CERITA ANGKER MAKAM KEDAWUNG YANG BIKIN MERINDING
Makam Kedawung yang berada di sebelah
timur jalur Pejagan – Ketanggungan Brebes, Jawa Tengah (Sumber: Info
Ketanggungan dan Sekitarnya/FB)
“Singkur”
Satu
kata yang pantas disematkan buat Makam Kedawung. Makam tersebut berada di jalur
Pejagan - Ketanggungan Brebes Jawa Tengah. Secara wilayah, maka Makam Kedawung
masuk dalam wilayah Kecamatan Ketanggungan.
Kata
“Singkur” yang berarti angker. Kalau orang Jawa Tengah bagian timur
seperti Solo, Semarang, dan Jawa Timur, lebih familiar menyebutnya “wingit”. Keangkeran
Makam Kedawung sudah terkenal sejak saya masih kecil. Namun, karena jarak yang
jauh dengan rumah saya, kekira 8 km. Maka, saya pun tidak pernah merisaukan
kondisi angker Makam Kedawung tersebut. Bapak saya pun sering berpesan kepada
anak dan saudaranya tentang keangkeran Makam Kedawung.
“Kalau
lewat Makam Kedawung diusahakan jangan pas dhuhur atau mau maghrib. Bahaya,
karena sering ada penampakan mengerikan di makam tersebut”.
Saya
masih ingat, ketika awal tahun 90an. Rumah saya mengalami musibah banjir selama
3 hari. Untung, banjir di dalam rumah hanya setinggi mata kaki orang dewasa. Ternyata,
banjir tersebut terjadi karena luapan air dari waduk Malahayu. Yang mengalir
melalui sungai yang dekat dengan tempat
tinggal saya, kekira 500 meter. Dan, perlu diketahui bahwa jalur sungai
tersebut melewati “persis” di samping Makam Kedawung.
Saat
itu, bapak saya pernah ngomong. Entah, serius atau guyon. Namun, selama
hidupnya, saya tidak pernah bapak bicara guyon untuk hal-hal yang berbau horor.
Bapak menyatakan secara spiritual, bahwa banjir dikarenakan ada siluman ular
raksasa yang membendung air sungai. Yang lokasinya, persis di timur Makam
Kedawung. Benar atau tidaknya, hanya Allah SWT Yang Maha Tahu.
BELANJA BUKU P4 DAN GBHN
Area
bermain saya waktu kecil, paling jauh sekitar satu gang sebelah selatan dan utara
gang tempat tinggal saya. Namun, ada kejadian yang saya ingat hingga sekarang
adalah kekira tahun 1988 lalu. Saat itu, pasar yang ramai dan dekat dengan
tempat tinggal hanya satu yaitu Pasar Ketanggungan.
Ketika
saya duduk di kelas 5 SD, saya dipercaya sekolah untuk mewakili Lomba Cerdas
Cermat P4 di tingkat Kecamatan Tanjung. Saya dan dua teman saya pun digembleng
untuk memenangkan lomba bergengsi waktu itu. Maka, untuk memahami berbagai
pengetahuan tentang P4 dan GBHN. Saya berusaha untuk membeli secara swadaya buku
tentang P4 dan GBHN terbaru. Untuk menghemat biaya, maka saya berniat untuk
membeli buku yang ukuran saku.
Untuk
mendapatkan buku tersebut, maka bisa diperoleh dengan membeli di sebuah toko
buku terkenal dekat Masjid Jami Ketanggungan. Entah, sekarang masih ada atau
nggak, saya belum mendapatkan infonya. Karena, saya jarang mudik ke Brebes.
Berbekal
sepeda tua milik Bapak, saya pun beranikan diri untuk belanja buku P4 dan GBHN tersebut.
Jarak rumah ke toko buku kurang lebih 10 km. Iseng-iseng ngabuburit sambil
menunggu buka puasa. Saya berangkat dari rumah sehabis sholat ashar, sendirian.
Saya pun memprediksi agar bisa sampai rumah tepat waktu buka puasa.
