Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Gede Andika, Dari Desa Pemuteran Membangun KREDIBALI, Ke Laos Dan Vietnam Siap Menebar Edukasi Dan Literasi

 

I Gede Andika Wira Teja (Dika), tokoh pendiri KREDIBALI (Sumber: dokumen pribadi)


    Bulan Pebruari 2020, pertama kali pemerintah secara resmi menyatakan Covid-19 telah masuk ke Indonesia. Sejak saat itu, protokol kesehatan ditegakkan seantero negeri. Beberapa dampak nyata dari penerapan protokol kesehatan adalah denyut pariwisata Pulau Bali menjadi mati suri. Dan, berhentinya proses pembelajaran tatap muka semua mata pelajaran siswa SD dan SMP di sekolah, termasuk pelajaran Bahasa Inggris. Di mana, anak-anak sekolah harus belajar dari rumah atau Work From Home (WFH) untuk jangka waktu yang tidak ditentukan.

    Kenyataannya, tidak semua orang tua mampu memberikan pembelajaran Bahasa Inggris kepada anaknya, layaknya guru yang mengajar siswanya di sekolah. Tidak terhitung jumlahnya, orang tua yang tidak berdaya, karena ketidakmampuan orang tua memberikan edukasi kepada anaknya. 

    Bagi orang tua yang mampu, mereka bisa membayar guru privat untuk datangkan ke rumahnya. Lantas, bagaimana dengan orang tua yang berada di garis kemiskinan. Jangankan untuk membayar guru privat, untuk makan keesokan harinya saja, mereka harus memutar otak. Maka, mau tidak mau, mereka harus menelan pil pahit kenyataan ini. Mereka hampir putus asa tentang masa depan anaknya, karena proses pembelajaran yang terhenti seketika.


Berjuang Sendiri

    Ternyata, kondisi anak yang tidak bisa mendapatkan akses belajar mendapatkan perhatian mendalam dari orang berhati baik. Di sebuah Desa Pemuteran Kabupaten Buleleng Bali, muncul ide untuk memberikan akses belajar kepada anak-anak. Desa Pemuteran yang merupakan destinasi wisata idaman untuk diving dan snorkeling di Bali utara, menjadi tempat percontohan bagi anak-anak Pulau Dewata yang ingin mendapatkan akses belajar saat Pandemi Covid-19.

    Dari Jejak Literasi Bali menampilkan sosok anak muda lokal yang kreatif. Anak muda yang telah lama tingggal di Australia tersebut bernama I Gede Andika Wira Teja (Dika). Anak muda kelahiran 21 april 1998 tersebut tergerak hatinya untuk memberikan edukasi Bahasa Inggris dan literasi lingkungan kepada anak-anak yang berada di sekitar tempat tinggalnya.

    Perlu diketahui, Jejak Literasi Bali adalah komunitas sosial yang bertujuan untuk perbaikan membaca atau menulis, berhitung, bahasa, serta literasi digital dan lingkungan, yang ditujukan bagi anak seusia pendidikan Sekolah Dasar (SD) di wilayah Bali.

    Komunitas Jejak Literasi Bali lahir pada tahun 2019. Sementara, KREDIBALI (Kreasi Edukasi Bahasa dan Literasi Lingkungan) diluncurkan pada bulan Mei 2020 di Desa Pemuteran, ketika bangsa Indonesia dilanda pandemi Covid-19. KREDIBALI merupakan rumah belajar Bahasa Inggris yang dikolaborasikan dengan literasi lingkungan bagi anak-anak SD dan SMP.

    Menarik, saat membangun KREDIBALI di tahun 2020, Dika yang jebolan Fakultas Ekonomi Universitas Udayana sejatinya sedang menjalani proses kuliah S2 dengan fasilitas beasiswa Double Degree. Di mana, bulan September 2020 harus bertolak ke United Kingdom (UK) untuk mengambil jenjang masternya.

    Bulan Maret 2020, Dika datang ke rumah orang tuanya di Desa Pemuteran untuk pamit ke UK. Tetapi, di Desa Pemuteran ini justru cerita berubah, karena Dika tersentuh hatinya untuk memajukan anak-anak kampung halamannya belajar Bahasa Inggris.

    Mengapa harus Bahasa Inggris? Hal ini dilandasi dengan kondisi Desa Pemuteran yang menjadi tujuan wisata. Dengan kemampuan Bahasa Inggris yang baik, maka bisa berkomunikasi lancar dengan wisatawan mancangera. Bukan itu saja, kecakapan Bahasa Inggris yang dimiliki oleh Dika menjadi modal besar untuk menularkan ilmunya, kepada anak-anak yang membutuhkan akses belajar Bahasa Inggris.

