Bukti Kearifan Lokal, Anjing Selalu Hadir di Restoran Ayam Goreng Khas Bali
Kehadiran anjing di salah satu restoran ayam goreng khas Bali menjadi sebuah kearifan lokal (Sumber: dokumen pribadi)
Beberapa tahun
belakangan, muncul restoran berbasis ayam goreng bertebaran di Bali. Restoran
yang menyajikan menu ala restoran yang sudah melegenda KFC atau McDonald. Dan,
menu ayam goreng telah menjadi ikon beberapa restoran ayam goreng dengan harga
yang ramah di kantong. Ada ungkapan banyak orang, rasa gak jauh beda dengan
KFC atau McD. Tetapi, harga serasa di kaki lima.
Banyak restoran yang
menyajikan menu ayam goreng dengan harga terjangkau seperti JFC, ACK dan
lain-lain. Ciri khas restoran-restoran tersebut mayoritas didesain terbuka. Atau,
tanpa penutup dinding kaca. Jadi, pengunjung atau umum bisa melihat dengan
jelas kondisi dalam dari restoran tersebut.
ANJING DI BAWAH MEJA ANDA
Ketika, menikmati
menu ayam goreng tersebut. Setiap orang pasti menginginkan suasana yang aman
dan nyaman. Tanpa ada gangguan orang lain atau hewan. Apalagi, jika anda sedang
asik menikmati ayam goreng kesukaan di KFC atau McD.
Tetiba, datang
seekor anjing yang tidak terawat mendekati tempat anda menikmati ayam goreng.
Saya yakin, anda pasti merasa jijik atau hilang selera makan. Bahkan, anda bia
komplain ke pihak restoran KFC atau McD. Karena, anda pasti berpikir bahwa
kebersihan restoran menjadi “dipertanyakan”.
Suasana tersebut
akan berbeda, ketika anda sedang menikmati menu ayam goreng khas restoran ayam
goreng Bali. Karena, kondisi restoran yang terbuka. Maka, kehadiran anjing karena
pengaruh bau menu ayam goreng tidak bisa dipungkiri.
Kapan pun, anda
harus menerima kehadiran anjing. Anjing tersebut bisa menunggu di luar
restoran. Tetapi, jika anda memberi sinyal untuk tidak mengusirnya. Maka,
anjing tersebut berani mendekati “persis” di bawah meja anda.
Percaya atau tidak,
setiap saya menikmati menu ayam goreng di restoran ayam goreng khas Bali.
Kehadiran anjing tidak bisa saya tolak. Saya sudah mencoba restoran ayam goreng
khas Bali, di beberapa tempat di pulau Bali. Dari Denpasar, Ubud, Gianyar
hingga Seririt Singaraja Bali. Kehadiran anjing selalu ada.
Baru-baru ini, saya
mampir istirahat di sebuah restoran ayam goreng di kawasan banjar Asem Seririt
Singaraja Bali. Saat saya baru duduk, saya tidak melihat kehadiran anjing.
Namun, ketika sedang asik-asiknya menikmati ayam goreng.
Seekor anjing
mendekati meja tempat kami berdua menikmati ayam goreng. Anjing terebut berdiri
santai, bahkan sempat “ndoprok” (duduk santuy) menunggu belas kasihan kami.
Jujur, istri saya merasa hilang selera makan. Tetapi, saya katakan sama istri
saya. Agar, menikmati makan saja.
Tidak perlu
dihiraukan kedatangan anjing tersebut. Karena, kami tidak bisa menolak atau
mengusir kedatangan anjing tersebut. Ketika, kami usir, malah akan datang
anjing tersebut kembali bersama teman lainnya.
Apa yang kami lakukan? Saya terbiasa untuk berbagi rejeki buat anjing yang datang ke meja saya. Saya memberi sebagian daging ayam tersebut. Kami tahu bahwa anjing sangat suka dengan makanan daging. Percaya atau tidak, kami menikmati ayam goreng dengan ditemani pemandangan kedipan mata dan jilatan liur anjing.
Seekor anjing nongki cantik di bawah meja, tempat kami menikmati menu ayam goreng (Sumber: dokumen pribadi)
KEARIFAN LOKAL
Saya katakan pada
istri bahwa kehadiran anjing inilah yang menjadi sebuah Kearifan Lokal (Local
Wisdom). Anjing tidak berani memasuki kawasan KFC atau McD, karena restoran
tersebut rerata dibatasi dengan dinding kaca. Bukan itu saja, pegawai restoran
atau para pengunjung biasanya tidak segan-segan untuk mengusirnya. Karena,
takut merusak suasana makan.
