PUNCAK TANGIS KALA PANDEMI (BAGIAN 2)
Tulisan
sebelumnya membahas perjalanan saya bekerja di perusahaan orang lain. Hingga,
kondisi sekolah anak saya yang menunggak SPP SMA 2 tahun lamanya. Pada tulisan
kali ini, saya membahas masalah drop mental anak saya. Karena, gagalnya kuliah
di Perguruan Tinggi Negeri (PTN).
Berbagai
ujian hidup pun masih mendera saya. Meskipun, satu persatu hal-hal yang membuat
puncak tangis saya mampu saya hadapi. Namun, dengan datangnya badai Pandemi
Covid-19 membuat saya “hampir putus asa”. Seperti apa sih? Yuk, baca tulisan
ini hingga tuntas.
GAGAL SNMPTN DAN SBMPTN
Menjelang
pengumuman kelulusan, anak saya mendapatkan banyak undangan beasiswa.
Sayangnya, beasiswa tersebut dari PT Swasta yang biaya kuliahnya tidak full ditanggung
PT yang bersangkutan. Di antaranya, President University yang memberikan
beasiswa Teknik Industri dengan jangkauan beasiswa hanya 75 persen. Saya tidak
mampu untuk meresponnya, karena biaya lainnya bikin kalkulator saya jebol.
Sejak
awal, melihat kondisi keuangan yang terseok-seok. Maka, saya memberikan saran kepada
anak untuk ikut beasiswa atau undangan pendidikan. Maka, anak saya ikut SNMPTN
mengambil jurusan Teknik Metalurgi di Universitas Indonesia (UI) dan Institut Teknologi
Bandung (ITB). Namun, SNMPTN tersebut memberikan informasi kegagalan.
Selanjutnya,
saya memberikan saran untuk ikut beasiswa luar negeri. Kalau tidak salah ingat,
di Beasiswa Busan, dengan mengambil jurusan Teknik. Yang menarik, proses
keikutsertaan ke beasiswa tersebut tidak jelas rimbanya. Seandainya, tidak
lolos administrasi, maka pihak penyelenggara akan memberikan kabar melalui
email atau pesan WA. Namun, kenyataannya tidak ada berita sama sekali.
Bahkan,
saya berpikir bahwa apakah berkas-berkas sampai ke pihak penyelenggara?
Hanya Allah SWT Yang Maha Tahu. Keikutsertaan di beasiswa tersebut membuahkan
gigit jari. Kini, masa depan anak saya tinggal menunggu SBMPTN tahun 2019, 2020
dan 2021. Tentu, saya dan anak saya berharap bisa diterima di PTN tahun 2019
tersebut.
Namun,
MASALAH BESAR masih mengganjal, yaitu IJAZAH BELUM BISA DIAMBIL. Karena,
saya belum bisa melunasi SPP Sekolah. Bahkan, untuk sekedar mendapatkan
fotokopi ijazah ke pihak sekolah, sebagai persyaratan mengikuti SBMPTN pun tidak
bisa.
Saya
sampai mengemis-ngemis ke pihak BK Sekolah dan Kepala Sekolah. Agar, memberikan
keringanan atau kesempatan untuk mendapatkan fotokopi ijazahnya saja. TETAP
TIDAK BISA! Saya berpikir saat itu “Sekolah tidak peduli dengan kelanjutan Pendidikan
anak didiknya”. Namun, saya berpikir positif saja, ambil hikmahnya.
Sungguh,
saat itu KITA NANGIS BERTIGA di kost. Bukan kaleng-kaleng. Melihat, menyaksikan
kondisi anak saya yang menangis tidak bisa ikut ujian PTN. Saya dan istri ikut
menangis meratapi kondisi yang ada. Untuk meredakan ketegangan, saya dan istri
memberikan masukan. Untuk mengikuti ujian program mandiri PTN. Yang “mungkin” bisa
memberikan keringanan, untuk meminta fotokopi ijazah.
Maka,
untuk meratapi kegagalan, anak saya nekad ikut ujian di UIN Malang Jawa Timur. Dengan
mengambil jurusan asal-asalan, yaitu Farmasi. Kenyataannya, tidak lolos
ujian di universitas tersebut. Lagian, kalau lolos pun tetap diminta ijazahnya.
Lah, ijazahnya saja belum ada. Bagaimana?
Terpaksa,
di tahun pertama sehabis lulus, anak saya gagal total untuk masuk ke PTN. Ijazah
pun belum sempat diambil. Maka, sehari-harinya, ia menghabiskan waktunya dengan
merenungi nasib. Melihat teman-temannya, yang senasib pada ikut BIMBEL PREMIUM.
Agar, tahun depan bisa diterima di PTN yang lebih bonafide.