    Setelah berpikir matang dan pertimbangan keluarga, akhirnya Dika memutuskan untuk tidak melanjutkan kuliah di United Kingdom (UK). Alasan Dia berhenti kuliah, karena Dia berprinsip untuk menerapkan ilmunya dengan mengajarkan anak-anak di kampung halamannya. Jika, Dia melanjutkan S2 di UK, maka hanya Dialah yang diuntungkan, sedangkan jika Dia mengajar anak-anak, maka yang diuntungkan adalah Dia dan anak-anak untuk mendapatkan akses belajar.

    Hal yang perlu digarisbawahi adalah Dika berjuang seorang diri saat memulai edukasi di KREDIBALI. Dia tidak melibatkan siapa pun selama kurang lebih satu tahun. Bahkan, Dia juga tidak mau melibatkan orang-orang yang bergabung dalam komunitas Jejak Literasi Bali. Alasannya, orang-orang yang berada di komunitas tersebut bisa lebih fokus dalam menjalankan roda komunitasnya.

    Anak-anak yang bisa bergabung di KREDIBALI adalah 1) anak dari keluarga miskin yang kehilangan pekerjaan di sektor pariwisata; 2) keluarga yang mendapatkan PKH (Program Keluarga Harapan) dari pemerintah; dan 3) penerima Bantuan Langsung Tunai (BLT).

    Pada kenyataannya, tidak semudah membalikan telapak tangan untuk mengumpulkan anak, agar mereka mau belajar di KREDIBALI. Meskipun, menurut data Desa Pemuteran menyatakan ada 3.094 jiwa (38,31%) jiwa yang tidak pernah bersekolah. Ditambah dengan adanya keputusasaan orang tua, karena anak harus belajar online saat Pandemi Covid-19. Di mana, proses belajar menggunakan gadget. Tidak adanya biaya untuk membeli gadget tersebut memberikan peluang anak untuk putus sekolah.

    Banyak orang tua yang melarang anaknya untuk belajar, karena takut tertular Covid-19. Mereka mengalami trauma parenting (trauma pola pengasuhan anak dalam lingkungan keluarga). Selain orang tua, pihak Banjar pun menentang adanya proses pembelajaran KREDIBALI.

    Masalah penyebaran Covid-19, pihak KREDIBALI meyakinkan masyarakat khususnya orang tua, dengan adanya jaminan pembelajaran akan berjalan aman sesuai dengan protokol kesehatan. Sedangkan, masalah trauma parenting, KREDIBALI secara rutin melakukan assessment (penilaian) yang dilakukan oleh psikolog selama 6 bulan. Caranya, dengan melakukan pendekatan keluarga secara profesional.

    Cara pihak Banjar agar setuju adanya proses pembelajaraan adalah KREDIBALI meyakinkan pihak Banjar, bahwa proses belajar akan berjalan sesuai protokol kesehatan. Pihak Banjar bisa mengawasi proses pembelajaran secara langsung. Bahkan, akhirnya perangkat Desa Pemuteran memberi dukungan penuh dengan meminjamkan ruangan rapat untuk sarana belajar KREDIBALI.

    Sebagai informasi, yang diajarkan KREDIBALI adalah: 1) pendidikan Bahasa Inggris (tingkat basic, tingkat intermediate dan tingkat advance); 2) manajemen sampah plastik; dan 3) kepekaan atau kesadaran sosial.

    Setelah berkembang, adanya perubahan fasilitas pembelajaran yang terjadi di KREDIBALI. Karena, KREDIBALI mulai dikenal dan mendapatkan sambutan baik dari publik Persentase dari fasilitas pembelajaran adalah buku (48,3%), kamus (33,9%), tas (7,5%), sepatu (7,5%) dan beasiswa (2,9%).

    Kini, Dika tidak bekerja sendiri. Banyak relawan yang tanpa pamrih melibatkan diri untuk membantu proses edukasi. Hari Senin sampai Sabtu adalah waktu controlling anak, selanjutnya pada hari Minggu, anak-anak yang terdaftar dibawa ke rumah pintar KREDIBALI.

    Setiap angkatan terdiri dari 75 anak, yang terbagi menjadi 3 kelas. Sehingga, setiap kelas terdiri dari 25 anak. Karena, KREDIBALI dikembangkan ketika terjadi Pandemi Covid-19. Maka, setiap anak yang hendak masuk kelas harus mengikuti protokol kesehatan terlebih dahulu. Selain itu, setiap anak wajib mengumpulkan sampah plastik sebagai biaya untuk mengikuti edukasi Bahasa Inggris.


