FishGo: Aplikasi Digital Berbasis Navigasi, Senyum Nelayan Tradisional Kian Merekah Karena Hasil Tangkapan Kian Berlimpah
Aplikasi FishGo menemani nelayan tradisional untuk mendapatkan hasil tangkapan ikan lebih berlimpah (Sumber: FishGo)
Saat jalan-jalan di pantai Kedonganan Badung bali, maka kita akan melihat pemandangan nelayan yang berumur 40 tahun ke atas sedang mengangkat jala dari jukung dan mensortir hasil tangkapan ikan laut. Mereka adalah sosok nelayan tradisional yang harus bertaruh nyawa. Setiap kali melaut, mereka menghadapi ganasnya gelombang laut Selat Bali demi mendapatkan hasil tangkapan ikan laut.
Perlu diketahui, Indonesia merupakan negara dengan jumlah tangkapan ikan terbanyak kedua di dunia. Kondisi tersebut seharusnya membuat kehidupan nelayan tradisional makin sejahtera. Tetapi, menurut data statistik Indonesia tahun 2020 menyatakan 5,32 juta nelayan tradisional Indonesia tergolong miskin (impoverished people). Kondisi tersebut disebabkan oleh minimnya teknologi yang digunakan nelayan tradisional. Sehingga, berakibat pada minimnya hasil tangkapan. Bahkan, jumlah nelayan Bali kekira 20% dari total populasi, hanya mampu memenuhi kekira 35% dari kebutuhan ikan di Pulau Bali.
Nelayan tradisional pantai selatan Bali sedang mengumpulkan hasil tangkapan ikan (Sumber: FishGo)
Mengapa hasil tangkapan nelayan tradisional Bali masih minim? Harus diakui bahwa nelayan tradisonal di Bali, khususnya pantai selatan Bali masih menggunakan teknik pengamatan manual. Mereka berpatokan pada kondisi alam atau cara yang digunakan secara turun-temurun, seperti: kondisi awan, sebaran burung, dan mencelupkan telapak tangan di air laut. Tentu, cara-cara tersebut tidak memberikan kepastian hasil tangkapan nelayan tradisional.
Padahal, ketidakpastian hasil tangkapan akan memberikan dampak signifikan terhadap kondisi ekonomi keluarga. Kebutuhan biaya nelayan tradisional untuk sekali melaut, seringkali diperoleh dari hasil berhutang pada tengkulak atau rentenir. Ketika, hasil tangkapan tidak sesuai harapan, maka nelayan tradisional tidak bisa membayar hutang. Selanjutnya, nelayan tersebut harus berhutang lagi. Begitulah seterusnya menjadi sebuah lingkaran setan.
Kondisi ekonomi nelayan tradisional masih jauh dari kata sejahtera. Hal ini dikarenakan beberapa faktor, seperti: hasil tangkapan ikan yang minim; waktu yang dibutuhkan untuk sekali melaut terasa lama; dan rute yang panjang harus ditempuh nelayan tradisional, karena kurangnya pemahaman rute terbaik.
FishGo Sebuah Kebutuhan
Melihat permasalahan yang dihadapi nelayan tradisonal tersebut, maka tercetuslah sebuah aplikasi yang bertujuan untuk memperbaiki standar hidup nelayan tradisional. Aplikasi digital bernama FishGo, yang diciptakan oleh anak muda asli Bali bernama I Gede Merta Yoga.
I Gede Merta Yoga, anak muda Bali pencipta aplikasi FishGo (Sumber: dokumen pribadi)
FishGo merupakan aplikasi Android berbasis navigasi yang diperuntukan untuk nelayan tradisional. Aplikasi tersebut diluncurkan di bawah bendera PT. Nelayan Digital Indonesia. Dan, FishGo hadir sebagai kebutuhan nelayan tradisional, agar Nelayan Go Digital.
FishGo diperuntukan bagi nelayan tradisional untuk meningkatkan hasil tangkapan (Sumber: FishGo)
Ada 7 fitur menarik di aplikasi FishGo, yaitu: 1) Koordinat keberadaan beberapa spesies ikan (fishing ground coordinate for several fish species); 2) Informasi cuaca (weather information); 3) Informasi pasang surut (tidal waves information); 4) Gawat darurat (emergency atau SOS); 5) Pemasaran hasil tangkapan ikan (fishing catch marketing); 6) Laporan hasil tangkapan ikan (fishing catch reporting); dan Teknologi Patriot yang terhubung dengan fitur FishFinder.