Sedangkan,
anak saya hanya diam di rumah. Sungguh, saya melihat sangat kasihan. Teman-teman
baiknya sudah pada kuliah. Bahkan, ada yang kuliah di luar negeri. Untungnya,
teman-teman yang kuliah di Bali dan Surabaya, masih sempat mampir ke kost.
Untuk memberikan semangat dan tetap menyambung persahabatan.
Di
tahun 2020 ini, Alhamdulillah, saya bisa melunasi SPP SMA anak saya. Di
sini, saya baru tahu bahwa NILAI AKHIR ANAK SAYA RERATA 9. Saya kaget
sekali dengan kondisi tersebut. Bukan ANAK BIMBEL, tapi mampu menyaingi nilai
temannya yang semuanya ANAK BIMBEL.
Uang
BAYAR SPP SMA tersebut diperoleh dari pinjam uang kredit harian dan hasil
berjualan. Padahal, uang tersebut untuk membayar kost yang masih nunggak.
Tetapi, demi anak saya yang masih semangat untuk ikut SBMPTN. Maka, uang
tersebut saya pindahkan untuk mengambil ijazah.
Maka,
tahun 2020 ini, anak saya mencoba mengadu nasib. Dia ikut SBMPTN kembali. Kali
ini, dia memilih pilihan I dan pilihan II jurusan teknik di Institut Teknologi
10 November 1945 Surabaya (ITS) Surabaya Jawa Timur. Dengan bekal belajar
seadanya, sekali lagi tanpa BIMBEL. Meskipun, kenyataannya anak saya gagal kembali,
dengan poin yang terpaut sedikit saja untuk melenggang ke ITS.
Kali
ini, kegagalan yang anak saya lakukan tidak membuatnya gelisah. Dia mulai
pasrah dan menerima takdir Allah SWT. Namun, saya merasa kasihan, jika anak
saya tidak kuliah. Akhirnya, saya memberikan masukan untuk kuliah di
Universitas Terbuka (UT) dan mengambil Fakultas Ekonomi jurusan MANAJEMEN.
Setelah
dia bergelut dengan kuliah online tersebut. Saya melihat raut wajah anak saya mulai
ceria. Dia mulai hepi dengan kuliah online-nya. Dan, semester pertama, dia
mendapatkan IPK dengan predikat Cum Lude. Dia mulai disibukan dengan 8 mata
kuliah setiap semesternya. Jika, tidak ada rintangan, maka 3 tahun bisa lulus
sarjana, seperti program akselerasi.
Namun,
di balik kegembiraan anak saya, ada rasa was-was pada diri saya. Kenapa,
uang yang seharusnya buat muter usaha dan bayar kost, terpaksa untuk membayar
uang kuliah. Maka, uang kost pun sering menunggak. Untungnya, di tahun 2020 ini,
utang cicilan kredit harian bisa lunas, Setelah memakan waktu kurang lebih 3
tahun. Subhanallah.
DITERIMA TEKNIK METALURGI
Saya
merasa bahwa Pandemi Covid-19 memberikan dampak kepada kondisi keuangan saya. Kenapa?
Pertama, job review produk sebagai blogger mulai
sepi. Kedua, usaha penjualan saya mulai mengalami penurunan yang
tajam. Ditambah lagi, musibah datang silih berganti.
Musibah
pertama adalah saya tertipu hampir 2 juta dalam proses rekrutmen kerja.
Pengalaman penipuan tersebut telah saya tulis di bulan Juli 2020 di blog
kesayangan ini. Musibah kedua, sepeda motor yang saya pakai untuk
berjualan mengalami turun mesin di kawasan Blahbatuh Gianyar Bali.
Saya
harus mendorong motor yang dalam kondisi mati tersebut kurang lebih 20 km,
hingga ke tempat tinggal saya. Sebuah pengalaman tragis yang akan saya ingat
seumur hidup.
Belum
ada uang untuk perbaikan sepeda motor tersebut. Maka, saya harus sewa sepeda
motor teman saya. Bersyukur, saya diberikan kesempatan untuk memakainya
terlebih dahulu, bayar kemudian. Hingga kini, saya hampir menggunakannya selama
sebulan.
Namun,
di saat saya mengalami kondisi pahit yang hampir membuatnya menangis. Ada saja
berita yang menyejukan. Yaitu, anak saya diterima di jurusan idaman di TEKNIK
METALURGI Universitas Sultan Ageng Tirtayasa (UNTIRTA) Serang Banten.
Setelah melewati ujian SBMPTN saat bulan puasa tahun 2021 lalu. Ya,
tahun 2021 adalah kesempatan terakhir anak saya untuk dapat ikut ujian SBMPTN.
