Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Kembang Sepatu dan Misteri Kematian Saudara Kandung

 


Misteri kembang sepatu (Sumber: shutterstock)

 

 

“Kakakmu, Suijah sama Suidah itu anaknya cantik, kulitnya juga putih. Sedangkan, Sulikhin anaknya juga ganteng, putih dan tragal (lincah). Tapi, badannya lebih kecil dari kamu”

 

          Sepenggal kalimat, yang pernah bapak katakan sama  saya. Kalimat yang selalu saya kenang seumur hidup. Dan, membuat saya kangen dan berpikir, menerawang jauh. Bahkan, membayangkan seandainya 3 orang saudara kandung saya tersebut masih hidup hingga sekarang. Betapa bahagianya saya.

          Saya mempunyai 7 saudara kandung. Tiga kakak perempuan, satu kakak laki-laki, satu adik laki-laki dan dua adik perempuan. Kakak perempuan pertama, satu kakak laki-laki, dan dua adik perempuan masih hidup hingga sekarang. Kakak pertama yang perempuan sebagai ibu rumah tangga yang sukses. Dia tinggal di Brebes Jawa tengah, beranak 4 dan sudah mempunyai cucu (saya belum tahu jumlahnya).

          Sedangkan, kakak yang laki-laki sebagai PNS (guru sekolah pelayaran). Dia tinggal di Palabuhan Ratu Sukabumi Jawa Barat, mempunyai (kalau tidak salah 2 anak). Saya tidak tahu perkembangan lebih lanjut, karena hampir 8 tahun tidak pernah bertatap muka atau berkomunikasi.

          Dan, kedua adik perempuan sebagai ibu rumah tangga. Salah satu adik perempuan saya, bekerja sebagai TKW di Singapura. Namun, ketika pulang kampung, dia dan adik perempuan bungsu tinggal di Brebes Jawa Tengah. Kedua adik perempuan saya sudah mempunyai anak. Yang satu mempunyai 2 anak laki-laki, dan yang bungsu mempunyai 2 anak laki-laki kembar (tetapi, salah satunya sudah meninggal dunia).  

 

MISTERI KEMBANG SEPATU

          Nah, kakak ketiga dan keempat saya adalah perempuan. Dan, adik kandung (anak keenam) persis di bawah saya adalah laki-laki. Sampai tulisan ini saya hadirkan di hadapan anda. Masih ada misteri yang menyelimuti saya tentang kebenarannya. Namun, informasi yang pernah saya dapatkan dari bapak dan ibu saat saya masih SMA,  sungguh membuat saya merinding.

          Konon, dua kakak perempuan saya meninggal yang tidak wajar. Mereka adalah kakak beradik yang seperti saudara kembar. Umurnya berkisar satu tahun. Namanya anak perempuan jaman dulu. Mereka suka ngebolang di sekitar rumah untuk cari mainan bunga. Buat aksi jual-jualan khas anak cewek.

          Yang membuat saya miris, kedua kakak saya meninggal karena maaf “didulek” (kata yang unik di Brebes, yang berarti gangguan makhluk gaib yang nakal). Kedua kakak saya mendapatkan gangguan makhluk gaib, semacam Genderuwo yang ada di pekarangan angker tetangga. Yang rumahnya tidak jauh dari rumah saya.

 

“Suijah sama Suidah meninggalnya, habis main andul-andulan di belakang rumahnya si X”.

 

          Itulah kalimat yang pernah saya dengar secara seksama dari Ibu. Andul-adulan ini berarti mainan yang diperoleh dari bunganya tumbuhan kembang atau bunga sepatu. Dan, tempat tumbuhnya bunga sepatu tersebut memang sungguh mistis. Jujur, saya sendiri tidak berani melewatinya di saat maghrib hingga malam hari.

          Ketika, saya hendak sholat berjamaah di masjid. Saya lebih memilih melewati jalan lain, yaitu jalan alternatif Pejagan - Ketanggungan.  Meskipun, waktu yang dibutuhkan lebih lama.

          Saya sendiri belum memahami secara pasti tentang kawasan yang dianggap mistis dan angker tersebut. Bapak dan ibu belum pernah memberikan informasi lebih dalam. Tetapi, kawasan tersebut “dulunya” adalah kawasan hutan kecil yang angker. Yang ditumbuhi berbagai macam seperti asam, bambu dan kembang sepatu yang tumbuh liar.  

          Bahkan, tidak jauh dari tempat tersebut, tersambung dengan makam keramat. Hal inilah yang menyebabkan suasana mistis makin kental di tempat itu. Didukung dengan “tanpa lampu penerangan”, membuat Kawasan tersebut makin horor.

          Bahkan, waktu SMP, ketika saya tanpa sengaja melewati kawasan tersebut sesudah sholat isya. Saya pernah kepergok penampakan yang membuat saya lari tujuh keliling. Ya, penampakan genderuwo yang berwajah sangat menyeramkan. Pengalaman mengerikan ini membuat saya tidak bisa tidur.

