Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Perlu Kaliaan Tahu, Anak Prematur Bisa Tumbuh Sehat dan Berprestasi

 

Bicara Gizi untuk memperingati Hari Prematur Day (WPD) 2022
Bicara Gizi untuk memperingati Hari Prematur Day (WPD) 2022 dengan mengusung tema “Peran Orang Tua Untuk Dukung Anak Prematur Tumbuh Sehat dan Berprestasi” (Sumber: Danone Indonesia)

 

 

 

“Intervensi dan Pemantauan Bayi Prematur Agar Tumbuh Sehat dan Breorestasi” (World Prematurity Day 2022)

 

Kalimat di atas adalah tema, yang menurut Arif Mujahidin, selaku Corporate Communication Director Danone Indonesia, setiap tanggal 10 Nopember diperingati sebagai Hari Prematur Sedunia (World Prematurity Day).

Konvensi PBB Tahun 1989 menyatakan bahwa ada 10 hak anak yang wajib dipahami oleh orang tua. Di antaranya, 1) Hak untuk memperoleh makanan atau nutrizi yang bergizi dan seimbang, 2) Hak untuk memperoleh kondisi tubuh yang sehat, 3) Hak untuk memperoleh kesamaan dan perlakuan, dan lain-lain.

Dalam seminar online Bicara Gizi untuk memperingati Hari Prematur Day (WPD) 2022 dengan mengusung tema “Peran Orang Tua Untuk Dukung Anak Prematur Tumbuh Sehat dan Berprestasi”.

Acara tersebut diselenggarakan secara online melalui aplikasi Zoom dank anal Youtube @Nutrisi Bangsa pada tanggal 16 Nopember 2022 pukul 10,00-14,00 WIB. Sedangkan, narasumber yang hadir adalah:

1.      Arif Mujahidin, selaku Corporate Communication Director Danone Indonesia.

2.       Prof. Dr. dr. Rinawati Rohsiswatmo, Sp.A(K), selaku   Dokter Spesialis Anak Konsultan Pemotologi dan Neonatalogi.

3.      Irma Gustiana Andriani, M.Psi., selaku Psikolog anak dan keluarga.

4.      Desi Fatwa, selaku ibu dengan anak prematur berprestasi.

Kelahiran setiap bayi di dunia benar-benar membutuhkan pemantauan yang ketat. Lantas, siapa yang memerlukan pemantauan? Menurut Prof. Dr. dr. Rinawati Rohsiswatmo, Sp.A(K), selaku   Dokter Spesialis Anak Konsultan Pemotologi dan Neonatalogi menyatakan: 

Dari faktor anak, meliputi:

1.      Prematuritas

2.      Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR).

3.      Kecil masa kehamilan.

4.      Bayi cukup bulan dengan pemakaian ventilasi tekanan positif  >24 jam.

5.      Kelainan kongenital, sindroma genetik, penyakit metabolisme bawaan.

6.      Riwayat pembedahan mayor.

7.      Kelainan pada skrining pendengaran.

8.      Infeksi sistem syaraf pusat.

9.      Ensefalopati neonatal à termasuk riwayat kejang.

10.  Hiperbilirubinemia dan ensefalopati bilirubin.

11.  Kelainan neurobehavioural.

Sedangkan, dari faktor keluarga dan lingkungan, meliputi:

1.      Risiko tinggi -> KDRT, riwayat penganiayaan anak, kemiskinan dan tunawisma.

2.      Penyalahgunaan obat oleh orang tua.

3.      Riwayat gangguan jiwa pada orang tua.

4.      Gangguan perkembangan pada orang tua. 

 

Prof. Dr. dr. Rinawati Rohsiswatmo, Sp.A(K), selaku   Dokter Spesialis Anak Konsultan Pemotologi dan Neonatalogi
Prof. Dr. dr. Rinawati Rohsiswatmo, Sp.A(K), selaku   Dokter Spesialis Anak Konsultan Pemotologi dan Neonatalogi (Sumber: Danone Indonesia).

 

PEMANTAUAN KETAT

Ada perbedaan mencolok antara Bayi Lahir Normal (BLN) dan bayi prematur. Perlu diketahui, bayi yang lahir normal (BLN) mempunyai Berat Badan (BB) sebesar 3.500 gram dan berat otak sebesar 375 gram dengan umur 38-40 minggu.

Sedangkan, bayi prematur mermpunyai Berat Badan (BB) 600-800 gram dan Berat Otak sekitar 75 gram, dengan usia bayi 25 minggu hingga dibawah 37 minggu. Oleh sebab itu, merubah berat otak dari 75 gram ke 375 gram menjadi tugas orang tua dan orang-orang yang mendukungnya.

