Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Tiga (3) Hal Penting yang Harus Dipahami Pengendara Motor Saat Menerima Panggilan Telepon

 

Menerima panggilan telepon saat berkendara motorMenerima panggilan telepon saat berkendara motor sangat berbahaya (Sumber: otosia.com)

 

          Mungkin, sudah ratusan kali, saya melihat langsung pengendara sepeda motor sambal ciuap-cuap menerima panggilan telepon. Dalam hati, saya heran kepada mereka. Mengapa, tidak sayang terhadap keselamatan diri sendiri. Padahal, keluarga menunggu kedatangannya di rumah.  

          Kebiasaan jelek masyarakat saat menerima telepon sambil berkendala motor, sangat sulit dihilangkan. Hal ini dikarenakan adanya persepsi bahwa kematian hanya ditentukan oleh Allah SWT. Bukan, karena hape yang menentukan kematian seseorang. Anggapan tersebut benar adanya.

          Tetapi, Allah SWT tentu Maha Sayang terhadap manusia untuk berbuat yang terbaik. Agar, tidak melanggar berbagai peraturan yang dibuat manusia. Ingat, sayangilah nyawa karena setiap diri ada diberikan Allah SWT hanya satu nyawa.     

          Hari ini, saya mengalami pengalaman yang membuat saya mengelus dada. Ketika, saya masih dalam perjalanan demi mencari sesuap nasi. Seperti biasanya, saya harus melewati perempatan Jalan Gatot Subroto-Jalan Nangka Selatan Denpasar Bali.

          Saya berhenti sejenak karena lampu lalu lintas menunjukian warna merah. Saya sengaja berada di posisi paling pinggir karena hendak berbelok ke kiri. Tiba-tiba terdengar suara umpatan yang semakin jelas dari belakang.

          Ternyata, seorang pengendara yang sambil nelepon. Pengendara yang usianya kira-kira sebaya dengan saya, terlihat seperti memberi khutbah kepada pengguna jalan yang lain. Karena, suara saat menerima telepon terdengar dengan jelas.

          Terlebih buat saya, yang posisinya persis satu langkah sebelah kanan saya. Suara yang terdengar seperti memarahi orang terdengar bak membelah awan. Disertai, dengan suara umpatan kumpulan para penghuni kebon binatang.

 

“Brengsek ci. Naskel*ng. Cic*ng. Cel*ng ..”.

 

          Sungguh, sebuah kalimat yang tidak pantas didengar oleh orang lain di sekitar perempatan lampu merah. Saya yang berada persis sebelah kirinya merasa risih, geregetan dan mengelus dada. Sekilas, saya sempat melihat sebagian raut wajahnya yang tertutup oleh smartphone yang terjepit di antara helm dan pipi.

          Sementara, ikat helmnya dibiarkan tergerai alias tidak dikunci. Dalam hati saya menduga bahwa karakter orang tersebut adalah apa yang dia diucapkan jelas, di antara para pengendara sepeda motor yang sedang antri menunggu lampu merah menyala hijau.

          Dari ilustrasi nyata yang saya alami di atas, memberikan pelajaran bahwa perlunya adab saat menerima telepon. Ketika, dalam perjalanan menggunakan kendaraan sepeda motor. Setidaknya, ada tiga (3) hal penting yang bisa anda lakukan, saat menerima telepon dalam perjalanan berkendara sepeda motor.

 

Hindari smartphone terjepit di antara helm dan kepala.

 

          Tindakan terburuk adalah menerima telepon, ketika anda dalam posisi berkendara motor. Saya memahami bahwa, mungkin bagi anda tidak akan mengganggu perjalanan. Tetapi, manusia mempunyai kekuarangan, di mana dia tidak bisa fokus ketika menghadapi hal-hal yang tidak baik secara mendadak.

