Wisata Sejarah Benteng Pendem (Van Den Bosch), Surga Tersembunyi di Kota Ngawi
Benteng Pendem (Van De
Bosch), wisata sejarah unggulan Pemerintah
Kabupaten Ngawi Jawa Timur (Sumber:
dokumen pribadi)
Hari
Raya Lebaran sebagai Hari Kemenangan umat Islam telah berlalu. Hari yang
menjadi titik balik sebagai insan yang kembali kepada fitrah (kesucian). Kini,
di hari ibur Lebaran, banyak tempat-tempat wisata atau spot untuk hangout para
orang tua atau generasi milenial yang diserbu pengunjung khususnya para
pemudik. Oleh sebab itu, tempat wisata yang ada di daerah menjadi incaran para pemudik
untuk menghabiskan masa liburnya sebelum kembali ke kota dan melakukan
rutinitas kerja seperti sedia kala.
Kini,
di jaman digital memberikan kemajuan setiap daerah untuk berbenah mengelola
potensi wisata yang ada sebaik mungkin. Dari tempat wisata pantai hingga wisata
dataran tinggi yang mengandalkan
keindahan alam pegunungan. Dan, mayoritas pengunjung paling happy saat berkunjung ke tempat wisata
pantai atau gunung tersebut. Lonjakan pengunjung tersebut secara langsung akan
meningkatkan pendapatan daerah di sektor wisata. Sama halnya dengan Pemerintah
Ngawi Jawa Timur. Berbagai potensi wisata dikelola secara serius. Apalagi, para
pengelola tempat wisata yang ada perlu memahami bahwa generasi milenial yang
gemar mengabadikan momen saat liburan di berbagai akun media sosial (medsos)
merupakan salah satu strategi marketing yang luar biasa. Kondisi ini bisa
membantu awarness masyarakat akan potensi
wisata Ngawi di ranah nasional.
Pesona Benteng Pendem
Di
hari libur Lebaran, berbagai tempat wisata di Kota Ngawi mengalami lonjakan
yang signifikan. Salah satu tempat wisata yang anti mainstream menarik perhatian
banyak pengunjung adalah Benteng Pendem
(Fort of Van Den Bosch). Kota Ngawi merupakan
kabupaten paling barat di Jawa Timur yang berbatasan dengan Kabupaten Sragen
Jawa Tengah. Kota Ngawi merupakan kota sejarah yang telah melahirkan banyak
tokoh sejarah atau tokoh nasional. Gubernur RM. Soeryo, tokoh BPUPKI KRT.
Rajiman Wedyodiningrat, Pengamat ekonomi Prof. Sri Edi Swasono, tokoh film Umar
Kayam, model papan atas Ratih Sanggarwati, pelawak Topan & Leysus, dan
lain-lain merupakan deretan tokoh yang lahir di kota yang terkenal dengan
Kripik Tempe.
Nama “Ngawi”
makin dikenal masyarakat Indonesia
ketika Presiden Jokowi berkunjung ke kota Ngawi untuk melakukan temu wicara dan
membagikan 850 unit hand tractor dan
337 unit pompa air untuk meningkatkan produksi beras petani di Desa Keras Wetan
Kecamatan Geneng Ngawi pada tanggal Tanggal 31 Januari 2015 lalu. Bahkan, sang
Presiden menyempatkan diri untuk menikmati kuliner Nasi Pecel khas kota Ngawi.
Serta, menyempatkan diri untuk berdialog dengan masyarakat setempat secara
langsung.
Benteng
Pendem merupakan wisata sejarah yang patut dikunjungi. Tempat wissata ini
merupakan surga tersembunyi yang menguak sejarah bangsa Indonesia masa lalu. Karena,
bukan hanya tampilan bangunan yang masih kokoh berdiri meskipun di beberapa
bagian rusak dan lapuk karena termakan usia tetapi banyak ilmu yang bisa
diambil dari bangunan tersebut. Menurut angka yang tertera di bagian depan
dekat pintu gerbang utama, Benteng Pendem dibangun pada masa penjajahan Hindia
Belanda yaitu tahun 1839 - 1845.