Sebagai informasi, orang tua dan pihak yang berkepentingan harus tahu faktor risiko kelahiran prematur dan Berat Badan Lahir Normal (BBLR). Adapun, risiko Bayi Prematur dan BBLR adalah:

1.      Prematuritis, yaitu:

1)      Prematur -> - 37 minggu.

2)      Sangat prematur -> usia gestasi < 32 minggu (risiko tinggi)

3)      Extreme prematur -> usia gestasi < 28 minggu (risiko paling tinggi)

2.      BBLR, yaitu:

1)      BBLR -> < 2.500 gram

2)      Berat lahir sangat rendah -> < 1.500 gram (risko tinggi)

3)      Berat lahir amat sangat rendah -> < 1.000 gra, (risiko paling tinggi).

Penanganan bayi prematur perlu melibatkan, seperti: 1) Siapa saja yang terlibat; 2) Dokter umum; 3) Bidan dan perawat; dan 4) Dokter spesialis -> sesuai indikasi. Selanjutnya, Ada cara pengecekan secara fisik, apakah bayi dinyatakan prematur atau tidak.

1.      Melipat daun telinga, jika daun telinga tidak kembali lagi berarti bayi dinyatakan prematur.

2.      Putting susu (payudara), jika terlihat tidak hitam berarti bayi dinyatakan prematur.

3.      Alat kelamin, jika scrotum pada bayi laki-laki tidak hitam berarti bayi prematur.

 

Bayi prematur
Pihak yan terlibat dalam penanganan bayi prematur (Sumber: Danone Indonesia)

 

Bayi prematur dengan risiko tinggi harus dipantau. Follow-up rutin harus dilakukan lebih sering dari bayi tanpa risiko tinggi dan dimulai secepatnya bayi dipulangkan dari perawatan.

 

“Jangan gembira bayi prematur bisa hidup, tetapi buat mereka berkualitas”

 

Meskipun, bayi prematur telah ditangani secara intensif di rumah sakit. Tetapi, bayi prematur masih membutuhkan penanganan intensif di lingkungan orang tua hingga mereka berumur 18 tahun. Karena, otak anak masih tumbuh hingga umur tersebut. Maka, hal terpenting adalah memperhatikan masalah kognitif. Kognitif dan gangguan belajar yang terjadi pada usia sekolah TIDAK DAPAT diprediksi pada beberapa tahun pertama kehidupan.

Anak dengan risiko tinggi seringkali kesulitan beradaptasi di lingkungan pra-sekolah dan lingkungan sekolah -> tidak jarang sebagian akan tetap tidak terdiagnosa hingga akhirnya gagal beradaptasi -> umumnya terlambat untuk mendapatkan intervensi yang efektif.

Oleh sebab itu, anak dengan risiko tinggi HARUS dilakukan pemantauan secara berkala sebelum masuk sekolah dan beberapa tahun pertama masuk sekolah. Menurut Irma Gustiana Andriani, M.Psi., Psikolog., CPC dalam paparannya menjelaskan  bahwa ada 2 hal penting yang harus diperhatikan orang tua, agar anak prematur bisa tumbuh sehat dan berprestasi, yaitu:

1.      Pertumbuhan (perubahan fisik yang dapat diukur, contoh: berat badan, tinggi badan, lingkar kepala, lingkar badan dan lain-lain).

2.      Perkembangan (pertambahan kemampuan struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks, contoh: aspek motorik, kemampuan bicara dan bahasa, sosio emosional, kognitif).

 

Irma Gustiana Andriani, M.Psi., Psikolog., CPC
Irma Gustiana Andriani, M.Psi., Psikolog., CPC (Sumber: Danone Indonesia)

 

ASAH – ASUH -ASIH

Orang tua dan pihak yang terlibat harus memperhatikan 2 hal penting, yaitu:

Aspek pertumbuhan anak, yaitu perubahan fisik yang dapat diatur, meliputi:

1.      Berat badan.

2.      Tinggi badan.

3.      Lingkar kepala.

4.      Lingkar badan, dan lain-lain.

Aspek perkembangan anak, meliputi:

1.      Perkembangan kognitif

2.      Perkembangan bahasa

3.      Perkembangan motorik halus dan kasar.

4.      Perkembangan sensori.

5.      Perkembangan sosial dan emosi

Intervensi orang tua terhadap bayi prematur juga perlu memperhatikan hal-hal penting, seperti: 

