TEROR SUARA GAIB DI MALAM JUMAT KLIWON
Ilustrasi teror suara malam jumat
kliwon (Sumber: pixabay.com)
Sekitar
tahun 2004, saya berkesempatan untuk menyambangi kota Surabaya. Karena, ada
keperluan belanja barang di sebuah pusat perdagangan terkenal di Surabaya. Saya
berangkat dari Kota Ngawi sekitar pukul 08.00. Perjalanan ditempuh selama
kurang lebih 4 jam. Sampai di tempat yang dituju sehabis sholat dhuhur.
Sesampainya
di lokasi tujuan, saya pun langsung berkeliling menjelajahi setiap lantai pusat
perbelanjaan tersebut. Mencari barang yang sekiranya cocok dijual. Lumayan, bisa
membuat dapur tetap ngebul, Akhirnya, pandangan saya tertuju pada sebuah produk
komunikasi telepon wireless di sebuah grosir besar. Yang menurut saya,
bisa booming untuk dipasarkan.
Saya
dan pemilik grosir pun akhirnya melakukan nego harga. Saya pun setuju untuk
belanja produk tersebut dengan jumlah tertentu. Namun, ternyata jumlah produk
yang saya inginkan tidak mencukupi. Pihak pemilik grosir pun berjanji bahwa
keesokan harinya barang bisa siap sedia.
Terpaksa,
saya meski menginap di Surabaya. Daripada bolak-balik Ngawi-Surabaya. Bukan
hanya capai badan tetapi waktu dan uang juga terbuang. Bukan itu saja, saya pun
punya kesempatan untuk jalan-jalan malam hari di kota Surabaya.
Selanjutnya,
untuk menekan pengeluaran, saya berniat mencari penginapan yang murah meriah.
Dengan alasan, hanya buat tidur saja, ngapain yang mahal-mahal. Maka,
saya pun berkeliling di sekitaran alun-alun tugu pahlawan. Dengan tujuan, saat
santai bisa sekalian jalan-jalan. Namun, ternyata tarif hotel yang ada di
sekitaran lokasi terbilang mahal pada saat itu.
Maka,
dengan terpaksa, saya mencari penginapan atau losmen. Dan, akhirnya bisa mendapatkan
penginapan layaknya losmen, yang benar-benar murah. Losmen tersebut terletak
tidak jauh dari bantaran sungai. Losmen yang mempunyai banyak kamar yang
layaknya kos-kosan. Arsitektur losmen tersebut terbilang jadul. Tampilannya
seperti bangunan gaya tempo dulu.
Saya
tidak berpikir macam-macam. Yang penting bisa tidur nyenyak, dan besok bisa
dapatkan barang yang saya inginkan. Selanjutnya, pulang ke Ngawi, gitu aja
pikiran saya.
Udara
panas Surabaya membuat saya tidak bisa tidur nyenyak. Bahkan, saking “sumuknya”,
saya sampai mandi tiga kali malam itu. Dan, saya baru ingat bahwa malam itu
adalah malam Jumat Kliwon.
Kamar
penginapan yang tanpa AC dan kipas membuat saya gelisah. Namun, lantai kamar
yang terbuat dari tegel membuat sedikit dingin ruangan. Sesekali, saya rebahan
di lantai untuk menghilangkan rasa gerah.
Yang
menarik, lampu kamar dan kamar mandi justru dari lampu yang menyala warna
kekuning-kekuningan. Jadi, meskipun dalam kondisi nyala, ruangan terasa seperti
remang-remang ala warung kopi .
Menjelang
pukul 12.00 malam saya belum bisa memejamkan mata. Padahal, badan saya terasa
lelah, setelah setengah hari berjalan. Saya berusaha memejamkan mata, tetapi
tidak bisa. Entah, apa yang membuat saya gelisah malam itu.
Tanpa
terasa, saya pun ketiduran di tempat tidur yang mempunyai kasur berisi kapuk
randu. Saya merasakan nyenyak sekali tidur malam itu. Tetapi, menjelang pukul
03.00, rasa nyenyak tidur saya terganggu. Saya seperti mendengar langkah banyak
orang mendekati saya.
Saya
berpikir bahwa suara tersebut berasal dari suara lain di luar penginapan.
Namun, dalam keheningan malam, suara itu semakin jelas terdengar. Saya mencoba mencari
asal suara tersebut. Berusaha untuk mendekatkan telinga saya ke tembok.
Sayup-sayup saya juga mendengar suara mengerikan lain. Seperti orang (entah
laki atau wanita) yang sedang menangis.
Saya
menyadari bahwa kamar sebelah terlihat sepi dan tertutup pintunya. Sejak, saya
memasuki kamar saya. Saya pun bertanya dalam hati, “masa sih, malam-malam ada
orang menangis”.
Saya
mengacuhkannya suara yang sangat mengganggu tersebut. Tetapi, suara tersebut terdengar
jelas, hingga menjelang sholat shubuh. Saya mencoba tidur, tapi tidak bisa.
Karena, rasa takut saya masih membayang, Setelah berdoa dan berdzikir, saya pun
mencoba berkomunikasi seperti ada lawan bicaranya.
“Mbah,
Bapak, ibu, mas utawi mbak. Nyuwun sewu nggih, Kulo amung numpang sare dateng mriki.
Tujuan kulo mboten bade ngganggu alamipun panjenengan. Panjenengan lan kulo
nggih makhlukipun Gusti Allah SWT. Laa haula wala quwwata illa billah. Ndang
sumingkir nggih. Monggo, kulo bade sare, sepindah malih kulo bade sholat
Shubuh. Allahu Akbar”
(Mbah,
Bapak, ibu, mas atau mbak. Mohon maaf ya, saya hanya numpang tidur ke sini.
Tujuan saya nggak mau ganggu alam kalian. Kalian dan saya sama-sama makhluk
Gusti Allah SWT. Laa haula wala quwwata illa billah. Buruan pergi ya. Silakan,
saya mau tidur, sekali lagi saya mau sholat Shubuh. Allahu Akbar”)
Layaknya
di film-film horor. Sang pengganggu malam saya tersebut bersedia untuk tidak
mengganggu. Namun, yang menjadi aneh, terdengar suara seperti tembok
digedor-gedor keras berkali-kali. Entah, mereka marah atau memberikan
pertanda bahwa mereka gelo (menyesal) tidak bisa mengganggu saya.
Setelah
tembok kamar digedor berkali-kali, lambat laun suara mengerikan tersebut
menghilang. Menyusul suara adzan bersahut-sahutan di luaran sana. Alhamdulillah,
teror malam Jumat pun berhenti. Namun, rasa merinding masih terngiang hingga
kini.
1 comment for "TEROR SUARA GAIB DI MALAM JUMAT KLIWON"