Pelindo Bersatu: Menjaga Rantai Distribusi Logistik Nasional Dengan Satu BUMN Pelabuhan
Terminal Peti Kemas (TPK) Belawan yang dikelola oleh Pelindo I (Sumber: IDN Times)
Bangsa
Indonesia adalah negara kepulauan, yang membutuhkan transportasi laut andal. Untuk
perpindahan orang dan menjaga rantai distribusi logistik nasional, dari barat
hingga timur nusantara. Bangsa Indonesia menghadirkan perusahaan BUMN bernama
PT. Pelabuhan Indonesia (Persero) atau Pelindo, untuk mengatur jasa
kepelabuhan Indonesia. Dan, mengurangi disparitas harga, baik antarwilayah,
antarpulau, antardaerah, serta memangkas biaya logistik yang mahal.
Perlu
diketahui, Pelindo dibagi menjadi 4 wilayah kerja (work region), yaitu:
1) Pelindo I; 2) Pelindo II atau Indonesia Port Corporation (IPC); 3)
Pelindo III; dan 4) Pelindo IV. Pelindo
I mempunyai 16 pelabuhan dengan wilayah kerja di Provinsi: 1) Aceh; 2) Sumatera
Utara; 3) Riau; dan 4) Kepulauan Riau (Kepri).
IPC
(Indonesia Port Corporation) atau Pelindo II mempunyai 12 pelabuhan dengan
wilayah kerja di Provinsi: 1) Sumatera Barat; 2) Jambi; 3) Sumatra Selatan; 4) Bengkulu;
5) Lampung; 6) Bangka Belitung); 7) Banten; 8) DKI Jakarta; 9) Jawa Barat; dan 10)
Kalimantan Barat.
Pelindo
III mempunyai 43 pelabuhan dengan wilayah kerja di Provinsi: 1) Jawa Timur; 2) Jawa
Tengah; 3) Kalimantan Selatan; 4) Kalimantan Tengah; 5) Bali; 6) Nusa Tenggara
Barat; dan 7) Nusa Tenggara Timur.
Wilayah kerja Pelindo (Sumber: Pelindo & SlideShare)
Sedangkan, Pelindo IV mempunyai 24 pelabuhan dengan wilayah kerja di Provinsi: 1) Kalimantan Timur 2) Kalimantan Utara; 3) Sulawesi Selatan; 4) Sulawesi Tengah; 5) Sulawesi Tengggara; 6) Gorontalo; 7) Sulawesi Utara; 8) Maluku; 9) Maluku Utara; 10) Papua; dan 11) Papua Barat).
Logistik
mahal
Biaya
logistik nasional mencapai 24% atau setara Rp3.560 triliun dari Product
Domestik Bruto (PDB). Angka tinggi, jika dibandingkan negara-negara ASEAN
lainnya, seperti: Malaysia 13%, Vietnam 20%, Thailand 15%, dan Singapura 8%.
Bahkan,
peringkat Logistic Performance Index (LPI) nasional berada di posisi 46
tahun 2018. Singapura peringkat 7, China peringkat 26, Thailand peringkat 32,
Vietnam peringkat 39, Malaysia peringkat 41, dan India peringkat 44.
Presiden
Jokowi mencatat tentang biaya logistik dari Jakarta ke sejumlah daerah seperti
Padang, Medan, Banjarmasin, dan Makassar, jauh lebih mahal dibandingkan biaya
logistik dari Jakarta ke Singapura, Bangkok, Hong Kong, dan Shanghai.
Lantas,
apa yang menyebabkan biaya pengiriman logistik mahal? Pertama, muatan
dari barat ke timur Indonesia tidak seimbang dibandingkan dengan sebaliknya. Rantai
distribusi logistik di luar Jawa dan Sumatera, sekitar 30%-40 % peti kemas
kosong.
Kedua,
tidak adanya platform rantai distribusi logistik dari hulu sampai hilir.
Kualitas pengangkutan darat masih tergolong rendah. Truk-truk untuk pengiriman
logistik, didominasi truk-truk berusia tua. Belum menggunakan teknologi
terkini, seperti GPS. Kondisi jalan raya banyak yang rusak. Akibatnya, tingkat
kemacetan tinggi dan distribusi logistik
sampai tidak tepat waktu.
Ketiga,
kebijakan yang berbelit-belit. Sistem birokrasi rantai distribusi logistik
masih ruwet, belum terintegrasi antara satu lembaga dengan lembaga
lainnya. Kurang terkoordinasi dengan
baik oleh setiap otoritas pelabuhan. Contoh, proses sertifikasi dan klasifikasi
kapal lambat, harus diajukan ke beberapa entitas.
Di
sisi lain, Pelindo menghadapi masalah pelik, seperti operasional pelabuhan yang
variatif. Akibatnya, operasional tidak optimal, tidak efisien, tidak
terkoordinasi, tidak terstandarisasi, dan kemampuan finansial dan capex terbatas.