Namun,
datangnya anugerah tersebut justru menyimpan tangis. Kenapa? Saat kondisi
keuangan morat-marit. Saya justru bingung dengan Uang Kuliah Tunggal (UKT) dan
biaya hidup di Serang Banten nanti. Jika, anak saya kuliah offline. Oleh
sebab itu, kegembiraan diterima di Teknik Metalurgi tersebut justru membuat
saya semakin sedih.
Karena,
kami bertiga sudah berdiskusi bahwa anak saya tidak akan melanjutkan kuliah
anak saya di UNTIRTA. Namun, berencana untuk belajar mandiri dan bekerja di
Surabaya. Saya pun mengiyakan, agar anak saya belajar tentang kehidupan.
Biarlah,
cukup kuliah online di UT saja. Jika, nilainya bagus, maka saya memberikan
saran untuk lanjut di S2. Kegelisahan saya tentang ketidakmampuan saya untuk
melanjutkan kuliah anak di Teknik Metalurgi, sempat saya iseng-iseng posting
di media sosial Facebook.
Bersyukur,
postingan tersebut mendapatkan banyak respon dari teman-teman. Yang intinya,
memberikan masukan untuk tetap lanjut mengambil jurusan Teknik Metalurgi tersebut.
Bahkan, banyak yang memberikan saran dengan berbagai solusi, agar saya tetap mendorong
anak untuk kuliah di jurusan Teknik Metalurgi.
Namun,
masukan-masukan dari teman saya tersebut, justru makin membuat hati saya bingung
dan bimbang. Apa pasal? Melihat kondisi keuangan saya, yang hanya untuk makan
sehari-hari.
Tanpa
pikir panjang, akhirnya saya paksakan untuk daftar ulang dan bayar UKT. Sekali
lagi, uang tersebut, hasil dari pinjam sama orang lain. Juga, dari hasil berjualan
barang FMCG. Mestinya, hasil berjualan tersebut untuk mencicil tunggakan kost.
Saya
berharap agar semester pertama kuliah anak saya di jurusan Teknik Metalurgi bisa
berjalan secara online dahulu. Karena, belum ada pengeluaran untuk kebutuhan
sehari-hari dan biaya kost di Serang Banten nanti. Dari sini, masalah awal anak
saya untuk kuliah di TEKNIK METALURGI TELAH SELESAI. Saya harap begitu.
NUNGGAK KONTRAKAN 4 BULAN
Setelah
masalah kuliah anak saya di Teknik Metalurgi UNTIRTA kelar, kini justru ada
masalah besar yang sedang saya hadapi. Pertama, uang yang sedianya untuk
mencicil tunggakan kost telah habis. Kini, saya harus menghadapi teguran
berkali-kali dari yang punya kost. Tunggakan kost selama 4 bulan siap menghadang
saya. Kedua, saya harus mencicil uang pinjaman dari orang lain.
Masalah
tunggakan uang kost, kemarin, saya sudah diwanti-wanti untuk melunasinya. Kalau
tidak bisa, maka kemungkinan terburuk akan saya alami, seperti di film atau
sinetron. Yaitu, diusir atau disuruh mencari kost baru. Saya pun berdoa yang
terbaik semoga tidak terjadi apa-apa. Deadline akhir Juli 2021 agar bisa
melunasi tunggakan kost saya yang jumlahnya hampir Rp4 juta.
Sementara,
kondisi PPKM membuat saya semakin sulit dan terjepit. Saya tidak bisa ke
mana-mana dengan bebas, untuk berjualan. Hasil dari penjualan hanya untuk makan
sehari-hari dan membeli kuota internet. Untuk kerja saya, update tulisan
dan kuliah online anak saya.
Sungguh,
saat Pandemi kali ini menjadi PUNCAK TANGIS SAYA. Sehabis mendapatkan
teguran dari “yang punya kost”, saya berusaha untuk bebasin pikiran
saya. Kini, kegundahan saya berpindah ke istri saya. Semalam, istri saya tidak
bisa tidur. Bukan karena banyak nyamuk, tetapi pikiran negatif selalu
terbayang. Jika, dengan terpaksa kami dikeluarkan dari kost.
Jawabannya
cuma satu? Mau pindah ke mana? Uang pun hanya untuk makan. Mau bayar kost baru
pakai apa? PERTANYAAN BESAR YANG SELALU BERKECAMUK HINGGA TULISAN INI SAYA
BUAT.
Saya
memahami bahwa ALLAH SWT tidak akan menguji seseorang di luar batas
kemampuannya. Dan, jawaban saya hanya satu, SHOLAT DAN BERDOA. Semoga ujian ini
cepat berakhir. Kapan? Hanya ALLAH SWT Yang Maha Tahu.
Post a Comment for "PUNCAK TANGIS KALA PANDEMI (BAGIAN 2)"