Dinamakan “Fort of Van Den Bosch” atau Benteng Van Den Bosch karena bangunan tersebut dibangun saat
Gubernur Jendral Belanda dipegang oleh Jendral
Johanes Van Den Bosch.
Menurut laman Wikipedia menyatakan bahwa Benteng Pendem
memiliki ukuran bangunan 165 m x 80 m dengan luas tanah kurang lebih 18 Ha.
Lokasi Benteng Pendem mudah dijangkau para traveler,
yaitu dari Kantor Pemerintah Kabupaten Ngawi, anda tinggal bergerak ke arah
timur laut sejauh kurang lebih 1 km. Menarik,
letak benteng Pendem sangat strategis karena berada di sudut pertemuan sungai
Bengawan Solo dan Sungai Madiun. Dahulu, Benteng Pendem sengaja dibuat lebih
rendah dari tanah sekitar yang dikelilingi oleh tanah tinggi sehingga terlihat
dari luar seperti terpendam. Itulah sebabnya, Benteng tersebut lebih dikenal
dengan nama Benteng Pendem.
Bukan hanya itu, letak
Benteng Pendem yang dekat dengan Bengawan Solo dan Sungai madiun merupakan ide
yang cerdas Hindia Belanda. Perlu diketahui bahwa pada abad ke-19, Kota Ngawi menjadi salah satu pusat perdagangan dan
pelayaran di Jawa Timur dan dijadikan pusat pertahanan Belanda di wilayah
Madiun dan sekitarnya dalam Perang Diponegoro (1825-1830). Apalagi, pada saat
itu Hindia Belanda sedang mengahadapi berbagai perlawanan dari masyarakat
pribumi, seperti perlawanan yang
dipimpin oleh kepala daerah setempat. Di
Madiun dipimpin oleh Bupati Kerto Dirjo dan di Ngawi dipimpin oleh Adipati
Judodiningrat dan Raden Tumenggung Surodirjo, serta salah satu pengikut
Pangeran Diponegoro bernama Wirotani.
Sayang, pada tahun 1825
Ngawi berhasil direbut dan diduduki oleh Hindia Belanda. Oleh sebab itu, untuk mempertahankan
kedudukan dan fungsi strategis Ngawi serta menguasai jalur perdagangan,
Pemerintah Hindia Belanda membangun Benteng Van Den Bosch. Benteng ini dihuni
tentara Belanda sebanyak kurang lebih 250 orang yang bersenjatakan bedil, 6
meriam api dan 60 orang kavaleri yang dipimpin oleh Jendral Johannes Van Den
Bosch. Markas besar dan pertahanan tentara Belanda untuk melawan perjuangan
Pangeran Diponegoro. Dan, markas besar tersebut terbagi atas Ruang pimpinan,
pasukan, dan gudang amunisi. Jaman Sekarang, Benteng Pendem dikelola secara serius
oleh Pemerintah Kabupaten Ngawi. Adapun, DED Benteng Pendem (Van Den Bosch)
bisa dilihat pada gambar berikut:
DED Benteng Pendem (Van De Bosch)
(Sumber: http://ngawitourism.com)
Saat
saya memasuki kawasan Benteng Pendem, maka sejak pintu gerbang benteng yang
telah dilengkapi dengan gerigi pembuka gerbang khas tempo dulu sudah menunjukan
bahwa bangunan tersebut khas Hindia Belanda. Pintu gerbang benteng yang
dirancang berbentuk bagian atas melengkung seakan-akan membawa anda ke masa 180
tahun yang lalu. Dan, lebar benteng yang dibangun persegi panjang menutupi
bangunan utama kira-kira 10 meter. Sekarang, persis di atas pintu gerbang
benteng tersebut dipasang tiang bendera.