1. Physical Health.

2. Mental Health.

3. Learning & Cognition.

4. Quality of Live.

Physical Health, mencakup: 1) General Health (gangguan pernafasan dan ketergantungan dengan dapat terjadi karena masalah pada paru atau lung injury); Pertumbuhan (gangguan pertumbuhan dapat dideteksi  -> pemantauan lewat kurva pertumbuhan; 3) Gangguan minum (bayi risiko tinggi dapat mengalami masalah minum seperti gangguan menelan; edukasi dan dukungan bagi ibu menyusui sangat penting); 4) Gangguan syaraf (cerebal palsy); dan 5) Gangguan lain (gangguan penglihatan dan gangguan pendengaran harus dideteksi sedini mungkin).

 

Pertumbuhan bayi prematur
Grafik pemantauan pertumbuhan bayi prematur (Sumber: Danone Indonesia)

 

Learning & Cognition, mencakup: 1) Perkembangan kognitif, yaitu: Kemampuan bahasa (anak dengan riwayat dan kelahiran sangat prematur dapat terjadi kelainan pita suara -> berhubungan dengan poor self-esteem jika tidak ditangani); 2) Keterampilan pra sekolah; dan 3) Perkembangan akademis.

Mental Health, mencakup: 1) Perilaku; 2) Kemampuan bersosialisasi; 3) Daily functioning; 4) Gangguan perilaku lainnya -> perilaku menarik diri dari sekitar (social withdrawal dan keterlambatan bicara menjelang awal usia 2 tahun dapat menjadi indikasi awal Autism Spectrum Disorder. Sedangkan, Quality of Life, meliputi: 1) Daily functioning; dan 2) Self esteem

Menurut Irma Gustiana Andriani, M.Psi., Psikolog., CPC, penanganan intensif bayi prematur merupakan The Window of Opportunity (jendela kesempatan). Dengan kata lain, perkembangan bayi prematur merupakan masa yang kritis, percepatan pertumbuhan dan perkembangan. Di mana, terbentuknya pondasi awal bagi perkembangan dan Pembentukan Kepribadian yang kuat, pengembangan potensi dan kecerdasan di masa yang akan datang.

Tumbuh kembang bayi prematur hingga tumbuh sehat dan berprestasi dipengaruhi beberapa faktor, seperti:

1.      Faktor Genetika (kakek nenek dan orang tua). Lingkungan (status gizi, sosial ekonomi, teman sebaya, sekolah, stimulasi dan gaya pengasuhan serta kualitas pengasuhan)

2.      Konsep Mengasuh – Mengasah – Mengasihi. Pengasuhan merupakan hubungan antara orang tua dan anak yang multimensi dapat terus berkembang. Tujuan pengasuhan agar anak mampu berkembang secara optimal dan dapat bertahan hidup dengan baik. Dan, bisa tumbuh kembang secara optimal.

 

Konsep mengasah – mengasuh – mengasihi
Konsep mengasah – mengasuh – mengasihi (Sumber: Danone Indonesia)

 

Asuh-Fisik, meliputi kebutuhan sandang, pangan, papan seperti: nutrisi, imunisasi, kebersihan tubuh dan lingkungan, pakaian, pelayanan atau pemeriksaan  kesehatan dan pengobatan, olahraga, bermain dan beristirahat.

Asih Kasih Sayang, seperti: 1) Mencium, memeluk dengan lembut (skin to skin body contact); 2) Menciptakan rasa aman dan nyaman; 3) Peka terhadap kebutuhan anak, mendengarkan dan memberikan perhatian; 4) Memberikan contoh (bukan dipaksa); 5) Memberikan motivasi, penghargaan, dorongan); dan 6) Melakukan koreksi dengan kegembiraan dan kasih saying (bukan ancaman atau hukuman)

Asah Stimulasi, yaitu: 1) Mengembangkan kemampuan sensorik, motoric, emosi-sosial, bicara, kognitif, kemandirian, kreatifitas, kepemimpian, moral dan spiritual anak sedini mungkin; 2) Kondisi psikologis orang tua; 3) Ketidaksiapan mental; 4) Ibu mengalami Postpartum emotion; 5) Ibu mengalami Breastfeeding Challenge; 6) Kurang percaya diri; 7) Kelelahan; 8) Kekhawatiran tentang jumlah ASI; 9) Kemampuan finansial; 10) Masalah keluarga; 11) Dukungan pasangan; dan 12) Standar sosial kesehatan anak stigma tentang anak prematur.