Jujur,
saat itu saya masih ingat bahwa Makam Kedawung sangatlah angker. Tetapi, karena
suasana masih cerah, maka saya pun beranikan diri. Perlu diketahui bahwa Makam
Kedawung memang tergolong unik saat itu. Makam terletak pinggir jalan, tetapi
suasananya benar-benar mistis. Saya melihat seperti kawasan makam yang terlihat
lembab dan gelap. Karena, dipenuhi dengan pepohonan. Jadi, sinar matahari pun
tak leluasa menyinari kawasan makam.
Apalagi,
ketika melewati Makam Kedawung dengan angkutan desa. Saya belum pernah melihat
aktifitas di makam itu. Seperti, pemakaman orang yang baru meninggal. Atau,
orang-orang yang berziarah ketika mau malam Jumat. Itulah yang memberi kesan
saya, bahwa makam tersebut seperti makam peninggalan jaman dulu. Terlantar dan
tidak dikelola oleh juru kunci.
Percaya
atau tidak, ketika melewati Makam Kedawung, pikiran saya berkecamuk tidak
karuan. Tidak disangka, bulu kuduk merinding dan berdiri dengan semangat empat
lima. Bahkan, saya tidak berani untuk menatap kondisi makam. Ketika, saya asik
mengayuh sepeda. Begitu horornya Makam Kedawung di pikiran saya saat itu.
Tidak
disangka, buku P4 dan GBHN tidak ada di tempat toko buku yang terkenal itu.
Oleh sebab itu, saya harus berkeliling menyusuri beberapa toko yang menjual
buku yang saya cari. Akhirnya, buku yang saya inginkan bisa diperoleh, 20 menit menjelang sholat maghrib atau buka
puasa.
Jujur,
pikiran saya bingung tujuh keliling. Membayangkan horornya, ketika melewati Makam
Kedawung. Meskipun, kondisi sedang genting mental, saya pun beranikan diri
untuk pulang. Dengan catatan, mengikuti orang dewasa yang naik sepeda ke arah jalan
pulang.
“Pak,
naik sepedanya barengan yah. Saya takut pak kalau pas lewat Makam Kedawung”.
Itulah
kalimat polos yang saya katakan pada seorang bapak. Ketika, hendak pulang ke
Pejagan. Bapak tersebut memahami kegundahan saya. Karena, angkernya Makam
Kedawung sudah terkenal. Bersepeda di belakang bapak-bapak, membuat rasa takut
saya pelan-pelang menghilang.
Sungguh,
di luar dugaan bahwa di tengah perjalanan, sebelum melewati Makam Kedawung.
Bapak tersebut bertemu dengan temannya, dan berhenti untuk mengobrol. Kalau saya
harus menunggu pembicaraan mereka, maka belum dipastikan kapan selesainya.
Maka, saya pun nekad melanjutkan perjalanan karena takut telat buka puasa.
Juga, takut menjadi masalah orang tua di rumah.
Rasa
dag dig dug semakin bertambah lajunya mendekati Makam Kedawung yang
semakin gelap. Sungguh, bulu kuduk langsung tegang seketika. Ketika, melihat
penampakan, maaf, orang hitam bertubuh tinggi besar yang berdiri dengan santuy
di sebuah pohon besar nan rindang. Matanya tajam melihat saya, saat saya tidak
sengaja mencuri pandang melihat kawasan Makam Kedawung.
Saya
berdoa sebisanya. Dan, mengayuh sepeda seperti kesetanan. Untung, transportasi
belum begitu banyak saat itu. Jadi, saya tidak takut menabrak kendaraan lain. Ngeri,
saya tidak melihat seorang pun pengendara yang lewat. Sunyi dan senyap. Gaya
mengayuh sepeda sambal berdiri pun saya lakukan, untuk mempercepat laju sepeda.
Alhamdulillah,
akhirnya saya bisa mengatur nafas dengan baik. Setelah, Makam Kedawung semakin
jauh dari pandangan mata. Pengalaman mengerikan “dikatoni” (ditampakkan
wujudnya) makhluk halus penghuni.
