Terusir dari Tempat Kost (Part 1)
Saya
dan anak semata wayang di halaman kost yang memberikan pengalaman buruk tidak
terlupakan (Sumber: dokumen pribadi)
“Maaf
pak, kalau gak bisa lunasin, maka tuan rumah gak bisa kasih toleransi. Kosongin
saja kamarnya dan nanti barangnya disita semua”
Sungguh, kalimat yang tidak akan saya lupakan seumur hidup. Ini bukan
cerita rekayasa atau fiksi belaka. Ini benar-benar cerita nyata yang saya dan
keluarga alami. Dan, saya mengalaminya seperti cerita dalam sinetron TV.
Kalimat di atas merupakan peringatan terakhir yang menjadi sebuah
kenyataan. Saya diperingati oleh cewek kepercayaan tuan rumah pemilik kost,
untuk menagih tunggakan kost sebesar Rp 4,4 juta.
Sejatinya, kalau mau jujur, tunggakan kost saya tidak sebesar itu.
Karena, ada “permainan” besaran tagihan listrik yang sungguh di luar dugaan
setiap bulannya. Saya hanya menggunakan kulkas dan satu lampu. Di mana, lampu
saya matikan setiap malam. Tetapi, tagihan
listrik rerata Rp300 ribu per bulannya.
Sungguh, di luar nalar manusia. Namun, saya tidak bisa protes. Saya
pasrah. Bagaimana pun alasan saya, pasti saya dicap salah, karena tidak mampu
membayar tunggakan kost selama 4 bulan.
Tunggakan kost tersebut diultimatum untuk dilunasi sebelum akhir bulan
Desemeber 2021 lalu. Yang membuat takut saya adalah jika benar-benar barang
saya disita semua. Sungguh, akan menjadi pertanda buruk dalam hidup saya.
Pada rentang tanggal 25 Desember-31 Desember 2021, saya sungguh gelisah.
Bayangan saya diusir dari tempat kost seperti dalam sinetron selalu membayang.
Bukan itu saja, kondisi anak saya sedang konsentrasi ujian perguruan tinggi, tentu
membutuhkan suasana tenang.
Ternyata, kekhawatiran saya benar-benar terjadi. Tanggal 25 Desember
2021 menjadi momentum bersejarah bagi keluarga saya. Ketika jam menunjukan
pukul 13.50, cewek kepercayaan tuan rumah menagih kembali.
Padahal, janji yang telah disampaikan adalah maksimal akhir Desember
2021. Tubuh saya gemetar, tetapi saya
berusaha untuk tenang. Saya menjawab TIDAK ADA UANG untuk membayar tunggakan
kost saat itu.
Apa yang terjadi? Saya SUNGGUH-SUNGGUH diusir dari tempat kost. Padahal,
saya tidak mempunyai uang untuk MEMBAYAR TUNGGAKAN KOST, KOST BARU dan BIAYA
SEWA MOBIL untuk membawa perlengkapan kost sebanyak dua kali angkut.
Yang mengerikan adalah BARANG-BARANG PENTING SAYA DISITA, termasuk
sepeda motor. Sungguh, saya tidak mampu membendung air mata lagi. Istri dan
anak pun pecah tangis di siang itu. Karena, laptop yang digunakan untuk kuliah
online juga mau disita. Tetapi, saya menghamba sejadi-jadinya, agar laptop
tersebut jangan disita. Karena, buat kuliah ONLINE anak saya.
Untunglah, anak saya masih menyimpan Gopay yang seharusnya untuk
persediaan saat kuliah nanti. Terpaksa, Gopay tersebut dipakai untuk membayar
kost baru.
Saya pun mencari kost baru yang murah melalui marketplace. Sebelum kami
meninggalkan kost lama. Saya diharuskan menandatangani kesediaan untuk melunasi
tunggakan kost dalam secarik kertas. Meskipun, barang-barang penting saya yang
nilainya 2x nilai tunggakan disita sebagai jaminan.
SELAMAT TINGGAL KOST LAMA …
Bersambung … (Part 2).
Post a Comment for "Terusir dari Tempat Kost (Part 1)"