Menarik, kehadiran
anjing justru menjadi keuntungan buat restoran itu sendiri. Maksudnya?
Perhatikan baik-baik kejadian yang saya lihat dan alami. Sebuah keluarga yang
beranggotakan 6 orang turun dari mobil. Saya kira mereka barusan dari halal
bihalal Hari Raya Lebaran.
Mungkin, karena
lapar, maka mereka mampir di restoran tempat kami menikmati ayam goreng. Menu
yang sangat terjangkau. Di mana, nasi, ayam goreng (dada atau paha) dan es teh,
jika makan di tempat hanya Rp14.500 per porsi. Bonus, bisa nongki cantik
dan gratis nge-charge smartphone.
Keluarga tersebut
makan bersama dengan memakai 2 meja. Saya lihat, anjing yang tadi menunggu di
bawah meja kami, berpindah ke bawah meja keluarga tersebut. Anjing paham
banget, karena dia sudah mendapat rejeki dari kami.
Karena, belum
kenyang maka anjing tersebut “ndoprok” kembali di bawah meja keluarga tersebut.
Andai saja anjing tersebut bisa bicara layaknya manusia. Maka, anjing akan
berkata, ”bro, bagi dong ayam gorengnya. Dikit nggak papa kok”.
Namun, ketika anjing
tersebut tidak merasa diperhatikan, maka dia sabar untuk menunggu rejeki
selanjutnya. Saya pikir, ketika keluarga tersebut selesai dan pergi dengan
mobilnya. Anjing tersebut juga pergi dari meja bekas pakai tersebut. Ternyata,
tidak!
Anjing tersebut
dengan sabar menunggu tindakan dari pegawai restoran. Apa yang terjadi? Anda
pasti tahu bahwa sisa-sisa tulang ayam akan makin membusuk jika didiamkan.
Tentu, akan membuat bau di sekitarnya. Maka, sang pegawai pun mengumpulkan
sisa-sisa makanan yang berupa tulang ayam tersebut.
Anjing menunggu dengan sabar menanti rejeki dan belas kasihan pegawai restoran ayam goreng khas Bali (Sumber: dokumen pribadi)
Selanjutnya,
sisa-sisa makanan tersebut dia taruh di depan restoran. Otomatis, anjing akan
berpindah ke tempat makanan tersebut. Saya melihat anjing sangat menikmati
sajian sisa-sisa makanan yang ada. Sepertinya, setelah sisa-sisa makanan
tersebut habis, mampu membuat perutnya kenyang. Dan, anjing tersebut pergi dari
restoran ayam goreng khas Bali.
Jadi, keuntungan
buat restoran dengan kehadiran anjing adalah meminimalisasi sampah sisa-sisa
makanan yang bisa membuat bau menyengat. Bukan itu saja, kehadiran anjing juga
mencegah datangnya tikus yang datang secara tiba-tiba.
Kita tahu bahwa
populasi anjing di Bali memang luar biasa. Ke manapun kita melangkah di wilayah
Bali. Maka, kita tidak bisa menghindar dari hadirnya anjing. Baik yang dipiara
secara serius maupun yang liar. Dengan kata lain, anjing sudah menjadi bagian
dari kondisi Bali. Atau, anjing sudah menjadi bagian dari kearifan lokal.
Maka, jika anda
menikmati menu ayam goreng di restoran selain KFC atau McD, maka anda tidak
perlu kaget atas kehadiran anjing milik warga. Anjing terebut hadir karena
mereka butuh makan. Jika anda merasa tidak nyaman, maka yang anda lakukan bisa
meminta ijin kepada pegawai restoran untuk mengusirnya.
Uniknya, jika diusir
sama pegawainya kok anjing itu tidak berani masuk ke area makan. Dia hanya
nongkrong di luar restoran. Sambil mengamati kita yang sedang menikmati menu
ayam goreng.
Namun, jika anda mau
berbagi rejeki maka berilah mereka sebagian menu anda. Anjing tidak akan
ngembek kok, saat anda memberikan tulang-tulang ayam. Dia akan lahap
menikmatinya.
Itulah keunikan
restoran ayam goreng khas Bali. Anda bersiap diri, jika meja anda didatangi
tamu tidak diundang. Ibarat Jailangkung, datang tidak diundang pulang
berharap bagian ayam. Yah, minimal tulang ayamnya sudah bisa membuat anjing
tersebut bahagia. Semoga anda bisa memahami kearifan lokal di Bali.
Post a Comment for "Bukti Kearifan Lokal, Anjing Selalu Hadir di Restoran Ayam Goreng Khas Bali"