Proses pembelajaran anak dalam sebuah ruang kelas (Sumber: KREDIBALI)


    Kebetulan sekali, KREDIBALI bekerja sama dengan NGO (Non-Government Organisation) Bali yang bernama Plastic Exchange dalam mengelola bank sampah. Sampah plastik dari limbah rumah tangga masing-masing anak akan ditimbang dan dibayar dengan beras. Selanjutnya, beras yang terkumpul akan disumbangkan kepada keluarga lanjut usia kurang mampu di sekitar Desa Pemuteran. Hingga saat ini, sampah plastik yang telah dikumpulkan oleh KREDIBALI sebanyak kurang lebih 475 kg.


Teori Perubahan

    Program edukasi yang dilakukan KREDIBALI menjadi sebuah teori perubahan ke arah yang lebih baik. Adanya, perbaikan kemampuan Bahasa Inggris dan mengurangi sampah plastik. Kemampuan Bahasa Inggris ini bertujuan menciptakan tenaga yang berkualitas tinggi di sektor pariwisata. Untuk selengkapnya, bisa lihat gambar berikut.


Teori perubahan yang dilakukan oleh KREDIBALI (Sumber: KREDIBALI/terjemahan)


    Dengan adanya teori perubahan, maka KREDIBALI harus melakukan ekspansi ke desa-desa di seluruh Bali. Bukan hanya di Desa Pemuteran, tetapi KREDIBALI hadir di Desa Puhu (Kecamatan Payangan Kabupaten Gianyar) dan akan hadir di Desa Batur (Kecamatan Kintamani Kabupaten Bangli).

    Sejak tahun 2023, para pengajar KREDIBALI untuk Desa Pemuteran Kabupaten Buleleng diserahkan kepada para volunteer (relawan) masyarakat lokal. Saat relawan tersebut dirasa mampu dan mandiri untuk melakukan pembelajaran, maka KREDIBALI akan berdiri di desa-desa lain.

    Saat ini, KREDIBALI telah berdiri Desa Puhu Kecamatan Payangan Kabupaten Gianyar. Seperti di Desa Pemuteran, KREDIBALI telah bekerja sama dengan beberapa pihak untuk melancarkan proses pembelajaran, seperti beberapa Sekolah Dasar di Desa Puhu (SD 1, 2, dan 3 Puhu); Jejak Literasi Bali yang konsentrasi pada komunitas sosial; Harmony Payangan yang mengelola sampah plastik; Sahabat Alam Natah Rare; KBA Tegeh Sari; dan Gerakan 1001 Buku. Untuk para pengajar, KREDIBALI melibatkan para relawan yang berasal dari SMA 1 Payangan.

    Sejatinya, dari Desa Puhu, KREDIBALI akan merambah ke Desa Batur secepatnya. Tetapi, relawan dari masyarakat lokal yang dilibatkan atau melibatkan diri sebagai pengajar di KREDIBALI dirasa belum mampu dan mandiri untuk menggantikannya. Tetapi, Desa Batur tetaplah menjadi tujuan KREDIBALI selanjutnya.


Ekpansi Lintas Negeri

    Atas dedikasi dalam memberikan edukasi kepada anak-anak melalui KREDIBALI, akhirnya Dika mendapatkan beasiswa di USA yang diselenggarakan oleh Obama Foundation. Ada tanggung jawab moral, untuk menyebarkan semangat edukasi di kawasan Asia Tenggara, di mana diperlukan pembelajaraan tentang Bahasa Inggris. Maka, KREDIBALI bersiap untuk melakukan ekspansi ke Laos dan Vietnam.

    Pembelajaran Bahasa Inggris di Laos dan Vietnam masih sangat diperlukan oleh warganya. Apalagi, gaya bicara dua negara tersebut dalam melafalkan Bahasa Inggis, dialeknya masih seperti Singaporean atau Malaysian English. Ekspansi ke kedua negera tersebut adalah pesan yang tersirat dari Obama Foundation. Bahwa, KREDIBALI mempunyai akses untuk menebarkan edukasi di wilayah Asia Tenggara, khususnya Laos dan Vietnam.

    KREDIBALI bukan hanya sebagai tempat edukasi Bahasa Inggris buat anak-anak SD dan SMP. Tetapi, KREDIBALI telah menanamkan kesadaran masyarakat tentang menjaga lingkungan dengan baik. Juga, KREDIBALI telah memberikan spirit sosial kepada kita semua, tentang artinya kepedulian terhadap orang lain yang kurang mampu. Semua itu membutuhkan Semangat Hari Ini dan Masa Depan Indonesia. 

1 comment for "Gede Andika, Dari Desa Pemuteran Membangun KREDIBALI, Ke Laos Dan Vietnam Siap Menebar Edukasi Dan Literasi"

DWI RATNAWATI October 25, 2023 at 6:12 AM Delete Comment
Menari sekali, karena biaya buat bayar bahasa Inggris bayarnyanpakai sampah platik