Pintu gerbang benteng
Pendem (Sumber: dokumen pribadi)
Setelah
melewati gerbang utama benteng, anda akan melihat bangunan utama 2 lantai yang
memanjang memutar berbentuk persegi panjang layaknya benteng yang
mengelilinginya. Bangunan yang masih kokoh berdiri meskipun warnanya kian
memudar karena termakan usia menunjukan betapa hebatnya tentara Hindia Belanda
kala itu. Persis Di bagian atas pintu gerbang bangunan utama tertulis tahun
pembuatan Benteng Pendem yaitu angka 1839-1845. Bentuk pintu gerbangnya juga
sama seperti pintu gerbang benteng. Bahkan, bentuk tersebut juga menghiasi
setiap hiasan pinggir jendela kamar tentara.
Pintu utama kawasan
bangunan utama Benteng Pendem (Sumber: dokumen pribadi)
Di kawasan bangunan utama, anda
bisa menikmati bangunan Hindia Belanda tempo dulu yang telah mengalami banyak
keruntuhan di beberapa bagian. Bagian lantai dua adalah bangunan yang mengalami
kerusakan hebat. Banyak lantai dua bangunan yang telah jebol atau rusak sama
sekali. Pihak Pemerintah khususnya Pemerintah Kabupaten Ngawi berupaya memugar
bagian-bagian tertentu yang bisa diselamatkan. Bahkan, lantai dasar bangunan
utama bagian utara sebagian besar ditutup rapat sebagai usaha sarang walet.
Kebetulan, kini Benteng Pendem masuk dalam komplek tentara yang ikut menjaga
keselamatan Benteng Pendem.
Kawasan bangunan utama
dan bagian lantai dua bangunan yang
mengalami kerusakan fatal (Sumber: dokumen
pribadi)
Hal Menarik
Jika
anda berkunjung ke Benteng Pendem, maka anda akan menemukan hal yang
menarik. Ada 5 hal menarik yang bisa
anda temui di kawasan bangunan utama. Hal menarik tersebut akan memberikan
pemahaman tentang sejarah Benteng Pendem yang seutuhnya. Bukan itu saja, anda
bukan hanya berwisata bersama keluarga tetapi anda akan menelusuri sejarah
bangsa Indonesia tempo dulu. Sebagai tambahan, hal yang menarik lainnya merupakan
tambahan pengelola untuk memanjakan pengunjung.
Pertama, anda bisa menikmati bangunan utama sang pemimpin tentara
Hindia Belanda Jendral Van Den Bosch yang terletak sebelah kiri atau barat
setelah kita masuk gerbang utama. Bangunan yang sangat mewah pada jamannya
dengan beberapa tiang bulat tinggi khas Hindia Belanda menunjukan kewibawaan
sang penghuninya. Sebagai penunjuk bagi
pengunjung maka pihak pengelola memasang foto Jenderal Van Den Bosch di depan pintu bangunan tersebut dan pintu masuk benteng. Jika sekilas melihat
foto sang jendral maka tidak memberikan kesan angker. Tetapi, saat menengok
perjalanan sejarah anda akan memahami bahwa beliau adalah pemimpin yang
berdarah dingin.
Tempat tinggal Jendral Van Den Bosch (Insert:
Saya, di depan gambar Jendral Van Den Bosch yang terletak dekat pintu gerbang) (Sumber:
dokumen pribadi)
Kedua,
jika anda berjalan ke arah timur maka anda akan menemui penjara yang berada di bagian
pojok kiri dan kanan bangunan. Dahulu, penjara tersebut digunakan untuk menahan
orang pribumi (bangsa Indonesia) yang melawan penjajahan Hindia Belanda.