Pelindo
Bersatu
Perlu
diakui, penguasaan pelayanan pelabuhan masih kalah dengan negara tetangga. Menurut
Direktur Utama Pelindo I Prasetyo, Selat Malaka yang posisinya dekat dengan
Sumatera merupakan jalur tersibuk perdagangan dunia dengan 100 ribu kapal setiap
tahunnya.
Mirisnya,
bangsa Indonesia hanya menguasai kurang dari dua persen. Singapura sebanyak 60
persen dan Malaysia 38 persen. Maka, dengan Pelindo Bersatu diharapkan bangsa
Indonesia mampu menguasai 15 persen hingga lebih secara bertahap. Agar, menjadi
operator pelabuhan berskala internasional.
Masalah
pelabuhan adalah kunci untuk menurunkan biaya logistik nasional. Dibutuhkan rantai
distribusi logistik dengan platform logistik terintegrasi. Pelindo dengan
4 wilayah kerja akan berintegrasi menjadi satu BUMN Pelabuhan atau Pelindo
Bersatu pada akhir September 2021.
Integrasi
Pelindo I, Indonesia Port Corporation (IPC), Pelindo III, dan Pelindo IV
menjadi
entitas tunggal untuk meningkatkan konektivitas nasional dan standarisasi
pelayanan pelabuhan. Menurut pengamat Rhenald Kasali, Pelindo Bersatu
merupakan langkah paling tepat dan relevan untuk menyesuaikan kondisi Pandemi
Covid-19.
Langkah
strategis menuju pengelolaan pelabuhan dan ekosistem maritim yang berdaya saing
secara global (Bisnis Indonesia, 24/07/2021). Bahkan, Pelindo menjadi operator
peti kemas terintegrasi dengan ranking 8 dunia, dengan proyeksi 16,7 TEU's).
Dalam
paparannya di Komisi VI DPR RI pada 30 Juni 2021, Wamen II BUMN Kartiko
Wirjoatmodjo dan Dirut IPC Arif Suhartono menyatakan mahalnya biaya disribusi
logistik nasional sebesar 23% terhadap PDB. Di mana, kontribusi terbesar dari
inventori (8,9%), darat (8,5%), admin dan lain-lain (3,5%). Sektor laut
mencapai 2,8%, yang setengahnya (1,4%) disumbang pelabuhan, akibat operasional
dan infrastruktur yang kurang optimal.
Pelindo Bersatu telah disetujui oleh SPPI (Serikat
Pekerja Pelabuhan Indonesia). Bahkan, telah diadakan penandatanganan berita
acara kesepakatan sinergi, integrasi BUMN dan layanan kepelabuhan oleh SPPI pada
tanggal 24 Juni 2021.
Apa
manfaat dari Pelindo Bersatu? Menurut Direktur Utama Pelindo II selaku
Ketua Organizing Committee Integrasi Pelindo Arif Suhartono menyampaikan
integrasi Pelindo memberikan manfaat besar bagi negara dan masyarakat, untuk
mendapatkan layanan jasa kepelabuhanan yang lebih baik.
Seiring
dengan perkembangan Teknologi Informasi (TI), diyakinkan tingkat disrupsi tidak
terlalu tinggi. Dikarenakan, penyesuaian sinergi secara bertahap dari business
as usual. Selanjutnya, cost of fund bisa dimaksimalkan untuk menjadi
entitas yang lebih besar dan kuat. (Idntimes.com, 02/07/2021).
Mergernya
Pelindo membuat entitas penerima penggabungan (surviving entity) bisa
mengelola aset lebih baik dan efisien. Dan, Pelindo bisa mengendalikan
perusahaannya menjadi lebih baik dan terkoordinasi secara sistematis. Memperkuat
keuangan perusahaan dan meningkatkan produktivitas Sumber Daya Manusia (SDM). Dengan
adaptasi budaya perusahaan dan etos kerja sesuai BUMN AKHLAK (Amanah, Kompeten,
Harmonis, Loyal, Adaptif, dan Kolaboratif).
Pelindo Bersatu
mampu menimbulkan Multitiplier Effect. Dengan traffic rantai distribusi
logistik di pelabuhan yang meningkat. Berakibat terjadinya peningkatan kepuasan
pelanggan (customer satisfication). Dari kondisi ini, memberikan dampak
timbulnya berbagai macam investasi baru. Lagi-lagi, muaranya adalah penyerapan
tenaga kerja yang mampu mengurangi tingkat pengangguran.
Era baru jasa kepelabuhan
ada di depan mata. Kini, rantai distribusi logistik nasional bisa dibanggakan
masyarakat Indonesia, dari barat hingga timur Indonesia. Pelindo Bersatu akan menciptakan
kendali strategis dan sistem operasional pelabuhan yang terstandar. Di mana,
dengan standarisasi pelayanan jasa kepelabuhan menciptakan efisiensi biaya
logistik dan peningkatan kepuasan pelanggan.
Post a Comment for "Pelindo Bersatu: Menjaga Rantai Distribusi Logistik Nasional Dengan Satu BUMN Pelabuhan"