          Saya pun langsung menyimpulkan apa yang pernah bapak katakan tentang keangkeran tempat tersebut. Tidak salah rupanya, jika pengaruh gaib sangat kuat. Saat, dua kakak perempuan saya sedang bermain. Mungkin, mereka merasa terganggu atas kehadiran dua kakak perempuan saya tersebut.

          Sungguh, saya pun tidak pernah melihat wajah dua kakak perempuan saya tersebut. Yang saya ingat dari bapak dan ibu saya adalah dua kakak perempuan saya adalah anak yang lucu, cantik, berkulit putih. Dan, meninggal saat masih anak-anak.

 

KEDUA MATA MEREKAT

          Bagaimana dengan kematian adik laki-laki saya? Kata Bapak, saya dan Sulikhin mempunyai selisih umur sekitar 2 tahunan. Jika masih hidup, mungkin dia yang duluan mempunyai banyak anak. Informasi bapak, dia anak yang ganteng, putih kulitnya, badan kurus dan lincah.

          Seperti kedua kakak perempuan saya di atas, Sulikhin pun suka ngebolang di tempat-tempat yang dianggap angker. Namun, Namanya juga anak kecil maka dia tidak memperdulikan hal-hal yang berbau gaib.

          Sulikhin meninggal sebelum menginjak 5 tahun. Jadi, saya pun belum ingat betul wajahnya. Tetapi, “konon” wajahnya seperti adik perempuan saya, yang sekarang masih hidup. Yang membuat saya miris dan merinding dari kematian Sulikhin adalah pengaruh kuat dari makhluk halus. Atau, dari pengaruh sihir dari orang jahat yang tidak berperikemanusiaan. Entahlah, semua serba abu-abu.

          Tetapi, bapak memberikan gambaran jelas. Bahwa, sebelum meninggal, kondisi Sulikhin sungguh di luar nalar. Kedua mata Sulikhin mendadak tertutup, tidak bisa dibuka sama sekali. Seperti orang buta. Ketika bapak mencoba membuka kedua mata tersebut, kedua mata tersebut seperti merekat kuat. Jika dipaksa untuk dibuka, bagai kulit yang teriris. Mengerikan sekali.

          Sungguh, Sulikhin adalah anak kesayangan Bapak dan Ibu. Karena, saat itu, Sulikhin dianggap sebagai anak bungsu. Dan, berencana bapak tidak ingin mempunyai anak lagi. Siapa pun akan menyayangi sepenuh hati anak bungsu, melebihi dari anak-anak lainnya.

          Namun, nasib Sulikhin berakhir tragis. Ketika mendengar cerita bapak tentang kondisi Sulikhin sebelum meninggal, saya membayangkan betapa sakitnya dia. Semoga Sulikhin, Suijah dan Suidah ditempatkan di tempat terindah di sisi Allah SWT.  

          Itulah sebabnya, Bapak dan Ibu saya menyebut saya sebagai “Anak Bugang”. Anak yang diapit oleh kakak dan adik yang meninggal dunia. Konon, dalam kepercayaan orang Jawa, saya semestinya “diruwat”, untuk menghilangkan segala pengaruh jahat dan kesialan hidup.

          Unik, awal tahun 2000, saya pun pernah diramal secara gratis seorang paranormal hebat di Semarang. Ramalan melalui garis tangan saya menyatakan, bahwa saya akan mengalami masa pahitnya hidup yang paling hebat. Seperti, ditipu berkali-kali, kebangkrutan usaha berkali-kali, ditinggal orang-orang yang telah dibantunya, dijauhi oleh orang-orang tercinta dan lain-lain. Saat itu, saya hanya mengiyakan saja. Anggap saja sebagai wawasan pengetahuan.

          Meskipun, pada kenyataannya, ndilalah kersane Allah, saya benar-benar mengalami kejadian “persis” seperti apa yang pernah diramal oleh sang paranormal tersebut. Tetapi, saya menganggapnya bahwa hal tersebut bagaikan ilmu Cocokologi.

          Ibarat orang memprediksi sesuatu, dan benar-benar terjadi. Kita tidak lantas mempercayai bahwa orang tersebut adalah hebat. Itu hanyalah kekuasaan Allah SWT yang disalurkan kepada orang yang dikehendaki-NYA.    

          Alhamdulillah, saya hanya percaya sama Allah SWT, “Gusti ingkang Murbeng Dumadi”. Sang penguasa alam semesta. Saya selalu belajar banyak dari pahitnya hidup dalam DOA yang saya panjatkan. Saya hanya bermohon atas keridhoan Allah SWT. Tidak ada yang lain, selain DIA YANG MAHA KUASA. 


“Tulisan ini saya persembahkan buat almarhumah dua kakak perempuan Suijah dan Suidah, almarhum adik laki-laki Sulikhin. Semoga mereka tenang di sisi Allah SWT. Hadiah Surat Al Fatihah buat mereka. Ya, Allah, ampunilah segala dosa-dosa mereka. Aamiin Ya Rabbal ‘Aalamiin”.          

Post a Comment for "Kembang Sepatu dan Misteri Kematian Saudara Kandung"