CERITA HOROR TUKANG OJEK DAN BECAK
Keangkeran
Makam Kedawung sering menjadi pembicaraan hangat para tukang ojek. Yang sering
mangkal, di pertigaan jalan raya Pejagan. Di mana, para tukang ojek tersebut
sering membawa para perantau yang hendak pulang atau berangkat ke Jabodetabek.
Biasanya, para penumpang ojek berasal dari desa-desa yang masuk dalam kawasan Kecamatan
Ketanggungan.
Cerita
horornya pun unik-unik. Ada tukang ojek yang pernah diganggu saat melewati
Makam Kedawung. Yaitu, lampu sepeda motor mendadak mati dan motor sulit
berjalan. Ada pengalaman yang mengerikan, yaitu tukang ojek dibelokan oleh
makhluk halus yang nakal ke arah Makam Kedawung.
Bahkan,
yang paling mengerikan adalah pengalaman tukang becak yang habis mengantarkan
penumpang dari Pejagan ke Ketanggungan. Sepulangnya dari Ketanggungan, becak
yang ia kayuh terasa berat saat depan Makam Kedawung.
Padahal,
penumpang tidak ada. Ternyata, yang bikin berat becak adalah penumpang gaib yang
naik tanpa ijin. Wanita berbaju putih ala Kuntilanak membuat takut sang
pengayuh becak. Saking takutnya, becak tersebut ditinggal pergi begitu saja. Ia
pun lari terbirit-birit ke arah perkampungan penduduk terdekat.
TABRAKAN TRAGIS
Meskipun,
jaman telah berganti. Kondisi jalan Pejagan - Ketanggungan makin dipenuhi
penduduk. Tetapi, keangkeran Makam Kedawung tidak lekang dimakan waktu. Saya
mendapatkan foto profil di atas, tampak Makam Kedawung tidak jauh berbeda. Dan, tampak pohon besar
itulah, saya pernah merasakan sensasinya horor penampakan makhluk besar dan hitam.
Menurut
saya, yang berbeda adalah kondisi jalan raya yang makin mulus. Kondisi kawasan makam
juga tidak terlalu gelap. Karena, daun pohon-pohon yang pernah menutupi kawasan
Makam Kedawung terlihat berkurang. Dengan kata lain, aura mistis perlahan
hilang saat siang hari. Bagaiamana saat malam hari? Tentu, suasana horor tetap
ada.
Beberapa
tahun lalu, tepatnya tanggal 27 Oktober 2019, pernah ada tabrakan tragis yang
terjadi persis depan Makam Kedawung. Uniknya, kejadian tersebut saat siang
hari. Di mana, supir mobil boks yang hilang kendali, dari arah Ketanggungan.
Sopir
mengantuk, dan mobil meluncur dan menabrak pagar Makam Kedawung. Sebelumnya,
mobil boks menabrak sepeda motor yang searah dan yang berlawanan. Dari tabrakan
tersebut, 4 orang meninggal seketika.
Percaya
atau tidak, banyak gangguan makhluk astral yang berada di sekitar Makam
Kedawung. Seringkali, pengendara dibuat mengantuk atau pandangan terganggu.
Padahal, kondisi siang hari. Oleh sebab itu, banyak orang menyarankan “untuk
mengklakson kendaraan tiga kali terlebih dahulu”. Tindakan ini, konon
berguna sebagai permintaan ijin ke makhluk astral. Agar, tidak mengganggu
perjalanan manusia.
Selain
berdoa memohon keselamatan kepada Allah SWT. Saya pribadi tidak lupa melakukan
aksi membunyikan klakson. Ketika, melewati sebuah jembatan atau kawasan makam.
Kita tidak tahu bahwa ada makhluk astral yang merasa terganggu atas ulah kita.
Dan, makhluk gaib tersebut berupaya untuk mengganggu perjalanan kita. Tentu,
hanya kepada Allah SWT, kita berserah diri dan memohon pertolongan.
2 comments for "CERITA ANGKER MAKAM KEDAWUNG YANG BIKIN MERINDING"