Dari fitur-fitur aplikasi FishGo tersebut, fitur yang paling menarik adalah dukungan teknologi Patriot. Yaitu, alat pendeteksi area tangkapan ikan berbasis Internet of Thing (IoT). Alat tersebut memanfaatkan teknologi sonar dalam memprediksi biomassa ikan, hingga kedalaman 40 meter di bawah permukaan air laut. Cara kerjanya, alat Patriot (NBM-20) terhubung dengan aplikasi FishGo. Keberadaan ikan yang terdeteksi akan ditampilkan pada fitur FishFinder. Sehingga nelayan tradisional akan mengetahui lokasi keberadaan ikan.
Teknologi Patriot yang bermanfaat untuk memberi titik lokasi tangkapan secara akurat (Sumber: FishGo)
Uji Coba Lapangan
I Gede Merta Yoga menyadari bahwa aplikasi FishGo hasil ciptaannya mempunyai kendala, seperti: Pertama, aplikasi FishGo bisa gagal prediksi atau akurasinya tidak 100%. Tetapi, menurut penuturannya dalam sebuah wawancara tatap muka, dia menyatakan akurasi aplikasi FishGo pada kisaran 86%.
Akurasi tersebut berlaku untuk nelayan tradisional yang menangkap ikan di kawasan pantai selatan dan Selat Bali. Kegagalan prediksi tersebut disebabkan adanya perpindahan atau pergerakan ikan secara cepat. Bahkan, dalam satu menit pun ikan bisa berpindah tempat, yang tidak bisa diprediksi sebelumnya.
Kedua, hasil tangkapan ikan yang nihil dialami nelayan tradisional. Kondisi ini sungguh berat bagi nelayan tradisional, karena menjadi pemicu makin terpuruknya kondisi ekonomi keluarga. Biaya untuk konsumsi bahan bakar makin menumpuk hutang yang ada. Itulah sebabnya, I Gede Merta Yoga melengkapi teknologi Patriot di aplikasi FishGo. Dengan tujuan untuk memberikan hasil tangkapan yang kian berlimpah, agar senyum nelayan tradisional kiaan merekah.
Unik, aplikasi FishGo ini berawal dari proses lomba karya tulis yang mengusung tema teknologi. Karya tulis I Gede Merta Yoga yang mengangkat tentang aplikasi FishGo tersebut diganjar dengan juara I, dan mendapatkan hadiah uang tunai 10 juta rupiah. Demi membuktikan penerapan langsung aplikasi tersebut, maka uang hasil hadiah digunakan untuk biaya uji coba lapangan.
I Gede Merta Yoga menyewa 2 (dua) jukung nelayan tradisional pantai selatan Bali untuk mencari hasil tangkapan, dengan 2 titik lokasi tangkapan yang berbeda. Satu perahu tanpa menggunakan aplikasi FishGo dan satu perahu dengan menggunakan aplikasi FishGo. Hal ini untuk membandingkan pencapaian hasil tangkapan, antara jukung yang tanpa aplikasi FishGo dan jukung yang dilengkapi dengan aplikasi FishGo. Jarak perahu pada 2 titik lokasi tangkapan kekira 15 km di kawasan Selat Bali.
Uji coba lapangan tersebut dilakukan secara berulang setiap minggunya sebanyak 5 kali (5 minggu) pada 10 titik lokasi tangkapan yang berbeda. Pada minggu II, I Gede Merta Yoga ikut terjun langsung untuk mengecek kemampuan aplikasi FishGo. Uji coba dengan menggunakan 2 jukung tersebut menunjukan informasi yang berbeda. Jukung yang dilengkaapi dengan aplikasi FishGo memberikan hasil tangkapan lebih banyak dibandingkan dengan jukung tanpa dilengkapi aplikasi FishGo.
I Gede Merta Yoga terjun ke lapangan langsung untuk menguji aplikasi FishGo (Sumber: FishGo)
Ada 3 (tiga) keuntungan yang bisa diperoleh nelayan tradisional dengan menggunakan aplikasi FishGo. Pertama, durasi waktu tangkapan yang lebih pendek. Nelayan tradisional kawasan Selat Bali biasanya mulai melaut pada pukul 4 sore, selanjutnya pulang ke rumah (mendarat) pada pukul 7 pagi keesokan harinya. Waktu yang dibutuhkan untuk sekali melaut kekira 15 jam. Dengan aplikasi FishGo, durasi waktu tangkap ikan bisa diperpendek menjadi 6 jam. Nelayan tradisional bisa pulang mendarat lebih cepat pada pukul 10 malam pada hari yang sama.
Kedua, lokasi tangkapan ikan bisa diprediksi dengan baik. Karena teknologi sonar dari Patriot, maka keberadaan ikan bisa dideteksi lebih awal. Dengan adanya akurasi yang bisa 100% dengan sistem penginderaan jarak jauh tersebut, nelayan bisa lebih fokus pada lokasi yang dipenuhi ikan. Teknologi sensor dengan Internet of Things (IoT) yang menggunakan koneksi bluetooth akan menutupi akurasi FishGo yang sebesar 86% bisa menjadi 100%. Sehingga, nelayan tradisonal yang berada di Indonesia Timur (Maluku dan Papua) bisa menggunakan aplikasi FishGo dengan baik.
