Meskipun, kondisi
sedang Pandemi Virus Corona. Tetapi, umat Islam tak bisa melewatkan Lebaran
Ketupat. Orang Jawa biasa menyebutnya Badanan Kupat atau Riyoyo
Kupat. Lebaran Ketupat ini berlangsung seminggu setelah Hari Raya Idul
Fitri.
Silaturahmi di Lebaran Ketupat
Lebaran Ketupat
merupakan tradisi dari kearifan lokal bangsa Indonesia, khususnya umat Islam.
Lebaran Ketupat menjadi ajang untuk silaturahmi bersama saudara atau tetangga
terdekat. Namun, karena kondisi sedang Pandemi Virus Corona. Maka, perayaan
Lebaran Ketupat berlangsung di rumah masingt-masing.
Biasanya, pagi ketika
Lebaran Ketupat, warga secara bersamaan berkumpul di masjid atau Mushola.
Mereka membawa ketupat yang telah matang. Dicampur dengan lauk-pauk sesuai
selera masing-masing. Ketika, jumlah warga sudah berkumpul semua. Maka, sang
ustad setempat akan memanjatkan doa keselamatan. Serta, doa agar dipanjangkan
umurnya bisa bertemu bulan Ramadan tahun depan.
Ketika, acara
selamatan perayaan Lebaran Ketupat selesai. Maka, warga akan membawa ketupat
yang sudah matang tersebut secara random. Mereka bebas mengambil ketupat
yang mana saja. Dengan kata lain, mereka seperti bertukar ketupat. Hal ini menandakan
bahwa keikhlasan setiap orang. Agar, diampuni dosa yang telah diperbuatnya.
Lebaran Ketupat
memberikan arti penting yaitu upaya agar dimaafkan segala kesalahan dan dosa sesama
manusia. Saat Lebaran Ketupat, setiap orang benar-benar lepas dari segala dosa.
Serta, kembali ke fitrah (kesucian) seperti bayi yang baru lahir.
Lebaran Ketupat di Rumah Saja
Namun, saat Pandemi
Virus Corona, acara kumpul-kumpul di masjid atau mushola ditiadakan. Kini,
berdoa demi keselamatan dan dipanjangkan umurnya. Agar, bisa bertemu di bulan
Ramadan tahun depan, hanya bisa dilakukan di rumah saja. Menjelang malam
Lebaran Ketupat, acara masak ketupat dimulai. Agar, pagi-pagi bisa dinikmati
sekeluarga. Dan, berdoa demi keselamatan dunia dan akhirat.
Percayalah, meskipun
kondisi sedang Pandemi Virus Corona. Tetapi, tidak mengurangi nilai ibadah
untuk merayakan Lebaran Ketupat. Sebuah tradisi yang memberikan banyak arti.
Seperti tahun-tahun
sebelumnya, saya biasa merangkai ketupat sendiri. Sambil mengisi waktu luang. Namun,
kini, untuk menghemat waktu, maka membeli ketupat yang sudah jadi di pasar adalah
pilihan yang baik. Juga, membantu orang lain untuk menjemput rejeki.
Menarik, yang membuat
ketupat jadi, justru bukanlah orang Muslim. Tetapi, banyak masyarakat Hindu Bali
yang menjual ketupat yang siap di masak tersebut. Masyarakat Hindu Bali sangat
memahami perayaan Lebaran Ketupat. Sepertinya, mereka sudah paham bahwa besok
adalah perayaan Lebaran Ketupat bagi umat Islam.
Bahkan, saya melihat
di sepanjang jalan yang dekat dengan pasar badung Denpasar. Di mana, tidak
sedikit ibu-ibu atau nenek-nenek yang dengan lincah tangannya membuat ketupat. Dan,
ketupat tersebut untuk dijual. Ini menjadi pemandangan menarik.
Lebaran Ketupat yang
dirayakan oleh umat Islam justru telah dipahami oleh penganut agama lain. Hal
ini menjadi bukti bahwa Lebaran Ketupat telah menjadi tradisi puluhan tahun
silam. Bahkan, saat kondisi Pandemi Virus Corona, maka umat Islam tidak
menyurutkan perayaan Lebaran Ketupat. Serta, penganut agama lain pun tidak lupa
perayaan Lebaran Ketupat yang dirayakan umat Islam.
“Pokoknya
besok harus masak ketupat pah. Buat merayakan Lebaran Ketupat”
kalimat istri yang mengingatkan saya akan peristiwa Lebaran Ketupat.
“Memang
harus?” jawab saya pura-pura tidak tahu.
“Ya
harus pah. Kan, biar dosanya lebur semua. Di Ngawi (Jawa Timur) kan tiap tahun
pasti merayakan Lebaran Ketupat” kata istri
meyakinkan.
“Ya
udah kalau begitu” jawab saya dengan enteng.
Ketika keluarga besar
di Ngawi Jawa Timur akan merayakan Lebaran Ketupat. Maka, saya pun mesti
merayakan meskipun ada di perantauan. Ketika, tidak bisa mudik Lebaran tahun
ini.
Tahun 2020 memang
sungguh berbeda. Bukan hanya larangan mudik dan Lebaran yang dirayakan di rumah
saja. Lebaran Ketupat pun dirayakan dari rumah masing-masing. Bukan hanya
meningkatkan jiwa relejius. Tetapi, sebisa mungkin mempertahankan kearifan lokal.
Lebaran Ketupat tidak
seperti memasak ketupat layaknya penjual Ketupat tahu, yang dilakukan setiap
hari. Tetapi, Lebaran Ketupat mempunyai makna bahwa setiap orang akan melakukan
ketupat. Yang dalam Bahasa Jawa berarti “kupat”. Kupat itu kepanjangan
dari “ngaku lepat atau mengaku kesalahan”.
Jadi, saat umat Islam
merayakan Ketupat Lebaran, maka sejatinya umat Islam sedang mengakui segala
kesalahan yang telah dilakukannya. Dan, memohon maaf lahir dan batin. Agar,
dihapuskan segala dosa dan kesalahannya. Selanjutnya, akan kembali ke fitrah
(kesucian).
Selamat merayakan Lebaran Ketupat bagi
brosis semuanya.
Selamat Hari Raya
Idul Fitri 1441H
Minal Aidin Wal
Faidzin.
Mohon Maaf Lahir dan
Batin.
Nyuwun
Agunging Pangapunten sedaya kelepatan.