          Ketika, anda sedang konsentrasi berkendara, apalagi dalam kondisi macet. Sementara, anda mendadak menerima telepon yang membuat anda tidak nyaman atau emosi. Percayalah, konsentrasi anda akan buyar. Karena, anda sedang emosi untuk meluapkan kemarahan atau kesedihan yang mendalam. Kondisi ini berpeluang terjadinya kecelakaan.

          Sedangkan, ketika anda menerima telepon, dalam posisi smartphone terjepit di antara helm dan kepala. Menurut saya, posisi smartphone tersebut rentan sekali terjatuh, saat anda melewati atau menghindari jalan rusak atau berlubang.

          Smartphone dalam kondisi tersebut dipastikan semakin panas, ketika anda lama menerima telepon. Opini saya, panasnya suhu smartphone tersebut berpeluang memberikan radiasi ke kepala khususnya ke otak. Karena, smartphone menempel erat ke bagian kepala. Untuk kondisi ini, mungkin pembaca bisa memberikan masukan yang baik. Tentang, dampak nyata apa, ketika  smartphone  dalam kondisi on dan panas, yang ditempelkan ke bagian kepala.  

 

Berhentilah saat menerima panggilan telepon.

 

          Bijak dalam berkendara motor adalah sebuah keniscayaan. Saya pernah melihat seorang cewek hampir menabrak truk yang mengerem mendadak di depannya. Pasalnya, cewek tersebut dengan asik bertelepon ria dengan tangan kirinya. Sementara, tangan kanannya berusaha untuk mengendalikan sepeda motor dalam posisi berjalan. Lebih mengenaskan, cewek tersebut tidak memakai helm sebagai pengaman. Berbahaya, jika terjadi sebuah kecelakaan.

          Ada ungkapan menarik dalam dunia lalu lintas, “pelanggaran adalah awal dari sebuah kecelakaan”. Maka, menerima telepon sambil berkendara sepeda motor adalah salah satu pelanggaran lalu lintas. Bukan hanya berbahaya bagi diri sendiri, tetapi berbahaya bagi pengguna jalan lain.

          Maka, hal bijak yang perlu anda lakukan adalah menepi, berhenti dan matikan sepeda motor, ketika anda menerima telepon. Pada kondisi ini, anda berada pada posisi siap untuk menerima kabar dari penelepon nun jauh di sana. Dan, fokus anda adalah menjawab setiap kalimat yang anda terima, baik berupa hal baik maupun jelek.  

          Saya pribadi, sampai detik ini, alhamdulillah belum pernah sekalipun menerima telepon sambil berkendara motor. Saya berusaha menepi, agar fokus saya tercurah untuk menerima kabar lewat telepon tersebut.

 

Jangan sampai pembicaraan anda mengganggu kenyamanan orang lain.

 

          Saya adalah orang yang paling malu, jika pembicaraan lewat telepon terdengar orang lain. Bahkan, menggangu kenyamanan orang lain. Saya berupaya agar biar saya saja yang memahami isi dari telepon tersebut. Itulah sebabnya, saya berusaha untuk menghalangi suara terdengar orang lain, dengan telapak tangan. Bahkan, saya tak sungkan-sungkan untuk membelakangi atau menjauhi banyak orang, jika menerima telepon.

          Saya memahami bahwa pembicaraan telepon adalah privasi. Tidak boleh ada orang lain yang mendengar pembicaraan saya. Apalagi, pembicaraan yang bersifat rahasia, tanpa seijin saya.

          Jadi, ketika telepon berdering persis di perempatan lampu merah. Saya berusaha menepi jauh dari kerumunan pengguna jalan lain, yang sedang ngantri di lampu merah. Saya pastikan, telapak tangan saya menghalangi suara agar tidak bocor ke luar. Juga, suara penelepon yang saya terima dari nun jauh di sana terdengar jelas.   

 



Post a Comment for "Tiga (3) Hal Penting yang Harus Dipahami Pengendara Motor Saat Menerima Panggilan Telepon"