Dampak bayi prematur bagi orang tua
Kondisi psikologis orang tua karena melahirkan bayi prematur (Sumber: Danone Indonesia)

 

Bayi prematur membutuhkan adanya stimulasi agar tumbuh sehat dan berprestasi. Perlu diketahui, stimulasi orang tua sangat penting. Hal inidikarenakan, 1) Orang tua perlu merangsang hubungan antar sel-sel otak; 2) Bila ada rangsangan akan terbentuk hubungan-hubungan baru (sinaps); 3) Semakin sering dirangsang akan semakin kuat hubungan antar sel-sel otak; dan 4) Semakin banyak variasi maka hubungan antar sel-sel otak semakin kompleks atau luas.

  

 

Stimulasi orang tua kepada bayi prematurPentingnya stimulasi orang tua kepada bayi prematur (Sumber: Danone Indonesia)

 

Neuroplastisitas adalah kemampuan otak untuk merubah, remodel dan reorganisasi untuk adaptasi di situasi baru (Demarin, Morovic, Bene, 2014). Ketika ada pembelajaran baru, neuron (sel saraf di otak) akan membentuk koneksi baru. Pengulangan akan membuat koneksi semakin kuat, sebaliknya, koneksi akan melemah karena tidak ada pengulangan).  

Perlu diketahui, ada 6 langkah stimulasi potensi anak prematur sejak dini, yaitu:

1.      Langkah 1. Deteksi dini gangguan kesehatan. Lakukan beberapa tes atau berkonsultasi dengan dokter untuk mengatasi hambatan atau gangguan kesehatan yang dialami anak.

2.      Langkah 2. Meningkatkan imunitas (memberi nutrisi yang seimbang).

3.      Langkah 3. Cari tanda awal potensi anak (perhatikan kebiasaan dan minat anak, berikan peluang untuk ekspresi dan mendorong kreativitas).

4.      Langkah 4. Menumbuhkan kepercayaan diri (memberikan kasih saying, jangan memberikan label tertentu, berikan motivasi untuk mencoba, puji usahanya)

5.      Langkah 5. Modifikasi kegiatan dan terapi (berikan kesempatan pengembangan potensi tetap optimal)

6.      Langkah 6. Menjaga kualitas emosi orang tua (kemampuan mengelola kecemasan orang tua dalam mengasuh anak prematur).

Anak prematur adalah anak yang istimewa, Mereka bisa tumbuh kembang optimal dan berprestasi. Sebagai informasi, setiap tahun di dunia terdapat kurang lebih 15 juta anak yang lahir secara prematur. Untuk menekan angka tersebuit, maka  membutuhkan stimulasi dan nutrisi dari orang tua atau orang dewasa yang berkepentingan.

Pada acara seminar tersebut hadir juga Ibu Desi Fatwa yang mempunyai bayi prematur bernama Benazir Shahnaz yang lahir dengan umur 25 minggu dan  Berat Badan (BB) sebesar 529 gram. Bayi Benazir Shahnaz harus mengalami Intensif Care selama 3 bulan di rumah sakit.

Dengan  perhatian dan perlakukan orang tuanya secara konsisten hingga umur 3 tahun, kini bayi Benazir Shahnaz telah duduk di kelas IX dalam kondisi sehat. Bahkan, anak tersebut telah mengantongi berbagai macam penghargaan. Seperti, Juara II Creative Writing, Juara II Modeling nasional dan lain-lain. Dalam waktu dekat, Benazir Shahnaz akan tampil menyanyi di Manila untuk memenuhi undangan Kedutaan Besar RI untuk Phlilipina.

 

Ibu dengan anak prematur berprestasi
Desi Fatwa, ibu dengan anak prematur berprestasi (Sumber: Danone Indonesia)

 

Dalam sejarah dunia pun telah melahirkan bayi prematur yang sehat dan berprestasi. Sebuat saja tokoh-tokoh besar dunia, seperti Albert Einstein, Isacc Newton dan Pablo Picasso. Maka, orang tua dan pihak yang terlibat harus mengambil peran penting sejak dini. Agar, bayi prematur tersebut tumbuh sehat dan berprestasi.

2 comments for "Perlu Kaliaan Tahu, Anak Prematur Bisa Tumbuh Sehat dan Berprestasi"

DWI RATNAWATI November 22, 2022 at 10:03 PM Delete Comment
Saya juga punya keluarga yang waktu lahir prematur. Sekarang kerja perawat kecantikan.
CASMUDI November 23, 2022 at 5:38 AM Delete Comment
@Dwi Ratnawati: Wow, tumbuh sehat ya.