MERINDING, TIKET BUS DIBAYARIN SOSOK GAIB
Ilustrasi tiket bus dibayarin sosok
gaib (Sumber: terkini.id)
Suatu
hari di tahun 1992. Waktu malam sudah menunjukan pukul 12.00 malam. Ketika saya sampai di
terminal Kalideres Jakarta Barat. Setelah kurang lebih 2 jam perjalanan dari
Pulogadung Jakarta Timur. Saya melihat bus-bus diam tempat, tidak ada yang keluar
dari terminal. Mungkin, karena sudah larut malam.
Saat
itu, saya hendak melakukan perjalanan ke bibi saya yang tinggal di Karang Antu Banten
Lama. Jujur, saya belum pernah ke bibi saya sendirian. Pernah sekali bersama
bapak waktu SD, naik bus langsung jurusan Brebes - Labuan Merak. Namun, yang saya
ingat dari perjalanan bersama bapak, hanyalah alamat bibi saja. Saya ingat
terus.
Saya
berniat ke rumah bibi, karena ingin menyambung silaturahmi. Sekaligus, agar
bibi tidak lupa saya. Karena, sudah 6 tahun tidak pernah lagi diajak bapak.
Sungguh, waktu itu, saya sungguh nekad, berbekal uang seadanya (pakai ilmu
perkiraan). Saya tidak tahu bus apa yang saya naiki, dan tidak tahu berapa
harga tiket yang harus saya bayar.
Setelah
menunggu kurang lebih 1 jam, bus yang hendak saya tumpangi hendak keluar
terminal. Saya dikasih tahu sama orang yang menjual minuman di sekitar terminal,
agar saya naik yang dimaksud. Saya pun tergopoh-gopoh mengejar bus yang ingin
saya tumpangi. Meskipun, saya tidak tahu jelas merek bus tersebut. Hanya
disuruh orang yang menjual minuman tersebut.
Saya
melihat dalam bus sudah gelap dan langsung keluar dari terminal. Penumpang
hampir memenuhi isi bus. Tetapi, ada satu jalur kursi bus bagian tengah yang
terlihat kosong. Saya melihat seperti bapak-bapak paruh baya yang duduk dekat
kaca bus. Uniknya, bapak tersebut menempelkan kepalanya di kaca. Entah, tidur
atau melihat pemandangan di luar bus.
Saya
tidak tahu jelas, karena bus masih dalam suasana gelap. Hanya sesekali sinar
kendaraan yang berasal dari arah berlawanan. Saya pun penasaran, ingin melihat
wajah secara utuh bapak yang duduk dekat kaca. Sementara, saya duduk di bagian
pinggir. Kami berdua tidak melakukan komunikasi.
Namun,
setelah kurang lebih 15 menit bus berjalan. Bapak tersebut mengajak saya
ngobrol. Dia masih menempelkan kepalanya, wajahnya tidak terlihat.
Pertanyaannya pun terkesan singkat dan padat. Hanya tanya ke mana, mau apa dan
sama siapa. Habis itu suasana kembali hening. Dalam hati, berharap “tidak
ditarik bayaran karcis bus”. Saya pun tertidur.
Saya
tidak tahu berapa menit saya tertidur. Setelah bangun, sepuluh menit kemudian,
kondektur bus lewat di samping saya. Dia seperti bolak-balik mencari tempat
duduk saya. Saya berpikir, dia ingin meminta bayaran tiket bus. Saya pun sudah menyiapkan
uang, yang saya siapkan sejak awal mau berangkat ke Kalideres. Saya pun bertanya
kepada kondektur bus.
“Berapa
pak ke terminal Serang?”
Sang
kondektur pun agak bingung atas pertanyaan saya. Saya pun makin bingung.
“Masnya
kan udah bayar”
Jawab
kondektur singkat. Saya termenung sejenak karena bingung dan kaget. Tetapi,
mengucapkan syukur alhamdulilah. Karena, doa saya agar tidak membayar tiket bus
terkabulkan. Ketika, kondektur berjalan ke depan bus dalam suasana gelap. Bapak
yang masih dalam posisi menempelkan kepala bicara ringan.
“Udah
saya bayarin dek, waktu adek tidur”
Saya
pun hanya berucap syukur, karena bapak yang baru saya kenal mau membayarkan
tiket bus saya. Tetapi, dalam hati bertanya-tanya, kok kata kondektur, yang
bayar saya. Sungguh aneh!
Saya
tidak banyak berpikir kejadian barusan. Yang saya pikir adalah saya bisa
berhemat ongkos perjalanan. Setelah pikiran tenang, saya pun tertidur. Dan,
terbangun saat lampu bus menyala. Ternyata, bus tersebut berhenti sebentar
karena mengganti ban. Yang aneh, saya justru tertidur sendirian di bus.
Sementara, penumpang lainnya turun semua. Mungkin, sambil relaksasi badan.
Rasa
penasaran saya pun muncul lagi. Ketika, bus mulai berjalan. Sementara,
penumpang bapak-bapak yang ada di samping saya tidak terlihat. Tanpa malu-malu,
saya pun bertanya sama kondektur, ketika dia melewati tempat duduk saya.
“Maaf
pak, bapak yang duduk di sini sudah turun di mana?”
Jawab sang kondektur membuat saya kaget.
Dan, hampir tidak percaya.
“Bapak
siapa mas, dari Kalideres kan cuma mas saja yang duduk di sini. Tuh lihat,
penumpang masih penuh, mau turun di Serang ama di Merak”
Saya
pun celingak-celinguk lihat penumpang. Mereka seperti keheranan melihat
saya. Mungkin, mereka kira saya sedang ngelindur. Loh, yang duduk sama
saya siapa? Pikir saya. Detak jantung saya makin kencang, karena saya merinding
atas kejadian yang baru saya alami.
Sosok
gaib telah nyaru (menyamar) jadi penumpang bus. Meskipun, dalam suasana
takut. Saya bersyukur, sosok gaib tersebut telah berbaik hati membayar tiket
bus saya. Mungkin, ini kehendak Allah SWT, saat saya sedang mengalami
kebingungan.
4 comments for "MERINDING, TIKET BUS DIBAYARIN SOSOK GAIB"