Ketiga, rute yang jelas. Dengan adanya deteksi keberadaan ikan, maka aplikasi FishGo akan memberikan rute perjalanan nelayan tradisional lebih akurat. Tentu, rute perjalanan tersebut tidak akan membuang waktu lebih banyak. Dengan kata lain, FishGo memberikan rute dengan memakan waktu lebih efisien.
Sejak tahun 2019, ada 3 kelompok nelayan tradisional yang menjadi binaan dengan menggunakan aplikasi FishGo, yaitu: 1) Samanjaya (Kelan); 2) Kerta Bali (Kedonganan); dan Putra Bali (Kedonganan). Persentase peningkatan beberapa hasil tangkapan ikan nelayan tradisional di Selat Bali, yaitu: Baby Tuna (50,96%), Lemuru (46,8%), dan Kenyar (54,72%).
Ikan hasil tangkapan nelayan dengan menggunakan aplikasi FishGo (Sumber: FishGo)
Pertumbuhan manfaat dari penggunaan aplikasi FishGo oleh nelayan tradisional Bali meningkat setiap tahunnya sejak tahun 2019. Total pengguna (user) aplikasi FishGo yang terdaftar meningkat sebanyak 326 (2019) naik menjadi 1047 (2020) dan 2180 (2021). Hasil tangkapan setiap harinya (kg) meningkat dari 60 (2019), 100 (2020), kemudian naik menjadi 120 (2012). Dari segi pendapatan bersih setiap harinya (Rp) sebanyak 174 (2019), 300 (2020), kemudian naik 370 (2021). Selanjutnya, total koordinat penangkapan sebanyak 292 (2019), 659 (2020), kemudian naik 1354 (2021).
Sebagai informasi, hasil tangkapan nelayan tradisonal di kawasan Selat Bali tersebut sudah ada yang nampung dari berbagai perusahaan. Ikan hasil tangkapan diolah menjadi produk jadi, seperti Kinzi (kripik ikan Tuna). Produk tersebut diolah oleh tangan terampil istri nelayan tradisional yang bertujuan untuk memberdayakan komunitas wanita kawasan pantai. Kemudian, produk dipasarkan untuk konsumsi nasional melalui berbagai media, dari pelanggan rumah tangga hingga pemasaran secara digital ads. Ikan hasil tangkapan nelayan tradisional juga untuk memenuhi kebutuhan hotel dan restoran di Bali.
Penghargaan
I Gede Merta Yoga menyadari bahwa akselerasi penggunaan aplikasi FishGo harus mengusung sistem kolaborasi secara Triplehelix. Yaitu, kolaborasi 3 pihak penting (FishGo, Government atau pemerintah, dan University atau kalangan perguruan tinggi). Hal ini bertujuan untuk memperkuat kerjasama dengan unsur birokrasi dan akademisi, dan memperluas kesadaran masyarakat (awareness) khususnya nelayan tradisional tentang aplikasi FishGo.
Apalagi, I Gede Merta Yoga mempunyai keinginan besar, agar aplikasi FishGo bisa mendapatkan sertifikasi secara nasional. Sehingga, aplikasi FishGo bisa menjadi perangkat digital nelayan tradisional Indonesia menuju Nelayan Go Digital.
Tidak dipungkiri bahwa hadirnya aplikasi FishGo sangat membantu senyum nelayan tradisional kian merekah. Atas dedikasi terbaik, maka I Gede Merta Yoga mendapatkan sederet penghargaan dari berbagai pihak. Seperti, Best of The Best TheNextDev Talent Scouting Indonesia (2018); 1st Winner of GoStartup Indonesia by The Creative Economy Agency of Indonesia (2019); Penerima Apresiasi SATU Indonesia Awards, Kategori Teknologi tahun 2020; dan Outstanding Achievement of Public Service Innovation by Indonesian Ministry of State Apparatus Utilization and Bureaucratic Reform (2021).
Dia juga mendapatkan pendanaan dari pemerintah sebesar Rp2,8 miliar untuk mengembangkan aplikasi FishGo. Tentu, masih banyak apresiasi dari pihak lain, seperti: Telkomsel, Pemerintah Singapura, Kedutaan RI di Spanyol dan menjadi pembicara di berbagai acara. I Gede Merta Yoga adalah sosok yang kreatif dan memberikan inspirasi bagi generasi muda, untuk kemajuan kini dan masa depan bangsa Indonesia.
1 comment for "FishGo: Aplikasi Digital Berbasis Navigasi, Senyum Nelayan Tradisional Kian Merekah Karena Hasil Tangkapan Kian Berlimpah "