Bahkan, para pekerja rodi yang membangun Benteng Pendem tersebut juga merasakan
getahnya. Anda pasti memahami bahwa pekerja rodi dipekerjakan Hindia Belanda
tanpa adanya batas-batas kemanusiaan. Jika, ada yang melawan maka penjara yang
lembab dan dingin menjadi taruhannya. Dan, dipastikan berujung pada
kematian.
Penjara Hindia Belanda yang diperuntukan
untuk para pejuang bangsa Indonesia (Sumber: dokuem pribadi)
Ketiga,
di bagian pinggir sebelah barat lapangan timur, anda akan melihat gundukan
bekas sumur yang kini tertutup rapat oleh tanah dan ditumbuhi rumput yang
menghijau. Perlu anda ketahui bahwa
sumur tersebut merupakan sumur tua yang digunakan untuk mengubur ratusan
bahkan ratusan mayat penduduk pribumi yang bekerja rodi. Sebuah kekejaman yang
dilakukan Hindia Belanda tempo dulu. Bahkan, pejuang bangsa Indonesia khususnya
anak buah Pangeran Diponergoro juga banyak yang mengalami nasib naas seperti
pekerja rodi.
Sumur tua yang terletak di bagian barat
lapangan timur tempat mengubur para pejuang Indonesia (Sumber: dokumen pribadi)
Keempat,
jika ada berjalan menyusuri ke belakang
bangunan (pojok barat laut) dekat dengan gerbang belakang maka anda akan
menemukan sebuah kuburan yang berhiaskan nisan putih dan ditumbuhi pohon
kamboja. Makam tersebut dihuni bukan orang sembarangan. Makam yang berwarna
biru dan putih merupakan makam K.H Muhammad Nursalim. Perlu anda
ketahui bahwa K.H Muhammad Nursalim merupakan ulama besar, pejuang dan salah satu
pengikut Pangeran Diponegoro yang ditangkap oleh Belanda dan dibawa ke Benteng.
Sebagai informasi, K.H. Muhammad
Nursalim adalah orang yang menyebarkan agama Islam pertama di Ngawi. Sungguh
malang bagi K.H Muhammad Nursalim .
Akhirnya, Pemerintah Hindia Belanda memburu sang kyai untuk ditangkap, dipenjara dan dikubur hidup-hidup
di area benteng Pendem.
Makam KH. Muhammad Nursalim yang berada
di bagian belakang atau dekat
dengan pintu belakang benteng Pendem (Sumber:
dokumen pribadi)
Kelima,
bangunan benteng Pendem banyak dihuni bukan hanya sarang walet yang terdapat di
bangunan sebelah utara. Tetapi, kawasan bangunan Benteng Pendem juga banyak
dihuni oleh ratusan burung merpati yang siap menyambut anda. Juga, untuk
memanjakan pengunjung, pengelola telah melengkapi sepeda motor dan mobil jip
kecil untuk kecerian pengunjung anak-anak. Pengelola juga melengkapi dengan
mobil jip tentara yang bisa digunakan sebagai ajang selfie atau wefie. Sebagai informasi, kawasan
Benteng Pendem juga merupakan spot
yang asik dan ciamik buat acara pre-wedding.
Bagian lapangan sebelah barat disediakan
mobil jip tentara sebagai ajang fotografi (Sumber: dokumen pribadi)
Jadi, jika anda
jalan-jalan ke Kota Ngawi, jangan melewatkan untuk mengunjungi pesona keindahan
Benteng Pendem. Ya, Benteng Pendem menjadi surga tersembunyi yang patut
dikunjungi bagi para traveler. Bukan hanya menikmati pesona keindahan tempo
dulu tetapi sebagai wisata sejarah menelusuri jejak Hindia Belanda di kota
Ngawi. Traveling yuk ke Ngwi dan mampir di Benteng Pendem.
Post a Comment for "Wisata Sejarah Benteng Pendem (Van Den Bosch), Surga Tersembunyi di Kota Ngawi "