuju sawah. Saya sudah lupa, namun jumlah ibu-ibu
tersebut lebih dari 10 orang. Singkat cerita, semua buruh tani tersebut
meninggal seketika, karena tertabrak dan terseret cepatnya gerak sedan.
Bahkan,
ada beberapa kepala, tangan dan kakinya yang lepas dari badan. Berserakan di
rerumputan, bawang merah yang sedang dijemur dan gorong-gorong selokan. Kejadian
di kegelapan yang mencekam tersebut mengagetkan banyak orang. Kecelakaan tragis
tersebut menjadi geger, hingga kabar meninggalnya banyak orang sampai ke rumah
saya.
Saya
pun berlarian karena rasa penasaran. Sungguh, mayat-mayat berserakan di pinggir
jalan dalam kondisi “maaf” mengerikan. Bahkan, saya sempat mengambil beberapa
potongan tubuh mayat, yang jatuh di gorong-gorong selokan, tidak jauh dari
tempat kejadian.
Percaya
atau tidak, jalan dari gang saya hingga gang kejadian kecelakaan tragis tersebut
menjadi kawasan angker. Karena, telah banyak memakan korban. Entah sekarang,
semoga kawasan tersebut aman-aman saja. Karena, dunia makin maju dan lampu penerangan
jalan dan rumah penduduk makin banyak. Atau, mungkin, makhlus astralnya lagi
sibuk main Tiktokan. Jadi, tidak mengganggu manusia lagi.
Tempat kecelakaan tragis (Sumber google maps/screenshot)
Post a Comment for "7 TEMPAT MENARIK DI MASA KECIL YANG SULIT TERLUPAKAN"